20|| Impossible

1.1K 136 29
                                    

"Tidak! Kau berbohong padaku kan?! Jawab aku! Ini semua bohong kan?!"

Yan Wushi hanya diam saat Shen Qiao mengguncang tubuhnya dengan keras. Tangisannya pecah saat tahu anaknya sudah tidak ada lagi.

Shen Qiao baru bangun setelah 3 hari tak sadarkan diri. Saat pertama kali membuka mata, yang Shen Qiao tanyakan adalah 'anakku... dimana?'

Pertanyaan yang bahkan sulit Yan Wushi jawab. Awalnya dia hanya diam, tapi terus berbohong akan membuat Shen Qiao semakin sakit.

"Jawab aku Yan Lang. Kau bohong kan? Iya kan? Anak kita tidak mati kan? Hng? Kau bohong Yan Lang. Kau pasti bohong." Yan Wushi rasanya tidak berani melihat mata Shen Qiao yang sudah memerah. Dalam sehari ini, Shen Qiao bisa pingsan lima kali. Tiap bangun, ia akan menangis sesegukan.

"Kumohon Yan Lang. Jawab iya jika kau berbohong padaku. Kau sering membohongi aku seperti ini. Kau sering menggodaku. Apa ini salah satu leluconmu? Ini benar-benar tidak lucu Yan Lang. Kumohon katakan jika kau berbohong."

Yan Wushi mendekap Shen Qiao dengan erat. Tangisannya semakin tak terkendali. Pelukan erat Yan Wushi sudah membuktikan bahwa pria itu tidak berbohong.

Shen Qiao selalu berfikir, untuk bertindak dan  bersikap baik pada setiap orang. Agar kelak, ia juga mendapat balasan yang baik. Tapi apa? Apa salahnya sehingga dia harus berakhir seperti ini? Kesalahan apa yang dia perbuat hingga dewa bahkan tidak mau memberinya kebahagiaan.

Terkadang, dunia ini begitu kejam. Orang jahat kadang-kadang bisa mendapat keberuntungan yang tidak pernah di dapat orang baik.

Adil? Tentu saja Shen Qiao tidak terima.

Merasa tak ada suara dan pergerakan dari Shen Qiao, Yan Wushi tahu jika Shen Qiao pasti pingsan lagi. Dia membaringkan Shen Qiao dengan pelan. Setelah mengecup keningnya, dia pergi ke tempat pembuatan aula kematian putranya. Disana, dia bertemu Bian Yanmei dan Yu Shengyan yang sudah selesai menata aula.

Bau kemenyan dan dupa langsung menyambut indra penciuman Yan Wushi. Dua buah ukiran nama terpampang dengan jelas.

Yan Wushi berjongkok. Membakar dupa dengan api lilin.

"Tenanglah. Baba-mu akan  baik-baik saja. Jangan khawatir." Monolog Yan Wushi menatap ukiran dua nama yang ada di papan kayu. Seolah-olah ia tahu jika putranya akan menangis kencang saat sang Baba tidak baik-baik saja.

Selama beberapa hari berikutnya. Keadaan Shen Qiao makin memburuk. Dia sering melewatkan jadwal makannya.  Pengobatan, bahkan terkesan lebih pendiam lagi. Shen Qiao memang pendiam dan irit bicara, tetapi jika melihat diamnya yang sekarang, dia sudah seperti orang gila. Tubuhnya kurus bagai tak terurus,  kantung matanya menghitam, tanda bahwa dia tidak cukup tidur. Matanya selalu memerah, sebagai penjelasan kalau dia sering menangis.

Setelah puas menatap Shen Qiao yang duduk lemas bersandar di dinding. Yan Wushi masuk membawa semangkuk obat dan bubur. Istrinya harus makan, setidaknya satu suapan, kalau bisa sampai habis. Ia tidak ingin tubuh istrinya hanya terisi tulang belulang. Tidak enak nanti kalau melakukan seks dengan tengkorak hidup.

Yan Wushi menaruh nampan yang ia bawa tepat di depan Shen Qiao. Tapi, pria itu bahkan tidak bergeming sedikitpun. Terpaksa Yan Wushi menyentuh tubuhnya. Membiarkannya menyender di dadanya. Tangan bebas Yan Wushi ia gunakan untuk menyuapi Shen Qiao, tapi dia masih belum mau membuka mulutnya.

"Ah Qiao. Jangan begini. Kalau putra kita tahu Baba-nya tidak makan  berhari-hari mereka pasti akan merengek."

Shen Qiao menunduk. Membayangkan anak-anaknya menangis karena dia tidak makan pasti terlihat menggemaskan. Bulir air mata Shen Qiao turun lagi, dan Yan Wushi mengusapnya dengan pelan.

I'M YOURS || YanShen |BL (DROPPED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang