"Kamulah yang melengkapi setiap kekuranganku. Tapi, karena kesalahanku, kamu pun pergi."===
"Kenapa aku berbeda?"
Kalimat tanya itu lolos dari bibir mungil milik Pangeran Kecil. Tubuhnya bergerak ke depan dan belakang sesuai irama ayunan. Dia sendiri.
"Apa yang salah dari aku?"
Dia kembali bertanya. Namun, tidak ada yang bisa menjawab pertanyaannya, dia sendiri.
"Padahal, kata mama aku harus menjadi diri sendiri, tapi kenapa aku malah tidak punya teman?"
Dia mengadu. Dia jarang bercerita tentang keadaan sebenarnya. Wajahnya saja selalu nampak acuh tak acuh.
Tapi, bukan berarti dia tidak mempunyai empati, hanya saja susah untuk mengeluarkan perasaannya. Hatinya beku, seolah terkunci.
"Kenapa aku nggak bisa kayak Kak Taufan yang sering senyum? Atau kayak Kak Gempa yang selalu ramah? Kenapa hanya aku yang begini?"
Dia sendiri heran. Kenapa dan kenapa, kata itu selalu berputar dalam otaknya. Sebuah pertanyaan tanpa jawaban.
Kaki kecilnya berusaha menyentuh tanah. Usai itu, ayunan pun terhenti. Pangeran bernetra merah ruby itu berjalan pulang. Senja menemaninya di kala sendiri. Dan, angin yang akan selalu menjawab pertanyaan tentang dirinya.
Ekspresi anak itu sungguh menyebalkan. Sebuah senyuman jarang terukir di wajahnya yang tampan. Sehingga tak jarang orang menyalah artikan ekspresi itu.
"Lin!" Dia Taufan.
Seruan itu menghentikan langkah kaki 'Lin' atau lebih lengkapnya, Halilintar.
Taufan berlari menghampiri adik kecilnya. Baju birunya sedikit basah; dia berkeringat.
"Kakak cari kemana-mana, malah jalan sendiri. Ntar diculik gimana? Ayo pulang, udah sore juga," ajak Taufan. Pemuda bernetra biru shapire itu hendak menggendong adiknya.
Dengan cepat, Halilintar menepis tangan kakaknya. "Aku bisa jalan sendiri kali. Lagian, mana ada penculik. Ini juga mau pulang," jawab Halilintar ketus. Dia tidak suka jika harus diperlakukan seperti anak kecil.
"Halah, sama Kak Gem aja mau manja-manjaan, sama Kak Fan kok nggak mau. Dasar ngeselin," balas Taufan. Tanpa memedulikan wajah kesal Halilintar, Taufan langsung menggendongnya dan membawanya berlari ke rumah.
"KAK TAUFAN! LEPASIN AKU!"
***
Halilintar tak hentinya menggerutu. Ia masih kesal dengan Taufan. Enak saja menganggapnya seperti anak kecil.
"Udah, nggak usah marah-marahan lagi. Kak Taufan gitu kan sayang sama kamu, Lin. Dan kamu Fan, jangan anggap Lin kayak anak kecil terus," tutur Bu Rum. Wanita itu adalah ibu dari tiga bersaudara.
"Tau tuh, Taufan ngeselin, sukanya makan micin," ketus Halilintar. Pangeran Kecil itu masih saja merasa kesal.
Sementara Taufan malah terkekeh, dia mengusap kepala Halilintar. Sedangkan Si Sulung; Gempa, hanya menyimak obrolan ringan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOT
FanfictionHanya sekumpulan OneShot atau cerita pendek. Selamat membaca, semoga suka! Berisi cerita tentang -Humor -Angst -romance -family -Horor -Apa aja bisa ada disini^^ Request???Akan ku buka yaaa Yuk Baca!! ⚠BOBOIBOY DAN KAWAN KAWAN ADALAH MILIK ANIMO...