9.

14 3 0
                                    

Malam ini, aku baru saja belajar untuk menghadapi Ujian Nasional minggu depan. Kebetulan besok ada simulasi UN juga. Sekalian saja. Aku menyesap secangkir teh susu yang mulai dingin. Aku sedikit memikirkan Adam. Bersemu saat mengingat Adam menyebutku cantik. Dan merasa bersalah saat sampai rumah, Adam malah kena usir ibuku. Tadi.

"Terima kasih Adam, maaf ngerepotin," ucapku setelah turun dari motornya.

"Hehe iya, sama-sama,"

"Mau mampir dulu? Tapi maaf kalo kurang nyaman, rumahku kecil,"

"Gapapa kok, yok, aku minta minum ya," Adam malah menarikku untuk masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum bu,"

"Wa'alaikumsalam, Yua, udah pulang?" ... "Eh siapa itu?"

Ibu yang datang dari arah dapur menarik lenganku, menyembunyikanku di belakang badannya dan menatap tidak suka pada Adam.

"Ibu, dia temen Yua," ucapku lirih, merasa tidak enak karena ibu selalu saja seperti ini kepada orang baru.

"Kamu? Kok kenal sama anak saya?" tanya ibu pada Adam. Sedangkan Adam menatap bingung ibu dan aku.

"Bu, ibu kenal? Ibu salah orang kali, bu udah ah, gak enak," ujarku menarik ujung baju ibu. Dan tersenyum canggung pada Adam.

"Emm, maaf bu, sebelumnya jika kita pernah bertemu, saya tidak ingat. Saya temennya Yu-Yua?, cuman, nganterin pulang aja kok bu," Adam menjelaskan dengan sopan dengan senyuman indah miliknya.

"Oh, kamu gak macem-macem 'kan?" ibu bertanya namun nada bicaranya lebih pelan dari sebelumnya.

Aku bingung, apa yang harus ku lakukan, menarik ibu masuk, atau menarik Adam untuk pulang?

"Enggak kok bu, serius. Saya cuman nganterin aja," jawab Adam tetap tenang dan melayangkan senyum padaku yang terlihat cukup bingung dengan situasi saat itu.

"Yasudah bu, kalo begitu, saya pamit pulang, Assalamu'alaikum... Yu-yua(?) aku pulang ya," pamit Adam dan aku hanya mengangguk dan berkata maaf tanpa suara lalu diangguki Adam sebelum ia keluar dan suara motor menjauh terdengar.

"Kamu kok bisa kenal sama dia? Dia anak orang kaya, beda sama kita. Jangan terlalu deket ya?" ujar ibu membuatku sedih.

Mengapa ibuku ini selalu saja memandang orang dari status sosialnya. Pun saat berteman dengan Anna, ketika keluarga kami mengalami kebangkrutan, ibu seolah melarangku untuk tetap berteman dengan Anna dan teman-temanku yang lainnya. dan terjadilah sekarang, aku hanya mempunyai satu teman yang bertahan. Anna.

"Aku harus minta maaf sama Adam, tapi gimana? Aku gakpunya nomor ponselnya, semoga nanti di sekolah ketemu deh," gumamku sebelum memutuskanuntuk tidur.


Tbc...

Yuanfen (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang