Perasaan kegelapan yang hadir di tengah-tengah langit yang sedang marah. Menghujamkan malapetaka dengan beribu kata sumpah. Satu, dua, burung merpati berterbangan dengan berani, mendekati Dewa mengadu belas kasih.
Minhyung, seorang manusia yang diku...
Terhitung satu minggu yang telah aku lalui untuk menjagamu.
Tidak diketahui keberadaannya.
Ia menghilang. Membuat jiwaku setidaknya merasakan ketenangan.
Kelopak mawar itu dijadikannya sebagai penghitung waktu untuk membuatku kembali. Hati-hati dengan permainan yang dibuatnya. Terdapat sebuah titik yang membuat kita tidak bisa untuk kembali.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setengah jam telah berlalu, namun Haechan tak kunjung membuka kelopak matanya. Peluh dingin sudah membasahi dirinya serta aturan napas yang sesak membuat Renjun panik setengah mati. Ia sudah melakukan berbagai cara untuk menenangkan diri Haechan, akan tetapi tidak ada satupun yang berhasil.
Apa yang sedang kau impikan di alam sana, Haechan. Batin Renjun tidak henti-hentinya risau dengan keadaan Haechan saat ini. Mengingat kembali kondisi Haechan yang sudah di ambang batas saat ia menemukannya di toilet.
Genggaman tangan Renjun pada Haechan tidak lepas sejak sampai di klinik sekolah. Alih-alih berusaha menenangkan, ia mencoba setidaknya mendapatkan sedikit informasi dari memori yang tersisa di pikiran Haechan. Namun semuanya kosong, tidak ada satupun yang terekam.
"Kamu anak baru ya? Siapa namamu tadi? Huang Renjun?"
Renjun menoleh kepada pemilik suara yang berusaha mengajaknya berbicara. Suster Maria yang memperkenalkan dirinya sebagai penjaga klinik, telah membantunya untuk merawat Haechan sejak setengah jam yang lalu.
Renjun menganggukkan kepala. Ia kembali menaruh atensinya kepada Haechan. Menatap setiap pahatan wajah yang sempurna.
"Sudah berapa lama kau menjalin sebuah hubungan dengannya?"
"Aku tidak terikat apa-apa dengannya."
"Lalu, mengapa kau sangat perhatian sekali? Sampai-sampai genggaman tangan serta tatapan matamu tak pernah terlepas darinya."
"Hanya melaksanakan sebuah tugas untuk menjaga kekasih temanku."
Suster Maria menerka-nerka seseorang yang menjadi kekasih Haechan. Setahunya, Haechan merupakan seorang siswa yang bersih namanya dari desas-desus kencan. Ia yang terkenal dengan sebutan anak emas itu bahkan memiliki rumor yang sebaliknya. Yaitu tidak pernah merasakan sebuah cinta.
"Suster, aku harap engkau jangan mencoba untuk menebak siapa yang menjadi kekasihnya. Aku takut ketika Haechan telah siuman, ia akan menjadi risih."
