~•■•~
"Wajahnya jelek sekali!"
"Tasawala, matamu picek! Dia cantik!"
"Mungkin itu karena wajahnya berdebu."
Beriringan dengan angin ilusi yang mencoba menerobos masuk melalui jendela kamar bernuansa megah, suara dua laki-laki muda dan satu perempuan membangunkan Kencana dari tidurnya. Masih dalam posisi berbaring tenang, Kencana pun tergerak membuka kelopak mata—memastikan ketiga sosok lain di dekatnya tidak menjadi ancaman. Hal pertama yang terlintas dalam penglihatannya yakni tiga monster berwajah rata tengah memandangi Kencana. Wajah mereka kembar seraya mengenakan seragam pelayan. Tentu saja itu karena ketiga sosok ini sama-sama tidak memiliki wajah—alias rupa rata—hanya alis dan mulut yang tertinggal. Mata Kencana mengerjap. Sementara ketiga sosok di dekatnya nyaris terjungkal kaget mendapati nona baru mereka terbangun dari tidurnya.
"Sial, si jelek bangun!" Sosok paling muda dan ceria membuka suara sebelum satu pukulan mendarat di punggungnya. "Aww sakit, Hanaca! Kenapa kau memukulku, bodoh?"
"Sudah kubilang dia cantik, Tasawala! Matamu buta! Dia nona kita sekarang, bersikaplah sopan!" Kini monster berwajah rata berjenis perempuan berujar kesal. Namun sepertinya Hanaca sangat mengaggumi Kencana. Lihat betapa terpukaunya dia memandangi nona barunya. "Nona anda sudah bangun—"
"Perkenalkan diri kalian." Belum sempat Hanaca berujar, Kencana menyahut cepat seraya terduduk manis di atas ranjang. Walaupun interior dan suasana kamar yang tengah dipakainya cukup mewah dan berkelas, tempat ini tergolong asing. Bahaya bisa saja datang kepadanya. Kencana tidak boleh lengah. Sebisa mungkin tetap menunjukkan ketenangan dalam menghadapi situasi.
Tasawala bersedekap dada. "Cih, astaga—" Kalimatnya terhenti setelah pukulan kedua milik Hanaca mendarat di punggungnya. "Sakit bodoh!"
Hanaca membungkukkan sedikit tubuhnya—memberi etiket penghormatan kepada sang majikan."Perkenalkan, Nona. Saya Hanaca, kepala pelayan di Kediaman Suanggi. Satu-satunya perempuan dari tiga monster kembar berwajah rata yang mengabdi kepada Tuan Afu. Meski kami kembar, saya tercipta terlebih dahulu semenit sebelum mereka berdua lahir. Saya pintar dalam urusan mengkoordinir seluruh pekerjaan rumah serta mampu memasak makanan lebih enak dari koki monster manapun. Itu sebabnya Tuan Afu menjadikan Hanaca yang manis sebagai kepala pelayan." Hanaca berujar ramah lalu segeralah dia mencubit tangan saudara kembarnya yang sedari tadi tidak berbicara. "Jangan diam saja. Cepat perkenalkan diri!" bisiknya.
Pelayan yang paling tenang itu berdehem sejenak. "Selamat pagi, Nona. Saya Rakada. Pandai dalam memperbaiki perabotan teknologi sihir rusak dan membenarkan seluruh benda yang mustahil diperbaiki."
"Itu saja?" Bisik Hanaca kepada Rakada. "Kau tidak bisa berkenalan ya?!"
"Untuk apa panjang-panjang jika nantinya hanya dipanggil satu nama." Rakada menimpali perkataan saudara kembarnya dengan dialeg datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hinlanda Gate
FantasyDicap sebagai monster cacat namun sangat menawan seantero Hinlanda lantai tiga, Kencana kerap kali ditindas oleh Tuan dan Nyonya Garjita bertubuh gempal sebagai pelayan di restoran kecil mereka. Entah menyajikan masakan untuk para monster kelaparan...