12

19 4 0
                                    

Tak terasa perjalan panjang terasa cukup singkat dengan adanya obrolan antara aku dan Adam. Aku bahkan baru sadar, jika kini kami berada di depan gerbang Sekolah Dasar yang mana sekolah itu adalah tempat Ibuku mengajar.

Aku dan Adam sedikit masuk ke salah satu koridor, di ujung sana ada tulisan kelas 3-A, mungkin adiknya Adam berada di sana.

Dari pintu kelas 3-A tadi keluar seorang guru dan beberapa anak siswa yang berlarian, mungkin tidak sabar untuk makan di jam istirahat. Sangat lucu, gemasku.

Kebetulan sekali, guru yang baru saja keluar itu adalah Ibuku. Aku baru ingat, aku ke sini bersama Adam. Sedangkan Ibuku 'kan sudah menyutuhku untuk tidak dekat-dekat dengan lelaki ini. Aduh, aku takut Ibu marah.

"Jiafen gēgē!" lantang seorang anak perempun yang berdiri di sampinh Ibuku, lalu berlari dan menubruk kaki Adam dengan pelukan. Cantik dan lucu.

"Jiali, hati-hati. Kan gēgē udah sering bilang, jangan lari-lari, nanti kalo jatuh gimana?"

"Hehe," anak kecil itu hanya tersenyum lucu. Ah cantik.

"Dasar. Gēgē mau ngasih tau, nanti gak dijemput mama atau jiejie, tapi dijemputnya sama gēgē. Nanti gēgē ke sini lagi pas udah nganterin kakak cantik ini pulang, okey? Jangan kebmana-mana kalo udah bel pulang."

"Oke gē, kakak cantik, hai.. Nama aku Jia Li, meimeinya Jiafen gēgē. Kakak kok cantik banget sih? Pantesan aja sih pas Jiafen gēgē suka senyum-senyum sendiri, kalo aku tanya kenapa, jawabnya karena udah liat kakak cantik. Hehehe,"

Hah? Aku hanya bisa tertawa gemas pada anak bernama Jiali ini. Polos sekali ia menceritakan gegenya itu. Aduh aku jadi sedikit malu juga, disebit kakak cantik. Padahal menurutku, aku tidak secantik itu.

Sedangkan Adam? Lelaki itu hanya terkekeh canggung dan telinganya pun memerah.

"Yua," Ujar Ibuku, menghampiri kami.

"Eh? Ibu," aku menghampiri Ibu dan menyalami tangannya. Adam juga ikutan setelahku.

"Kok udah pulang?" Tanya Ibu padaku dan melirik pada Adam juga.

"Iya bu, di suruh pulang aja sih sama guru-guru. Soalnya udah kelas 12, udah selesai UN juga. Cuman ikut upacara terakhir doang terus doa karena UN udah selesai. Cuman yg ngurus-ngurus nilai sama buku pinjaman perpus aja yang masih di sekolah." kataku menjelaskan.

"Kok sama Adam?"

"Eh? Itu.. -"
"Maaf bu, saya yang ngajak pulang bareng Yua, terus mampir dulu ke sini," Ucap Adam menyela perkataanku.

"Hem, oke lah. Kamu anterin anak saya sampai selamat ya, awas aja kalo kenapa-napa." Petuah Ibuku diangguki Adam yang tersenyum lebar.

"Ibu.. Gak marah?" tanyaku.

"Kenapa juga harus marah? Iya gak Dam? Haha kamu ini, kayanya masih kepikiran sama ucapan ibu minggu lalu ya? Aduh, Yua, mana mungkin Ibu larang-larang lagi. Enggak ah, lagian Adam ini anak baik, ibu tau. Soalnya dia pernah ngebelain adiknya, waktu anak-anak nakal gangguin, hadeuh ibu juga sampai turun tangan loh Yua," cerita Ibu membuatku teringat dengan cerita Adam tempo hari di bawah pohon.

"Hah? Jadi, ibu, guru yang Adam... "
"Iya, hehe" Jawab Adam nyengir.

Setelah itu, kami mengobrol bersama sambil menemani adiknya Adam makan bekalnya sampai masuk kelas lagi.

Sekarang aku dan Adam sudah berada di teras depan rumahku. Kami baru sampai sekitar 2 menit yang lalu.

"Makasih Adam," ujarku, memberikan helm padanya.

"Sama-sama kakak cantik," ... "Eh?!! Maaf,"

Aku sedikit terkejut, mendengar langsung dari Adam. Dia juga sama terkejutnya denganku. Ah telinganya memerah lagi.

"Yua?"

"Hm?" Sahutku menatap matanya.

Adam yang masih duduk di atas motor itu tersenyum manis seperti biasanya, ia berdiri menghadap padaku.

"Kalo dipikir-pikir, kita belum kenalan yang bener. Iya gak sih? Kita cuman sekedar tau aja karena pair project drama waktu itu." aku mengangguki perkataan Adam. Menyetujui ucapannya.

"Nah, gimana kalo kita kenalan sekarang?"

Belum sempat ku menjawab. Adam kembali bersuara dengan tangan yang seperti mengajak untuk berjabat.

"Halo, aku Jiafen Adam. Aku lahir dan tinggal di China selama ±13 tahun, dan setelah itu aku beserta keluargaku pindah ke kota ini, di negara ini. Aku punya mama sama baba, punya 3 orang jiejie dan satu orang meimei. Ya, aku satu-satunya anak laki-laki. Dan juga, satu-satunya yang muslim. Aku punya ketertarikan di bidang seni. Tapi aku malah harus memperdalam bidang bisnis buat ngurus bisnis baba aku. Kalo kamu gimana?"

Ah? Wow panjang sekali perkenalannya. Aku pun menjabat tangan Adam.

"Ah, iya hai, nama aku Sena Yuanita. Em aku lahir dan besar di sini (?) Aku punya Ibu dan ayah, aku seorang anak tunggal. Dan aku tertarik menjadi seorang guru. Guru BK, hehe,"

"Udah?" Tanya Adam.

"Iya? Udah kok, gitu aja."

"Oke, salam kenal ya. Semoga kedepannya kita bisa jauh lebih dekat." Adam menggerakan jabatan tangan kami keatas dan kebawah.

"Iya, salam kenal juga."

Ya. Aku tidak pernah menduga, akan kenal dengan lelaki menawan idaman para perempuan di sekolah yang mana menjadi pair ku dalam sebuah project tugas drama. Jika saja saat itu aku menolak menjadi si tokoh utama. Mungkin Adam tidak akan pernah memberikan sapu tangan biru miliknya padaku lalu bercerita panjang lebar hingga kami akhirnya sering cerita satu sama lain.
Yuanfen. Hubungan kami ini diciptakan karena sebuah takdir. Takdir yang tidak pernah diduga sebelumnya. Untuk hari-hari selanjutnya, biar lah sang takdir yang mengatur. Karena sebenarnya, hubungan ini baru saja dimulai lewat perkanalan tadi, di teras depan rumahku.

Fin...
RSMWRN - August 2021

*Hai.. Makasih buat yang udah baca cerita aku ini. Ya, ceritanya selesai sampai di sini.
Semoga suka ya ^^
Jangan lupa feedback nya dengan like, comment, & share ♡

See u~

Yuanfen (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang