Pohon rimbun menjulang tinggi, menutupi sinar mentari di petang hari. Angin berembus menggoyangkan ilalang, meliuk-liuk seperti gerakan pesenam. Gesekan antara semak belukar dan alas kaki membelah hutan belantara. Dua insan berjalan dengan hati-hati— menghindari ilalang tajam yang bisa melukainya.
Pencahayaan di hutan semakin minim. Mengingat sebentar lagi akan berakhirnya pekerjaan Sang surya untuk hari ini. Kerja bagus surya. Dengan penuh hormat, terimakasih telah menemani dua insan menjelajahi dunia.
Melihat cahaya yang masuk ke dalam netranya membuat Sang pemimpin tersenyum senang. Seperti ada harapan yang timbul. Segera ia memberitahu pujaan hatinya— yang tertinggal di belakang —untuk tetap semangat. Karena mereka akan segera tiba di tujuan akhir. Tetapi, Sang pujaan hati sudah sangat kelelahan. Pemimpin memandangnya dengan tatapan sendu, ia pun membawa tubuh pujaan hatinya untuk naik ke atas punggungnya.
Minhyung, seorang pemimpin itu sedikit berlari dengan Donghyuck— sang pujaan hati —yang berada di punggungnya. "Donghyuck, lihat. Para burung kecil menyambut kehadiran kita!" Donghyuck melihatnya. Ia pun tersenyum kecil.
"Oh, betapa indahnya ciptaan dewa, Minhyung." Minhyung menolehkan kepalanya, berusaha melihat paras Sang pujaan hati. "Oh, betapa indahnya ciptaan dewa, Donghyuck."
Donghyuck tertawa kecil. Hal yang disukai oleh Minhyung di hidupnya. Minhyung menurunkan Donghyuck dari punggungnya. Setelah itu, ia diperlihatkan pemandangan Donghyuck yang sedang berlari dengan riang ke tepi lembah.
"Hati-hati Donghyuck," ujarnya sembari menyusul Donghyuck yang tengah duduk dengan melipatkan kedua lututnya. Ia pun turut mengikuti pergerakan tersebut.
Hening datang ikut bergabung bersama mereka yang tengah larut dalam pikirannya masing-masing. Sesekali Lubuk hati mengucapkan beribu kata syukur karena telah memberikan mereka sesuatu yang indah. Terutama sesuatu yang sedang berada di sampingnya.
"Minhyung." Pemilik nama tersebut menoleh. Ia terdiam, menunggu Donghyuck untuk kembali melanjutkan kalimatnya. "Lee Minhyung."
Donghyuck menoleh. Melihat kedua netra Minhyung dengan jantung yang berdetak cepat tanpa seizinnya.
"Nama yang indah untukmu. Sangat sesuai dengan parasmu yang indah juga," lanjutnya memuji Sang pemimpin yang sedang tersipu dibuatnya.
"Tentu, karena kau yang memberikan nama nan indah ini. Telah beberapa kali aku bertanya kepada diriku sendiri. Darimana kau menemukan nama indah ini?"
Keduanya tertawa kecil. Menikmati pembicaraan sederhana yang membuat mereka terjebak lebih dalam lagi ke sebuah perasaan kegelapan.
"Donghyuck."
"Ya?"
"Donghyuck, mentari. Teruslah menyinari kehidupanku yang penuh akan kegelapan ini."
Donghyuck tersenyum mendengarnya. Ia menjatuhkan kepalanya ke pundak kokoh milik Minhyung. Menikmati suasana hangat yang tiba-tiba hadir di keduanya. Pikirannya saling bertaut— memikirkan segala cara agar mereka bisa bersama selamanya.
Mereka memandang pemandangan yang sama. Tanpa diundang, sepasang merpati putih hadir menghiasi waktu mereka. Sepasang merpati itu terbang memutari bukit kembar— mempengaruhi pikiran mereka agar mengubur kenangan ini sedalamnya untuk waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing In The Dark | MARKHYUCK
FantasyPerasaan kegelapan yang hadir di tengah-tengah langit yang sedang marah. Menghujamkan malapetaka dengan beribu kata sumpah. Satu, dua, burung merpati berterbangan dengan berani, mendekati Dewa mengadu belas kasih. Minhyung, seorang manusia yang diku...