~•■•~
Entah sudah hari ke berapa dia tersiksa akan ajaran tata krama yang diberikan oleh guru monsternya—rupanya Tuan Afu mengirimkannya juga seorang pengajar tua berkacamata. Bagaimana tidak? Setiap satu jam sekali, Kencana dituntun untuk melatih cara berjalan, berbicara, makan, dan sebagainya. Tak hanya itu, Hanaca dan para pelayan wanita berkepala balon selalu membantunya membersihkan diri, berpakaian bahkan mereka turut menyisir rambut pekat Kencana. Anak itu tidak mau rambutnya diikat, sehingga ia tidak mengizinkan para pelayan menyanggul rambutnya. Menjadi bangsawan sangatlah merepotkan.
Ya, paling tidak selama seminggu lebih ini Kencana mengalami kemajuan dalam berpenampilan serta memahami etiket bangsawan secara umum. Terlebih lagi pada dasarnya Kencana sudah cukup cerdas dan anggun secara alami sehingga sangat mudah beradaptasi di lingkungan baru—tetapi mungkin sifat liarnya masih tertinggal sedikit.
"Aku benci kelas tata krama!" gumam Kencana kesal seraya membenamkan wajahnya di atas tempat tidur. "Sudah seminggu lebih, tetapi Tuan Afu belum mengembalikan kipasku!"
Hanaca yang sedari tadi merapikan pakaian Kencana hanya tertawa santai. "Mungkin sebentar lagi. Selama ini, Nona sudah mengalami kemajuan yang hebat, bukan? Apa anda menyadarinya?"
Kencana mengelus dagunya sejenak. Jika dipikir-pikir ia memang mengalami kemajuan yang signifikan selama beberapa waktu ini. Dia tampak anggun dan menawan. Tentu ia sadar sejak lama wajahnya memang cantik bahkan dalam kondisi bau pun Kencana tetap indah. "Ngomong-ngomong, aku belum pernah menginjakkan kaki di luar Kediaman Suanggi dan toko besar Tuan Afu. Kudengar toko milik Tuan Afu sangat megah."
Hanaca berdehem. "Berkunjung ke toko sangat mudah. Karena Kediaman Suanggi menjadi satu dengan toko mewah milik Juragan."
"Sejak kapan? Kenapa aku baru menyadarinya?" Kencana menyahut tidak percaya. "Pantas saja setiap berjalan di koridor, aku kerap kali mendengar suara keramaian pengunjung dari balik dinding, rupanya toko Tuan Afu menjadi satu dengan kediamannya sendiri."
"Ya, sebenarnya ada jalan khusus menuju tempat kerja milik Juragan sehingga ketika aku dan kedua saudara kembarku mengajak anda berkeliling, kami tidak sempat menunjukkan toko kepada Nona."
Kencana menaikkan sisi kiri alisnya. "Memang jalan khususnya berada di mana?"
"Hehe ... berada di ruang kerja Juragan."
***
Kencana tidak habis pikir jalur antara toko dan Kediaman Suanggi diharuskan melewati ruang kerja Tuan Afu. Tentu mustahil untuk melakukannya. Kencana malas menemui ayah angkatnya yang judes. Sebenarnya bisa saja dia melangkah keluar dari Kediaman Suanggi terlebih dahulu lalu memasuki toko melewati jalur selatan—tempat para pengunjung—namun membutuhkan waktu yang lama terlebih lagi toko Tuan Afu dan Kediamannya berada di kawasan perumahan melayang sehingga sangat merepotkan jika harus menaikki kereta trem atau memanjat. Sayangnya, Kencana menghindari pilihan kedua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hinlanda Gate
FantasiDicap sebagai monster cacat namun sangat menawan seantero Hinlanda lantai tiga, Kencana kerap kali ditindas oleh Tuan dan Nyonya Garjita bertubuh gempal sebagai pelayan di restoran kecil mereka. Entah menyajikan masakan untuk para monster kelaparan...