.
.
.
.
.
Happy Reading
.
.
.
.
.
"Perhatikan langkahmu anak muda!" Chan terhuyung ketika seorang pria kekar dengan kasar menabraknya.
Chan terlihat ketakutan, dia langsung meminta maaf kepada orang asing itu dengan rasa bersalah. Saat itu hampir tengah hari dan Chan sedari tadi bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Dia tiba di kota tersebut saat fajar dan hanya berhenti beberapa kali di gang-gang sepi, tapi tidak ada satu orang pun yang cenderung lewat disana.
Perutnya mengomel untuk kesekian kalinya dan dia merasakan bulu-bulu di sayapnya tidak nyaman, tetapi tidak dia hiraukan karena takut orang-orang akan memperhatikannya.
Chan seketika sadar karena ada sesuatu yang sangat aneh ketika dia melihat orang-orang di kota itu, sesuatu yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya.
Orang-orang itu tidak memiliki sayap di punggung mereka, kemanapun Chan pergi dia akan selalu melihat orang-orang di sekitarnya. Dia ingin melihat setidaknya ada satu orang yang memiliki sayap, tapi tidak ada satupun dari mereka yang memilikinya.
Itu juga salah satu alasan mengapa putra bungsu dari keluarga bangsawan Kwon itu ragu-ragu untuk melakukan kontak mata dengan siapa pun, tapi dengan bodohnya dia memilih untuk membiarkan dirinya kelaparan daripada membeli makanan di salah satu kedai kecil.
Juga ada hal aneh lainnya di sekitar kota. Chan telah berkeliaran di sana dalam waktu beberapa saat, tetapi tidak ada sekali pun dia melihat seorang anak kecil. Dia bahkan belum melihat seseorang yang seusianya, hanya sejumlah orang dewasa yang tengah berbelanja dan berbisnis.
Anak laki-laki itu terus berjalan tanpa tujuan di sekitar kota asing dengan kepala tertunduk, bahkan saat ini kepalanya terasa pusing. Chan berpikir mungkin rasa lapar dan lelah menimpa tubuhnya sehingga dia memutuskan untuk berhenti sebentar di gang gelap yang dia lewati sebelumnya.
Ada tumpukan karung bekas di salah satu sisi gang yang digunakan Chan untuk menutupi dirinya dan akhirnya dia memutuskan untuk tidur sebentar. Dia berharap dengan tidur siang bisa membuat dirinya merasa lebih nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirteen Human Are Blessed || Seventeen (End)
FantasyKetika sebuah legenda tragis terulang kembali, akankah mereka bisa melawannya kali ini? Dapatkah mereka mengubah semuanya seperti sedia kala? Seperti kehidupan yang damai, aman dan tentram tanpa adanya gangguan? Atau iblis malah menguasai dunia mer...