Something is Wrong

34 6 0
                                    

Aloo, selamat membaca
°•°•°•°

"Nobody gonna know, termasuk Pak Gandi."

Papa meyakinkan Vala kalau tidak ada yang tau soal keluarganya. Karena itu lah Vala bisa tidur nyenyak dan bangun dengan keadaan segar. Ia telah memastikan kalau hal yang perlu disembunyikan masih aman pada tempatnya.

"Udah berumur kok ya belum nikah. Kalau artis emang suka suka mau nikah apa enggak." Bu Man asik ngedumel sambil nonton televisi. Tangannya asik mengulek bumbu. Yang ditonton Bu Man adalah acara gosip pagi yang menayangkan berita Mama yang seolah tidak berkesudahan.

Itu artinya Bu Man bahkan tidak tahu soal Mama meskipun sudah bekerja dengan Papa cukup lama. Sebegitu tertutupnya hanya untuk memastikan karier Mama aman. Sungguh merepotkan.

"Neko Neko, pusss."

Kucing abu-abu itu mendekat ke Vala. Dengan lahap Neko memakan dry food yang dituangkan Vala ke wadah makanan kucing berbentuk bulat. Bulunya begitu lembut, terkadang tertinggal di sofa karena rontok. Vala dan Neko mulai akrab dan tujuan Papa menjadikan Neko sebagai teman rumah Vala berhasil.

"Tumben udah rapi, Neng." Bu Man menata sarapan di atas meja. "Semalem saya tuh khawatir, lho, Neng Vala nggak pulang-pulang." Ia menuangkan air putih ke gelas.

Vala bangkit dari jongkok lalu duduk di meja makan. "Maaf, Buk, lupa ngabarin. Keasikan makan kerak telor."

Pak Man sedang asik mengelap mobil sambil bersiul. Vala pun berangkat dengan perasaan yang lebih baik dari kemarin sore. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama ketika Vala berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya, tidak ada siapapun di sana.

Seseorang tersungkur dengan posisi ngesot di lantai. Butiran nasi berserakan di sekitarnya, juga ada beberapa kertas yang tercecer. Vala segera memungut kotak bekal terbalik dan menghampiri Dara.

"Dara, lo ngapain? Kenapa gini?!" Tentu saja Vala panik. Ia mengedarkan pandangannya tapi tak ada seorang pun. "Jangan bilang lo nggak sengaja jatuh," kata Vala awas.

Keduanya lantas memunguti kertas-kertas bertuliskan angka-angka. Vala membantu Dara berdiri.

"Gue kepleset," kata Dara lirih. "Makasih. Gue... duluan."

Segara Vala memegang pergelangan tangan cewek itu. "Kepleset? Di lantai kering?" Terdengar intonasi tak percaya.

Dara berbalik perlahan. "Sepatu gue selip."

Dara lalu beranjak pergi setelah Vala memberikan tas kertas berisi dua buku paket yang telah dikeringkan. Dara juga memberikan seragam olahraga teman Bisma. Ukuran tas Dara hari ini berbeda dari biasa yang dia pakai, lebih besar berwarna hitam, menambah kesan culun. Pastinya tas yang biasa dipakai basah. Di bagian depan tas tertulis nama sebuah acara kompetisi IPA tingkat SMP. Ditambah bentuk tas yang sederhana, bisa ditebak itu tas hadiah kompetisi. Vala lebih baik membawa bukunya dengan tas belanja dari pada harus memakai tas seperti itu.

Dan ini yang terpenting: ketidaksengajaan. Kemarin tidak sengaja terpleset ke kolam, tadi tidak sengaja terpleset di lantai. Dara benar-benar tidak pandai membuat alasan. Sebenarnya Vala tidak ingin memikirkan perihal ketidaksengajaan itu sepagi ini. Namun, CCTV di area kolam mengusik batinnya kembali. Gadis dengan sepatu boot itu segera menutup loker Bisma lalu berlari menuju ruang pengawas CCTV.

Di sana duduk seorang laki-laki berseragam batik di depan tiga buah komputer layar lebar. Laki-laki itu tengah menyesap secangkir kopi.

Vala mengetuk pintu. "Permisi."

Hanya terdengar deheman. Bahkan laki-laki itu tidak menoleh sedikit pun.

"Permisi, Pak. Saya Vala. Boleh minta tolong buat lihatin CCTV?" Vala berjalan mendekat.

AWESOME VALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang