"I'll miss you, my son."
Aku melangkah sendirian ke luar, menuju ke mobil yang terparkir di depan rumah. Mulai dari sekarang, aku akan melakukan semuanya sendirian. Tidak ada anak laki-laki bersuara keras hingga membuat telingaku berdenging, ditambah perpisahan dengan wanita yang selama ini merawatku (ternyata dia seorang penyihir juga!).
Untuk pertama kalinya aku keluar menuju Dunia Sihir Myracula. Entah apa yang akan menantiku di sana. Semuanya harus kuhadapi sendirian.
Aku membuka pintu mobil hitam lalu duduk di kursi belakang. Dua orang pria sudah duduk lebih dulu di bagian depan, dua orang yang tak kusangka. Keduanya menoleh ke belakang dan menyapa dengan senyuman.
"Halo, Nak! Sudah siap pergi ke Myracula?" Seorang pria berambut cokelat menoleh ke belakang setelah aku duduk di kursi empuk mobil berwarna hitam ini. Gigi putihnya seakan berkilau terkena cahaya matahari dari luar jendela. Pengajar yang ramah dan selalu tersenyum. Dia adalah Mr. Fred, guru biologi di AMS.
"Anda penyihir juga, Sir?" Tidak kusangka ternyata di sekolahku juga ada penyihir. Aku sudah menduga Mr. Kyle itu penyihir, tapi Mr. Fred?
"Hahaha." Pria di samping Mr. Fred tertawa sambil melihat ke kaca spion di dalam mobil. "Kami berdua memang penyihir, Nak."
"Ah, kalian benar-benar membuatku bingung." Ugh, apa ternyata selama ini sekolahku itu sudah disusupi begitu banyak penyihir? Apa Miss Claudia juga seorang penyihir?
Mereka berdua membalas dengan senyuman, dapat kulihat dari kaca spion dalam.
Mr. Kyle menyalakan mobil. Ia menekan pedal gas hingga kendaraan kami melaju perlahan. Mobil hitam ini berjalan ke arah selatan. Setelah kurang lebih lima belas menit berlalu, jajaran perumahan telah tergantikan oleh rimbunnya pepohonan. Sebuah hutan di selatan Arvendale menjadi tujuan kami.
Mr. Kyle menghentikan mobil di sebuah area terbuka Hutan Arvendale. Kami bertiga turun dari mobil, menginjakkan kaki di sekumpulan daun yang menutupi permukaan tanah area terbuka.
Apakah tempat ini Myracula?
Mustahil jika Dunia Sihir bisa berada di sebuah kota kecil, apalagi di hutan. Atau mungkinkah di hutan ini ada gerbang menuju ke Myracula? Itu sepertinya lebih mungkin terjadi, lihat saja di The Chronicles of Narnia Series yang pintu masuknya tersembunyi di sebuah wardrobe.
Mr. Kyle berdiri tegak di tengah celah besar jajaran pepohonan, membuat jubah hitamnya berkibar. Entah sejak kapan ia memakai jubah khas para penyihir itu. Mulutnya menggumamkan kalimat-kalimat yang sama sekali tak kumengerti. Mendadak setelah Mr. Kyle bergumam, secercah cahaya menyinari penyihir itu. Akar dari pepohonan sekitar membersihkan dedaunan yang menutupi permukaan tanah.
Jajaran batu yang membentuk sebuah lingkaran perlahan muncul setelah dedaunan berhasil disingkirkan. Saat itu juga, gumaman Mr. Kyle mulai bisa kumengerti.
"Wahai Dewi Cahaya Necessita, aku, penyembah setia-Mu, memohon berkat dan petunjuk menuju dunia yang Engkau terangi dan lindungi. Light Magic: Altheon Summoning!" Guru kimia di AMS itu berseru kencang di tengah hutan. Cahaya yang menyinari pria itu makin terang. Batu-batu yang membentuk lingkaran itu sekarang dikelilingi oleh delapan titik bercahaya, satu di masing-masing arah mata angin.
Mr. Fred yang berada di sampingku kemudian berkata. "Ayo, Nak. Kita akan pergi ke Myracula lewat Altheon."
Kami bertiga kemudian melangkahkan kaki ke lingkaran batu yang bernama Altheon itu. Setelah kami berada di atas Altheon, kedelapan titik cahaya bersinar semakin terang hingga menyilaukan mata. Sedetik kemudian, pemandangan berubah menjadi sebuah kastil besar berwarna hitam dan orang-orang berjubah hitam yang lalu lalang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Unlucky Wizard (Revisi)
FantasyNama adalah doa, itu menurut orang kebanyakan, tapi tidak berlaku untukku. Sejak kecil, aku tidak mengenal siapa ayahku dan ibuku serasa enggan untuk mengungkapkannya. Ditambah kekuatan aneh yang membuat hidupku semakin bermasalah, dunia seakan tida...