"Jangan nangis"
"Eh?"
Kepala gadis itu mendongak. Menatap keatas dimana terdapat ranting dan dedaunan yang rimbun berada.
Manik sembabnya mengernyit lantaran yakin betul bahwa suara yang barusan ia dengar itu berasal dari sana.
Tapi lihat sekarang? Tidak ada apa-apa. Tidak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang diatas sana.
—————
Istirahat ini aku putuskan untuk tiduran diatas pohon. Terletak di pinggiran danau dangkal yang tempatnya berada di belakang gedung sekolah.
Sebuah tempat favorit saat aku sedang merasa bosan dan banyak pikiran.
Aku merebahkan diri diatas batang pohon besar ini. Tapi sebelumnya aku sempat melepas kemeja putihku agar tubuh ini terasa segar dan tak berkeringat.
Aku mulai memejamkan mata. Menutupnya dengan kemeja putih yang tertanggal. Menikmati hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa rambut juga tubuhku.
Ahh, begitu sejuk dan dingin.
Membuat kantuk menyerang dan mengajak diri ini untuk masuk kedalam dunia fana.
Tapi sayangnya hal itu tidak terjadi. Karena aku merasa ada sesuatu yang mengganggu tidur siangku.
Batang pohon yang aku tiduri terasa bergoyang. Seperti ada seseorang yang menyenggolnya.
Manik letih ini kubuka. Perlahan membalikkan badan dan mengintip sesiapa orang yang dengan beraninya menganggu tidur siang sang ketua Toman.
Aku terkejut. Manikku melebar. Mendapati sosok gadis yang ku sayangi sedang menangis sesenggukkan dibawah sana.
Membuatku bergumam kecil.
"Sedang apa dia disitu?"
Aku mulai menajamkan telinga. Mencoba mendengar apa yang mulai ia racaukan.
Dan beberapa menit berlalu. Kini aku mulai paham dengan situasi gadis itu. Hal apa yang membuatnya sampai menangis seperti ini.
Aku menghela nafas lelah. Walau hati merasa tak terima karena netra indah itu menitikkan air mata, tapi aku berusaha untuk tetap biasa saja.
Aku kembali merebahkan tubuh. Meraih kemeja yang tergeletak diatas perut tanpa balutan kain dan membekapnya diatas mulutku sendiri.
"Jangan nangis,"
Ucapku kuat.
Aku mendengar gadis itu berucap, "Eh?" yang mana itu membuatku terkekeh geli.
Sepertinya dia terkejut.
Ditambah lagi suaraku yang terdengar berat karena aku sengaja menutup mulut dengan kain untuk menyamarkan bunyi membuatnya semakin penasaran siapa orang yang sedang berada dibalik pohon besar tinggi dan rindang.
"Jangan takut, aku bukan setan atau semacamnya"
Tambahku lagi mencoba menyakinkan gadis ini.
"S-siapa kau?"
Oh, dia bertanya?
Siapa aku? Hmm, oke. Aku akan sedikit bermain drama disini.
"Aku adalah pohon sakti. Aku dapat berbicara dan tahu segalanya. Termasuk tentang dirimu"
Baiklah. Ini akan semakin seru.
"P-pohon sakti?"
"Ya. Apa kau tidak percaya? Mau bukti?"
"Bukti apa?"
"Bukti bahwa aku memang mempunyai kesaktian"
Omongan kami terjeda sesaat. Mungkin gadis itu sedang berpikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗠𝗬 𝗬𝗘𝗟𝗟𝗢𝗪╵ˢ.ᵐᵃⁿʲⁱʳᵒᵘ
Romance❱ 𝘀𝗮𝗻𝗼 𝗺𝗮𝗻𝗷𝗶𝗿𝗼𝘂 ⩩ 𝗺𝘆 𝘆𝗲𝗹𝗹𝗼𝘄 ──; ✰, sejatinya kau adalah mentari yang menyinari ruang temaramnya. .... kau adalah kau. dan dia adalah dia kalian berbeda. ...