Terbawa Perasaan

2.9K 384 74
                                    

KINDERGARTEN - 13
TERBAWA PERASAAN

Mew dan Gulf duduk di cafetaria sekitar empat puluh menit. Mew sudah mengaduk kopi kedua yang ia pesan. Keduanya duduk bersisihan pada bangku di dekat jendela.

"Jane menikah?" Gulf bertanya.

Mew menyesap kopinya lalu menoleh pada Gulf, "Bulan depan mereka akan melangsungkan acara pernikahan,"

"Kamu kecewa?"

"Aku tidak kecewa. Tapi sebagian hatiku masih memiliki Jane. Ada rasa sesak sebenarnya," jawab Mew dengan suara pelan.

"Bagaimana dengan Joy?"

"Merry banyak membantu ku. Dia membantu Joy memahami situasi ini,"

"Kalau begitu Merry bisa menggantikan Jane,"

"Merry tidak menyukai ku."

"Kalau Merry menyukaimu bagaimana?"

"Aku menyukaimu," sahut Mew tegas.

Gulf tersenyum sinis. "Kamu ini gila," datar Gulf.

"Kenapa kamu ingin kembali ke kinder land? Bukan kah tempat itu tidak terlalu menyenangkan untuk mu?"

Gulf menoleh sebentar pada Mew lalu membuang tatapan ke arah depan lagi. "Kata Nenek aku selalu membuat masalah," jawab Gulf.

"Benar, kamu pembangkang kan?"

"Ckk. Apa kamu harus selalu berkomentar dengan hidup ku?" Kesal Gulf. "Kamu tahu, perusahaan ini sangat besar dan memiliki banyak sekali karyawan. Aku bahkan sering kehilangan nafsu makan saat aku harus dipaksa berpikir tentang berjalannya perusahaan ini, tentang nasib karyawan ku, semua hal. Itu membuat kepala ku sakit."

Mew terkekeh. "Yah, selamat datang di dunia bisnis,"

Bibir Gulf mencembik lalu dia bertopang dagu. "Nenek melakukan semua pekerjaan ini untuk waktu yang sangat lama. Pantas saja Nenek sering memarahi ku. Pekerjaan ini memang membuat mood menjadi rusak,"

Mew semakin tertawa. "Sepertinya kamu memiliki banyak sekali masalah di pikiran mu."

"Argh! Membuat soal untuk anak TK lebih mudah daripada ini, serius!" Gulf terlihat frustasi.

"Kamu benar-benar ingin kembali ke kinder land?" Tanya Mew.

"Uhm," Gulf mengangguk. "Aku harus kabur dari Nenek. Nenek memaksa ku menikah. Aku tidak bisa melakukannya."

"M-menikah?" Mew membeo.

"Kamu harus membantu ku pergi,"


"Selamat siang Tuan muda," ucap seseorang yang baru saja memasuki ruang kerja milik Gulf. "Ao?"

Dahi Deng mengernyit mendapati ruangan Gulf kosong. Jam di pergelangan tangan kiri Deng menunjuk kan pukul dua siang, seharusnya Gulf sudah kembali dari makan siang.

Deng berjalan masuk, memeriksa kamar mandi tapi kosong. Di ruang pas juga tidak ada siapapun. Deng melongok ke bagian bawah meja dan dia tetap tidak mendapati keberadaan Gulf. Seharusnya Gulf masih berada di kantor karena tadi pun Deng melihat mobil milik Gulf terparkir di parkiran VIP.

Deng berjalan ke luar untuk menemui sekretaris Gulf. "Jessi, apakah Tuan muda memiliki jadwal pertemuan?"

Jessi beranjak dari duduknya. "Tidak ada Pak Deng. Tapi Tuan Gulf meninggalkan ruangannya sejak dua jam yang lalu. Jessi pikir Tuan Gulf sedang makan siang di Siam."

KINDERGARTEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang