3.

26 4 0
                                    

"Guys!! Terima kasih banyak ya atas kerja samanya selama 3 minggu terakhir ini. Sumpah, tanpa kerja sama kita, project tugas ini gak ada apa-apanya. Buat ngerayain rampungnya shooting kita yang berjalan lancar ini, aku ngajak kalian buat ikut makan bareng di cafe depan sekolahan aja yang deket-deket. Habis beres-beres sekarang yaaa, pasti pada laper kan?!!! Tenang deh, gua yang traktir!!" Ujar seorang lelaki yang ku tahu namanya Dion. Dia adalah orang yang memimpin berjalannya kegiatan kami. Aku salut dengan jiwa pemimpinnya, dia pasti sudah sangat lega sekarang.

Mendengar kata traktir, spontan orang-orang langsung ricuh gembira dan bergegas membereskan semua barang-barang sebelum pergi bersama-sama.

"Oh iya, buat Adam sana Sena!! Kalian wajib banget ikut ya!! Gak ada penolakan!! Masa tokoh utamanya gak ikut seneng-seneng sih, kalian ektingnya mantap bener. Salut gua!!!"

Deg,

Duh. Aku sih oke-oke saja, Adam juga terlihat demikian. Tapi sayup-sayup kudengar, beberapa orang merasa keberatan dengan keputusan tersebut, sama seperti saat aku ditunjuk menjadi pemeran utama saat itu.

Dion, tetap kekeh ingin aku ikut. Aku merasa tidak enak, pasti aku akan terabaikan kembali.

Dan benar saja. Aku sekarang duduk diapit di antara Dion dan Adam. Sedangkan Anna, temanku itu duduk tepat di hadapanku. Aku benar-benar merasa canggung. Sungguh tatapan-tatapan tajam orang yang seakan menghunus panah padaku membuatku tidak nyaman. Berkali-kali kubergerak gelisah. Rasanya aku harus cepat-cepat pergi dari sini. Sebelum mereka, para gadis yang selalu merendahkanku itu, bertindak lagi lebih parah dari biasanya.

"Ngg, manteman!! Aku baru inget deh! Aku ada urusan urgenttttt banget nih, aku sama Sena pamit pulang duluan aja gimana ya? Gapapa 'kan?" Syukurlah, Anna sepertinya membaca pergerakan gelisahku dari tadi. Aku beruntung memiliki teman sepertinya.

"Yahhhh, kenapa? Kok buru-buru? Urgent banget emang ya? Gak bisa ditunda dulu gitu?"

"Iya nih, gimana dong, baru inget lagi aku. Nanti deh kapan-kapan kita nongs lagi kek gini, janji ikut deh aku," Ujar Anna meyakinkan orang-orang.

"Si Miskin aja elah yang perginya, lu mah di sini aja udah."

"Dih, miskin miskin muke lo kek orang miskin. Gak bisa. Gua sama Sena udah sepaket. Tolong ya ngertiin kali ini, please ya Ion, gapapa 'kan?" Anna menjawab dengan ketus, lalu beralih memohon pada Dion.

"Hem, yaudah deh hati-hati kalian ya," putus Dion.

"Asikkkk, baik banget Ion, makasih ya. Yuk Sen? have fun kalian... bye!"

Aku ikut bergegas mengikuti Anna setelah berpamitan Dion dan beberapa teman-teman. meskipun sebagian dari mereka menatap malas padaku.

Yuanfen (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang