PART 9

19 0 0
                                    

Setelah di hubungi oleh Revan, Katrina pun langsung datang. Untuk melihat bagaimana kondisi Dayana, setelah sebelumnya Revan mengatakan jika Dayana telah jatuh pingsan.

Dari hasil pemeriksaan Dokter, Dayana mengalami gangguan kesehatan pada lambungnya. Hal itu di sebabkan, karena Dayana belum mengisi perutnya. Efek lain yang di timbulkan dari penyakit tersebut antara lain memanglah demam, mual, dan pusing berkunang-kunang. Mungkin inilah alasan kenapa Dayana tak bisa mengontrol dirinya, saat wanita itu jatuh tak sadarkan diri.

Katrina menghela nafas panjang, setelah melihat kondisi Dayana yang masih belum tersadar, berbaring di atas ranjang Revan.

"Bagaimana kau akan menjelaskan ini? Kalian berkencan? Kenapa tidak memberitahukannya padaku?" tanya Katrina memincingkan matanya.

"Tunggu jangan salah paham, Dayana hanya datang untuk mengembalikan pakaian. Itu saja, lalu kemudian ia pingsan." tukas Revan menyembunyikan sesuatu.

"Aku tahu segalanya tentangmu, Revan. Kita sudah lama saling mengenal, kau lihat kondisinya? Ia bahkan tidak becus untuk menjaga dirinya sendiri." sejenak Katrina melirik kearah Dayana dengan sorot iba, "jangan dekati Dayana jika kau hanya ingin mempermainkannya."

"Katrina aku hanya..."

"Jangan mencoba menyangkalnya, sekali lagi aku tekankan padamu. tolong jangan dekati dia, jika kau hanya ingin mempermainkannya." ujar Katrin, kemudian memundurkan langkah berlalu.

Tindakan Katrina justru membuat Revan heran. Tentu saja Revan menghubungi Katrina agar wanita itu bisa membawa Dayana pergi, sebab Revan tahu. hubungan Dayana dan Katrina adalah saudara.

"Hey, kau mau kemana? Kenapa tidak membawa Dayana?" tanya Revan heran mengikuti langkah Katrina

"Bawa?" Katrina tersenyum kecut, lalu memutar bola matanya sejenak. "Dengar, aku tidak mungkin membawanya pulang bersamaku.  karena banyak hal yang harus aku kerjakan!"

"Setidaknya kau bisa mengantar Dayana pulang." sahut Revan spontan.

"Tidak-tidak," Katrina menggelengkan kepalanya dengan cepat sambil mengibaskan tangan, "hubunganku dengan Ibunya tidak sebaik itu. Jika kau mau, kau bisa menemaninya malam ini. Dan membiarkan Dayana pulang sendiri. Atau kau bisa membawanya ke cafeku, esok hari."

Revan berdecak, dengan ekspresi wajah tidak percaya setelah mendengar pernyataan Katrina. Bakan tanpa menunggunya untuk bicara, Katrina memilih kembali melanjutkan langkahnya. Pergi dari hadapan Revan begitu saja.

Haruskah Revan melakukan semua ini untuk Dayana? Ia memang tertarik pada gadis itu. Namun, tidak sejauh ini. Kali pertama dalam hidupnya, Revan di haruskan mengurus seseorang. Entah ini semua adalah kesalahannya, atau tidak. singkatnya, Revan tak ingin memperparah suasana dan membuat Dayana berpikir yang tidak-tidak tentangnya.

Tengah malam, Revan terus saja melangkah ke sana kemari tidak karuan. Bagaimana tidak? hingga kini Dayana bahkan masih belum ada sadar. seluruh penghangat sudah Revan baluri beberapa titik di bagian tubuh Dayana, seperti kaki. perut dan telapak tangannya. hidung Dayana juga sudah Revan berikan sedikit sentuhan, agar aroma hangat yang di hasilkan bisa segera membangunkan gadis tersebut. Akan tetapi, hingga sekarang Revan masih belum mendapatkan hasil.

"Kapan suhu tubuhnya akan turun?" gumam Revan saat ia memastikan keadaan Dayana dengan cara menempelkan tangannya di atas dahi gadis tersebut.

"Mmmhhh..."

Lenguhan Dayana terdengar, Revan yang saat itu sedang berada tepat di samping tubuhnya pun langsung meraih satu tangan Dayana.

"Pusing," lirih Dayana sambil memegangi kepala, mendalamkan lipatan di dahinya.

"Dayana? Kau baik-baik saja?" tanya Revan penuh kecemasan.

Hal itu berhasil membuat Dayana terkejut seketika, bola matanya membulat begitu pandangan Dayana kini mulai bisa menangkap objek dengan jelas.

"Kau..." secara reflek Dayana menarik tangannya dari genggaman Revan, "apa yang kau lakukan?" tanya Dayana merapatkan selimut yang menutupi tubuhnya.

"Kau pingsan, Dayana. Sudah dua jam kau tidak sadarkan diri,"

Deg... Dayana tertegun, ia mengalihkan bola matanya ke arah lain sambil membuka selimut perlahan. guna mengintip dan memastikan jika kali ia tidak sedang dalam keadaan telanjang.

"Ba... Bagaimana bisa aku?" bibir Dayana bergetar dengan mata yang menggenang.

"Tenanglah, Dokter mengatakan jika ada masalah dalam pencernaan mu,  perutmu yang kosong telah memicu hal itu, hingga kau kehilangan kendali atas dirimu." sejenak Revan meraih sebuah bubur praktis, yang sudah ia siapkan, "aku sudah membuatnya. Kau bisa makan sekarang."

Suasana menjadi canggung seketika. Kala Dayana kembali mengingat bagaimana sikap kurang ngajar Revan terhadapnya. wanita itu bahkan tak mengatakan apapun, dengan bibir yang merapat tanpa mengalihkan pandangan menatap Revan dengan ekspresi yang sulit untuk di jelaskan.

Entah mengapa, sikap perhatian Revan justru malah membuat Dayana terharu. Selama ini, Ia memang selalu mengurus dirinya sendiri, tak pernah ada yang memastikan keadaan Dayana. meskipun Dayana sangat mengharapkan itu di lakukan oleh ibunya.

"Ayo, kau harus makan." ucap Revan sambil mengarahkan satu suapan kearah mulut Dayana.

Revan memang cukup sabar. ia sadar, atas tindakan cerobohnya yang mungkin bisa membuat Dayana sulit dan tidak nyaman ketika sedang berada di dekatnya.

"Jangan pikirkan apapun, Dayana. Kau harus menjaga kesehatanmu, jika kau ingin pulang. Aku akan mengantarmu." Imbuh Revan memberikan penawaran.

"Pesankan aku sebuah hotel, lalu antar aku ke sana." pinta Dayana dengan ekspresi datar hingga sukses membuat Revan kebingungan.

"Kenapa? Apa yang akan kau lakukan disana?"

"Aku akan menginap di sana, aku tidak ingin pulang." sahut Dayana spontan.

Revan mulai mengerti tentang maksud dan tujuan Dayana. sepertinya gadis cantik itu benar-benar merasa tidak nyaman, jika ia harus menggunakan rumah Revan sebagai tempatnya untuk bermalam.

Tepat seperti yang Katrina ceritakan. hidup Dayana memang sedang tidak baik-baik saja, hal itu mampu Revan baca saat Dayana menolak pulang. Namun, enggan untuk tetap tinggal.







Jerat AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang