04

290 51 12
                                    

Jarinya menggerayangi permukaan kulit yang halus. Seorang pemuda yang berada di hadapannya melahap habis seluruh atensinya. Ia mengecup halus pucuk hidung yang setiap kali menggodanya. Kemudian, pergerakannya dengan perlahan turun untuk mengecup sebuah bibir berwarna merah muda yang sedang tersenyum. Melepaskan semua rasa yang selama ini ia kurung di dalam dirinya melalui sebuah kecupan.

Ia memundurkan wajahnya beberapa sentimeter. Menangkup wajah pemuda itu sembari mengelus pipinya lembut. Senyumannya sejak tadi tidak pernah sirna. Rasa bahagia yang ia inginkan telah tersalurkan.

Tetapi, itu belum memuaskan dirinya. Ia ingin lebih dari itu.

Minhyung mengecup di seluruh bagian wajah pemuda tersebut. Entah ia menganggapnya sebagai Donghyuck ataupun Haechan. Keduanya sama. Sama-sama memenuhi hati Minhyung.

Tangan Minhyung jatuh ke pundak pemuda itu. Netranya berembun. Selang beberapa detik, setitik air mata jatuh ke pipinya. Mengekspresikan kesedihan yang amat dalam. Ia memukul dadanya. Sangat menyesakkan. Disana ia merasakan sakit yang begitu kejam.

"Aku ingin dirimu. Aku ingin melihatmu. Aku ingin memilikimu kembali," racaunya membuat seseorang yang berada disana ikut merasakan sakit.

Renjun, sejak awal dia berdiri di sana memperhatikan seluruh pergerakan yang Minhyung buat. Sejak dari kejadian di ruang perpustakaan, Minhyung menjadi lebih pendiam. Sorot matanya sendu, mengekspresikan rasa sedih yang telah menyerang jiwanya. Renjun ingin membantu tetapi ia tidak bisa menggapai keberadaan Minhyung.

Renjun ingin memeluk jiwa Minhyung. Jiwa yang tidak mengetahui apapun, hancur rapuh tak tersusun. Betapa sedihnya Minhyung saat ini, ia melakukan hal yang membuat orang lain menyangka dirinya sudah hilang kewarasan.

Bagaimana tidak?

Minhyung kini tengah menatap dan mencumbu sebuah maneken selayaknya kekasih. Maneken yang dibuat oleh Minhyung sangat persis dengan rupa Donghyuck maupun Haechan.

Renjun awalnya terkejut melihat Minhyung selepas pulang sekolah berlari terburu-buru menuju ruangannya. Tanpa diizinkan, Renjun pun turut masuk ke ruangan Minhyung. Jantungnya hampir ingin lepas dari tempat asalnya ketika ia melihat sebuah maneken di balik gorden besar itu.

Dirinya ingin menghampiri dan bertanya. Namun diurungkan niatnya melihat Minhyung melakukan itu semua. Renjun bertanya pada udara, mengapa tuannya melakukan itu semua? Apa yang ia rasakan? Apa yang membuatnya begitu terlihat menyedihkan?

Semua pertanyaan itu hanya di jawab oleh isakan tangis Minhyung. Ia tak meraung dan tak juga melempar barang. Ia hanya menangis dalam sepi sembari memeluk erat Maneken itu.

Renjun melangkah untuk mendekat, ingin memeluk Minhyung. Ia tak bisa menahan terlalu lama lagi melihatnya seperti itu. Namun sebuah suara memberhentikan pergerakannya.

"Sekeras apapun usahamu, Huang Renjun. Kamu tidak akan bisa. Aku akan tetap hidup bersama bayang-bayang Donghyuck. Itu adalah hukumanku."

Kali ini Renjun tidak bisa menahannya. Seakan-akan Minhyung telah mengirimkan perasaanya melalui perkataan itu. Lalu, sasaran yang tepat menusuk ke arah jantung Renjun.

"Renjun!"

Panggilan itu mengalihkan rasa sakit yang mulai menyerangnya. Menolehkan kepalanya melihat ke asal sumber suara. Lee Jeno berada di sana. Ia membuat suatu pergerakan tangan yang memerintah Renjun untuk menghampiri dirinya. Dengan berat hati, Renjun meninggalkan ruangan Minhyung. Membiarkannya menghabiskan waktu untuk menenangkan jiwanya.

"Apakah dia Tuan Minhyung yang telah menjadi perbincangan hangat?"

Renjun mengangguk. "Ya, dia orangnya. Mengapa?"

Dancing In The Dark | MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang