Bonus Chapter-(William Zidan)

7K 502 69
                                    


Monmaap lama ngilang

Happy reading~

🌿
🌿
🌿

Zidan meletakkan hpnya, baru saja selesai videocall bersama ketiga sahabatnya. Dalam rangka kegalauan Theo

Zidan meneguk milk tea kesukaannya, sambil menikmati acara tv yg menampilkan siaran live turnamen bela diri. Mata Zidan berusaha menelusuri layar tv untuk mencari sosok yg dia kagumi

“Mana sih? Kok gak keliatan.” Zidan mendekatkan wajahnya di tv, sampai suara hp mengagetkannya

Tinininittt..  tinininitt..

“E-eh ayam!! Anjir kaget.” sontak Zidan melihat siapa yg menelponnya, dan ternyata William

Klik...

“Halo??”

“Halo dek.. Udah nyalain tv?”

“Udah daritadi tau kak! Tapi gak nemuin ini kakak yg mana sih?”

“Dibawahnya spanduk tulisan Arcade, kakak disitu.”

“Mana sih aku gak tau.”

“Yaudah nanti aja kalo mau main, kakak langsung telpon kamu.”

“Oke. Jangan lupa makan yg banyak.”

“Kalo banyak nanti di diskualifikasi dek.”

“Yaudah nurut aja napa sih!!”

“Ahahaha iya cantik, bye ya.”

Klik..

Padahal Zidan belum sempat ngejawab, emang dasar si William

Jadi ceritanya William turnamen bela diri dan disiarkan di televisi. Dan Zidan disuruh nonton

Kalo kalian tanya kenapa gak nonton langsung? Jawabannya Zidan malu karna katanya disana kek anak ilang-_-

William ini atlet silat, udah dari SMP dia selalu ikut turnamen. Pulang selalu bawa medali sama uang tunai, yg buat dia disayang semua guru karna banggain nama sekolah

Kalo sekarang, William ikut perguruannya sendiri tanpa atas nama sekolah. Karna prestasinya banyak, jadi gak heran kalau dia bisa masuk nasional

Kalau kalian nanya kenapa selama kelas 12 William selalu bareng gengnya alias Geral, Randy, dan Candra.. alasannya karna fokus ujian dulu jadi dia vakum. Kalau udah aktif lagi ya bisa jadi dia jarang pulang, turnamennya banyak diluar kota

Tinininiitt..

Klik

“Halo dek? Kakak udah mau tanding. Kalau kamu gak keliatan ya gak papa. Doain aja kakak menang.”

“Eh kakak di lapangan yg mana?”

“Lapangan Hijau, kakak sisi merah.”

“Semangat ya kak, awas kesleo.”

Sontak Zidan mendengar suara tawa geli dari sambungan telpon. William tertawa

“Kalau pulang gak ada luka, itu tandanya cupu dek.”

“Kakak mah jangan gitu, aku khawatir.”

“Kalau kakak menang, kamu kasih hadiah apa?”

“Kencan dua hari?”

“DEAL!!”

Dan setelah itu William menutup telponnya, dia persiapan memasuki Gelanggang (arena pertandingan). Zidan menonton tv, tersenyum saat kamera menyorot wajah William dari samping

I Love You Bastard [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang