Hari ini mungkin jadi hari terakhirku di dunia tanpa sihir. Hari terakhir di mana aku akan menyembunyikan identitas sebagai penyihir dan hidup bebas di tempat yang dipenuhi oleh kalangan ahli sihir.
Pagi ini, aku tidak bersiap-siap seperti biasanya. Bangun terlambat pun tidak akan jadi masalah, sebab aku akan berpindah sekolah.
Aku dan Mom pergi ke sekolah untuk mengurus surat perpindahan. Untuk itu, kami sudah menyelesaikannya. Saat ini, Mom tengah berbicara dengan Mr. Kyle, orang yang kemarin menyelamatkanku dari bencana.
"Putra Anda sangat ahli dalam alkimia," ucap Mr. Kyle sambil tersenyum. Pria berusia tiga puluhan itu menampilkan ekspresi yang jarang ia tunjukkan di sekolah pada Mom. Guru yang tenang dan dingin itu berubah menjadi antusias dan hangat dalam semalam. "Mungkin ia akan ahli dalam membuat ramuan sihir."
Ramuan?
Hei, aku itu bukan ahli obat-obatan yang bisa meracik ramuan! Apalagi ramuan sihir!
"Dia jelas mengikuti jejak ayahnya, Mr. Magnolia." Mom membalas ucapan Mr. Kyle dengan senyuman juga. Ia mengucapkan 'Magnolia', kata asing lagi yang bukan nama belakang dari guru kimiaku itu. Yang kutahu nama lengkap Mr. Kyle adalah Kyle Torres. Bukan yang lain, terutama Magnolia.
"Anda tak perlu khawatir mengenai keselamatan putra Anda di Vallendorf." Mr. Kyle berkata lagi. Senyuman penuh percaya diri menghiasi wajahnya. "Saya akan melindunginya dari bahaya apapun."
"Keluarga Magnolia memang selalu bisa diandalkan." Mom membalas ucapan Mr. Kyle. "Terima kasih, Mr. Magnolia."
Tunggu dulu. Bagaimana bisa Mr. Kyle tahu tentang sihir? Bukankah dia itu manusia biasa?
***
Semua urusan di sekolah sudah selesai. Kami tinggal beberapa langkah lagi dari gerbang, sedikit lagi dari pintu mobil yang dibawa oleh Mom. Namun, suara keras seseorang membuatku berbalik. Suara keras seakan lempengan besi yang jatuh bersamaan selalu saja membuat telingaku pekak.
"Luc! Tunggu aku!" Seorang anak berambut merah tembaga berlari kencang ke arah kami, lebih tepatnya ke arahku. Ini memang jam istirahat, jadi para murid bisa bebas berkeliaran ke penjuru sekolah tanpa khawatir terkena hukuman. "We need to talk about you!"
"Mom, tunggu sebentar." Agar dia tidak pergi duluan, aku memintanya untuk menunggu. "Dia temanku."
"Baiklah, Nak. Take your time with him."
Aku mendekati Renn yang kini terengah-engah akibat berlari.
"Ada apa, Sob?"
"Kau tak ingin mengucapkan sesuatu pun saat berpisah, Luc? Tega sekali." Bibir tipisnya maju dan pipinya menggelembung seperti ikan buntal yang terancam.
"Hei, hei. Bukankah kita masih bisa berkirim surat?" Di dunia ini maupun Dunia Sihir, pasti ada surat untuk saling berkirim pesan, 'kan? Bahkan Kepala Akademi Vallendorf, Mr. Harold–ah aku lupa nama belakangnya juga mengirimkan surat dari Myracula ke Bumi. Namun, yang menjadi pertanyaanku, apa hanya orang-orang tertentu saja yang bisa atau semua orang juga bisa berkirim surat melewati dua dunia?
Dia tetap saja memajukan bibirnya, kali ini sambil menyipitkan matanya.
"Kudengar sekolah barumu itu memiliki asrama, ya?" Darren bertanya dengan mata yang terbuka sedikit seakan sedang menyelidiki sesuatu.
"Huh, kau bakal merindukanku, Renn?" Jika aku pergi ke Myracula, Darren tidak akan punya teman lagi. Dia akan sendirian. Api unggun akan padam karena kehabisan bahan bakar.
"Actually, yes." Dia memalingkan wajahnya. "Namun ada satu hal yang ingin kutanyakan."
"Tentang apa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/272632176-288-k673307.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unlucky Wizard (Revisi)
FantasíaNama adalah doa, itu menurut orang kebanyakan, tapi tidak berlaku untukku. Sejak kecil, aku tidak mengenal siapa ayahku dan ibuku serasa enggan untuk mengungkapkannya. Ditambah kekuatan aneh yang membuat hidupku semakin bermasalah, dunia seakan tida...