Bab 21

177 33 0
                                    

"Ah, syukurlah kau bangun."

Yang pertama kali kulihat adalah motif kayu di kabin sederhana. Seorang anak laki-laki berkulit eksotis khas orang-orang Asia sedang menuangkan air dari teko tanah liat di kabin yang kutempati. Aroma teh menguar cepat, merangsang saraf-saraf di hidung yang baru aktif.

"Apa yang terjadi?" Yang terakhir kuingat adalah aura biru pucat yang menyelimuti seluruh danau Asrama Aqua dan seorang anak laki-laki yang membuat barrier. Setelah itu, tidak ada yang kuingat. Kesadaranku lebih dulu hilang sebelum mengetahui kejadian lainnya, termasuk alasan aku berada di kabin ini. Yah, pasti tak jauh dari keadaan yang memburuk.

Sang blacksmith berambut hitam tidak menjawab. Dia hanya diam sambil menuangkan teh ke cangkir tanah liat. Ryz meletakkannya di atas nakas dekat ranjang.

"Hei! Aku bertanya padamu!" Dapat dipastikan, Ryz tahu semua kejadiannya seratus persen. Namun, sikap diamnya membuatku kesal. Bisa-bisanya dia yang sudah sepakat untuk membuatkan sebuah senjata, merahasiakan tentang kekuatan yang kumiliki. Aku sudah memenuhi syarat, bersedia membantu Ryz dalam pembuatan senjata. Sedangkan anak itu, apa yang ia lakukan?

"Kau mengalami kekurangan mana." Ryz membalas tanpa mengalihkan wajah dari kegiatannya. Anak itu sekarang sedang menumbuk sesuatu di mortar. Ia juga mencampur beberapa bahan yang tak kuketahui ke dalamnya, mengaduk dengan alu putih.

Aku tidak pernah mengalami kekurangan mana sebelumnya. Entah berbahaya atau tidak, keadaan ini agak mengganggu. Seluruh badanku lemas meski masih bisa bergerak. Aliran sihir di urat nadi masih terasa dalam keadaan lemah.

Anak yang dijuluki The Weirdest Blacksmith itu memindahkan campuran bahan yang telah ditumbuk ke sebuah gelas. Ryz memanaskan sebuah teko logam dengan sihir api, air panas langsung dituangkan ke gelas. Dia mengaduk-aduk gelas pelan hingga semuanya tercampur.

"Kurasa kita tak bisa meneruskan perjanjian," ucap Ryz, kali ini ia menoleh ke arahku.

"Hah?!" Apa telingaku tidak salah?

"Aku tidak bisa melanjutkan perjanjian kita." Sorot mata Ryz meredup, tidak berbinar saat perjanjian kami dibuat. Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

"Apa kau sadar apa yang telah kau lakukan?" Bisa-bisanya dia menarikku sejauh ini lalu pergi begitu saja. Apa ia tak berpikir dirinya sudah berkorban banyak? Sebagai penyihir elit Akademi Vallendorf, ia mencuri buku dan perkamen dari ruang terlarang. Batu-batu sihir yang mirip dengan teknologi Frostio juga kuyakin harganya tak murah. Selain itu, dia sudah mengumbar masa lalu yang suram pada orang asing––aku. "Kau sudah banyak berkorban demi ini!"

Dia tidak menjawab.

"Apa kau sadar aku juga berharap padamu?!" Dia sudah menjanjikan sebuah senjata untuk kugunakan di Turnamen Akhir Tahun nanti. Pertarungan yang penting bagiku karena mempertaruhkan harga diri serta perjuangan melawan stigma. Jika aku kalah, apa yang akan terjadi? Aku akan kehilangan semuanya, makin dibenci dan tak bisa membuktikan kebenaran Frostio. Untuk apa aku datang ke Myracula kalau tujuanku tak tercapai? Percuma saja. "Kau sadar betapa besarnya harapanku?!"

Keheningan menjadi jawaban Ryz. Dia diam dalam keadaan menundukkan kepala. Namun sesaat kemudian, suara lirihnya memecah hening. "Maaf. Aku tak bisa membantumu lagi."

Tanpa rasa malu, dia pergi meninggalkanku sendiri.

***

Enam jam sudah kuhabiskan di dalam kabin kayu Asrama Aqua. Sejak pelajaran hari ini berakhir, aku tidak pergi ke manapun selain danau dan kamar yang kutempati saat ini. Tidak banyak yang bisa dilakukan karena semua barangku ada di EU termasuk novel-novel favorit yang mampu meredakan bosan.

The Unlucky Wizard (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang