Prolonged Grief Disorder

25 6 5
                                    

Selamat membaca♡♡♡
°•°•°•°

"Napa pada diem-diem, nih? Eh, Le, sini kosong! Ada Vala juga noh."

Mendengar  Bisma menyebut nama Ale, sontak Vala langsung menegakkan bahunya. Ale sedang berada dalam antrean batagor yang lumayan panjang. Vala lalu kembali menopang dagu.

"Tau nih dari tadi," timpal Shannon dengan suara lembutnya.

Shannon adalah orang pertama yang membuka suara di antara ia, Vala, dan Aiko. Bukan hal wajar melihat Aiko menjadi pendiam dari kemarin. Bahkan ia tidak protes Bisma duduk tepat di sebelahnya. Mungkin karena kabar dating Lucas barangkali? Atau photocard mahalnya penyok makanya dia sedih? Entahlah, Vala juga tidak tahu, begitu pula Shannon.

Hal yang sama terjadi pada Vala. Ia seperti kehilangan nafsu bicara karena rentetan kejadian kemarin. Beberapa menit yang lalu ia googling tentang penyakit mental akibat kematian seseorang, dan ternyata ada. Prolonged Grief Disorder namanya, itu mungkin yang dialami Ale. Depresi, cemas, kesulitan jangka panjang dengan kehidupan sehari-hari adalah akibat dari penyakit itu. Sejauh yang Vala tau, pengobatannya pun tidak sebentar dan butuh waktu berbulan-bulan.

Sama satu lagi, insiden terkurung di gudang yang tidak lebih mengejutkan dari pada mengetahui kalau ternyata Nial selama ini memata-matai Ale dan berusaha mencari rahasia, kesalahan, keburukan, atau apapun itu. Hal yang paling ditakutkan Vala ialah Nial atau salah satu anak buahnya tau tentang penyakit mental Ale. Bisa-bisa Ale punya julukan baru, Bocah Freak. Dan begitu juga Vala, Pacar Bocah Freak. Vala tidak tau kenapa pikiran itu muncul begitu saja dalam kepalanya.

"Kalian kok diem aja, sih dari tadi?" tanya Shannon mulai khawatir. "Gue ada salah, ya? Maaf, ya nggak bisa banyak ikut main soalnya gue ada bimbel. Maaf, ya," lanjutnya penuh rasa bersalah.

"Siapa yang berani nyalahin Shannon?" Si Bocah Freak yang sesungguhnya datang, bersama beban pikiran Vala, Nial. Matt mengambil posisi di samping Shannon. "Kalian lagi tengkar, ya?" tanyanya sok tau. "Gue yakin pasti yang salah lu berdua, bukan Shannon." Cowok itu menyomot kentang goreng Shannon tanpa permisi.

"Apa, sih, Matt!" kata Shannon risih.

"Lu kenapa, sih, Ko? Anteng bener. Sawan, ya?" goda Bisma.

"Sawan mah kejang-kejang, gimana, sih, lo, Burki," protes Matt.

"Lah, dia kan tiap hari hiperaktif, jadi kalau dia sawan jadi kebalikannya dong," ujar Bisma asal sambil tertawa diiringi menepuk pundak Matt agar ikut tertawa, masih berusaha menggoda Aiko. Tapi cewek itu hanya melirik malas sebentar lalu kembali pada aktivitas mengaduk jus stroberi yang entah kapan diminumnya.

Vala dan Nial bertukar pandang sepersekian detik saat cowok itu mengambil posisi di samping Matt dengan gelas alpukat kocok. Menatap Nial hanya dalam kedipan mata itu sukses membuat mood Vala bertambah buruk.

"Gue mau ambil minum dulu. Seret," pamitnya pada teman-teman semejanya, lebih untuk menghindari Nial.

Lemari pendingin paling ujung merupakan pilihan terbaik agar durasi semejanya dengan Nial semakin sedikit. Tidak tampak susu kedelai melon favoritnya, jadi Vala mengambil teh botol. Ia membayar lalu langsung meminumnya di tempat. Aktivitas minumnya yang tenang buyar ketika Nial menghampiri.

"Gue mau ngomong sama elo." Nial berdiri tepat di samping Vala dengan posisi yang cukup dekat.

Acuh sambil menikmati tegukan adalah gaya terbaik untuk merespon cowok itu.

"Lo harus tau kalau mobil yang lo bilang ngikutin lo dan Ale itu bukan ulah gue."

"Udah tau."

"Udah tau siapa yanh ngikutin lo?" tanya Nial mendadak antusias.

AWESOME VALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang