Sebuah Hadiah

2.3K 382 164
                                    






KINDERGARTEN 28 - SEBUAH HADIAH

••

NORMAL POV

Saat ini -tepatnya sejak beberapa bulan lalu taman di halaman belakang adalah tempat yang paling Joy sukai. Hampir setiap malam ketika langit cerah Mew dan Jane menemani Joy melihat langit. Mereka mendengar cerita Joy tentang benda langit dan rasi bintang -semua hal yang pernah Joy dengar di sekolah dan ia dengar dari Gulf.

Mew memeluk Joy yang duduk di pangkuannya. Erat kedua tangan Mew merengkuh tubuh putra kecilnya.

Angin malam berhembus lembut, menerbangkan daun dari pohon-pohon di sekitar mereka duduk. Daun terbang di udara dan tangan Joy terbuka meraih satu daun yang melayang ke arahnya.

"Nak, angin malam ini lebih dingin dari biasanya. Kita masuk ya, Nak?" Ujar Mew membujuk Joy.

"Sebentar, Daddy. Joy suka angin seperti ini," jawab Joy sambil mengangkat kedua tangannya ke udara untuk merasakan hembusan angin yang membelai lembut dan menerbangkan daun di tangannya kembali. "Saat angin bergerak seperti ini layang-layang dan pesawat kertas akan terbang tinggi. Daddy, saat Daddy terlambat datang di hari senam TK Joy dan Pak Gulf menerbangkan layang-layang.."

"Uhmmm... Iya nak Daddy ingat. Layang-layang kalian sudah terbang sangat tinggi saat Daddy datang."

"Hehehehe. Iya Daddy," kekeh Joy. "Cheff Ter dan Phi Mild tidak bisa menerbangkan layangan setinggi Pak Gulf."

"Oh, benarkah?"

"Iya, Dad," Joy menganggukkan kepalanya. "Dadd.." panggil Joy.

"Iya, nak?"

"Joy nakal ya?"

"Tidak. Anak Daddy tidak nakal."

"Joy pikir Joy nakal. Mommy pernah tidak menemui Joy. Dan sekarang Pak Gulf juga tidak mau bertemu Joy. Dad... Kalau Joy nakal katakan saja na? Joy akan jadi baik. Supaya tidak ada yang tidak mau bertemu Joy lagi," Joy berujar dengan suara renyah khas dirinya.

Ucapan Joy sukses membuat ulu hati Mew seperti ditinju.

Mew menghela napasnya panjang, ia tertawa kecil tapi itu sangat menyakitkan, "Nak, anak Daddy tidak nakal. Mommy tidak menemui Joy kemarin karena bekerja. Pak Gulf juga, Nenek Ran sedang menyuruh Pak Gulf bekerja di kantor Nenek Ran," jelas Mew.

"Oh, benarkah? Kenapa kita tidak pergi kesana Daddy?"

"Euh..." Jeda. Mew berpikir. "...Nak, Pak Gulf memiliki banyak pekerjaan. Kalau kita datang dan mengganggu Pak Gulf nanti Pak Gulf semakin lama disana. Lebih lama Pak Gulf disana lebih lama juga Pak Gulf tidak kembali ke TK. Iya kan nak? Jadi kita tunggu saja ya, nak?" Setiap hari selalu ada ucapan kebohongan dari mulut Mew. Semakin hari kebohongan demi kebohongan semakin menggunung dan Mew tidak mengerti untuk menyudahinya. Mew takut mematahkan asa Joy untuk bisa berjumpa Gulf.

Lagipula Mew masih yakin -meskipun itu tidak cukup banyak keyakinan yang ia punya tapi ia percaya Gulf suatu hari akan menemui Joy.

"Oh iya ya Dad," Joy mengangguk mengerti. "Dad Dad..." panggil Joy lagi.

"Ya, nak?"

"Daddy, di dada Joy ada gambar rasi bintang," ucap Joy sambil mengelus dadanya pelan.

Mew merasa seperti jalan nafasnya menyempit. Nafasnya tercekat hingga membuatnya tidak bisa berkata apapun. Ternyata itu yang membuat Joy selama ini tidak pernah bertanya tentang bekas jahitan di dadanya dan sedikitpun Joy tidak merasa takut dengan bekas itu. Gulf nampaknya lebih dulu menjelaskannya pada Joy. Rasa jantung Mew seperti berhenti berdetak. Terlalu banyak kejutan dari setiap ucapan putra kecilnya.

KINDERGARTEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang