Satu minggu penuh sesak telah usai. Para siswa SMA Helsinski keluar ruang ujian dengan berbagai macam ekspresi. Tidak hanya lega karena telah menyelesaikan ujian sebelum naik kelas, tetapi juga ada yang gundah gulana karena tidak puas dengan pengerjaannya. Padahal menyesali jawaban yang ternyata salah hanya membuang-buang energi, begitu menurut anak-anak yang masa bodoh dengan ujian. Vala termasuk, walau dalam hatinya ia sangat malas kalau harus ikut ujian ulang alias remedial.
Beberapa hari yang lalu Vala mengunjungi Mama yang baru pulang dari rumah sakit. Kata Mama, Vala tidak boleh ke rumah dalam waktu dekat karena takutnya ada beberapa wartawan yang mondar-mandir mencari berita walau rumah itu tidak ada yang tau. Namanya juga wartawan zaman sekarang, pasti akan melakukan apapun untuk mencari berita termasuk mencari tau kediaman pribadi yang bisa dibilang merusak privasi orang.
Gadis dengan kuncir kuda itu berjalan dengan penuh percaya diri melewati gerombolan 'orang pintar' yang sedang mendiskusikan jawaban mereka. Selalu begitu setiap selesai ujian. Ada yang senang karena jawabannya sama walaupun belum seratus persen benar. Sebaliknya, ada yang galau berat karena jawabannya terbukti salah. Yang tidak ingin membahas jawaban dengan teman berusaha mengoreksi pribadi dengan membuka-buka buku dan mencoret-coret sesuatu di kertas.
"D bukan, sih? Empat liter sulfur trioksida."
"Bukannya oksigen, ya? Kok sulfur trioksida?"
"Yes! Gue juga D!"
"Kan tadi soalnya SO dua plus 0 dua jadi SO tiga, kan? Nah itu...." Bla bla bla
"Yah gimana, dong, gue salah, dong berarti?"
Percakapan itu membuat Vala ingin cepat-cepat meninggalkan sekolah. Dia saja tidak ingat ada soal itu tadi. Orang-orang kenapa suka meributkan sesuatu yang tidak bisa diperbaiki lagi?
Ale sudah menunggu Vala di parkiran. Mereka berdua berjanji akan jalan seusai ujian setelah satu minggu yang lalu sepakat untuk tidak saling menghubungi. Tidak juga belajar bersama karena dirasa itu ide yang buruk.
Parkiran sesak oleh suara motor dan orang-orang yang berjubel keluar. Vala melambaikan tangan ke arah Ale dengan semangat. Kebetulan mereka beda ruang ujian, jadi waktu keluar ruangan tidak sama, tergantung ketentuan penjaga (yang sudah selesai boleh keluar atau menunggu jam habis). Ia memberi isyarat untuk menunggu di depan. Ale mengangkat jempol tanda mengiyakan.
Sebuah pemandangan janggal menghentikan langkah Vala ketika ia melewati lorong yang mengarah ke gudang sekolah. Tak jauh dari sana Shannon sedang berdiri di depan tempat sampah dengan beberapa kertas di tangannya. Ia tampak celingukan sesaat kemudian membuka tutup kuning tempat sampah lantas menjubelkan kertas-kertas tadi ke dalamnya dengan ekspresi puas.
Setelah Shannon pergi beberapa langkah, Vala langsung membuka tempat sampah tadi untuk melihat kertas apa yang dibuang cewek itu sampai membuatnya begitu senang.
Ulangan Akhir Semester
Kelas X MIPA
SMA HELSINSKIBegitulah tulisan yang letaknya di bagian tengah atas kertas.
Nama : Dara Meita Rahagi
Kelas : X MIPA 4
No. Absen : 7Vala terbelalak bukan main melihat tulisan selanjutnya. Refleks ia menutup mulut dengan telapak tangan. Ini adalah kertas jawaban ujian beberapa mata pelajaran: matematika, kimia, fisika, biologi, dan Bahasa Indonesia. Punya Dara yang seharusnya ada di dalam amplop jawaban ujian. Malah berada di tempat sampah dan yang membuang adalah Shannon. Bagaimana bisa?
"Shannon!" panggilnya lantang sambil berlari.
Shannon berhenti. Cewek berambut lurus terurai itu menyapa Vala dengan senyuman manis beracunnya. "Kenapa, Val?"
KAMU SEDANG MEMBACA
AWESOME VALA
Teen FictionVala hanya ingin hidup tenang. Ia tidak ingin menjadi orang yang terlihat di sekolah. Untuk itu dia akan bersikap cuek agar tidak bermasalah dengan orang lain. Hidupnya sudah cukup rumit karena Mama. Namun yang didapatkan adalah ibu tiri yang jahat...