#HAPPYNAJAEMINDAY💚🐰
This is special chapter for nana's bday!!!Selamat Membaca♡♡♡
°•°•°•°Meringkuk di kamar, memeluk lutut, bersandar di tembok, adalah sama sekali bukan gaya seorang Orvala. Ada banyak cara untuk menghilangkan beban dalam hatinya selain berlagak jadi orang paling sedih se-DKI Jakarta. Tidak ada yang peduli termasuk Neko. Atau Vala sepertinya salah, kucing itu tidur dengan nyenyak di samping Vala seolah ingin menenangkannya. Itu artinya hanya Neko yang mengerti perasaannya. Vala yang rebahan sambil menatap langit-langit kamar tiba-tiba memikirkan kembali apa itu rumah.
Dan Vala tau jawabannya. Ini bukan rumah, Papa bukan rumah. Tidak ada rumah untuk berlindung. Bahkan Vala masih terbayang-bayang oleh penguntit itu, tapi tidak ada yang bisa dimintai tolong untuk melindunginya.
Mereka pikir mereka melakukan yang terbaik untuknya. Yang gadis 16 tahun ini butuhkan hanya tempat berpulang yang tenang dan kehidupan normal. Orang tua normal. Tapi itu semua sulit atau bahkan tidak akan dia dapatkan.
Sudahi pertengkaran dengan diri sendiri karena hanya buang-buang waktu. Ternyata benar, Vala sudah menghabiskan waktu dua jam bergelut dengan pikirannya. Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam. Pantas saja sepi tidak ada suara kendaraan lewat. Suasana yang pas untuk me time tapi ia tidak tahu harus bagaimana menghabiskan waktu tanpa harus memikirkan betapa kasihannya dirinya.
Kamar ini bukan tempat yang tepat untuk berdiam diri, atmosfernya berubah sejak kedatangan Mama tadi sore. Jadi Vala memutuskan untuk keluar entah kemana. Ia bangkit dari kasur pelan-pelan agar tidak membangunkan Neko, lalu menyahut ponsel di nakas. Satpam di gerbang sedang tidak ada, mungkin beli rokok, jadi Vala bisa keluar tanpa repot-repot bikin alasan.
Tidak tahu mau kemana, pokoknya jalan saja keliling komplek. Sambil mendengarkan lagu rock volume kencang dari airpods. Iya, lagu rock alih-alih lagu melow meskipun ia tidak tahu sama sekali soal lagu rock. Memang sih tidak seperti drama queen, tapi lebih mirip orang depresi dan itu lebih buruk. Jadinya Vala mengganti playlistnya menjadi lebih 'normal' sambil terus berjalan entah kemana.
"Val?"
Jalanan komplek amat sepi, dan saat Vala mendengar samar ada yang memanggilnya cukup membuatnya merinding. Hantu atau orang sama-sama menyeramkan.
"Vala!"
Vala mempercepat langkahnya. Sial, langkah kaki itu semakin mendekat. Ia pun mengumpulkan keberanian untuk berhenti dan menoleh.
"Lo siapa!" Vala menyipitkan mata.
Seseorang berdiri di bawah lampu dengan kantong plastik di tangannya. Wajahnya membentuk siluet hitam samar. Jarak keduanya sekitar tiga meter.
KAMU SEDANG MEMBACA
AWESOME VALA
Teen FictionVala hanya ingin hidup tenang. Ia tidak ingin menjadi orang yang terlihat di sekolah. Untuk itu dia akan bersikap cuek agar tidak bermasalah dengan orang lain. Hidupnya sudah cukup rumit karena Mama. Namun yang didapatkan adalah ibu tiri yang jahat...