Bagian 4 > Pengasingan

6.3K 800 7
                                    

Titah Raja telah sampai di telinga Raka. Begitu esok paginya ia telah bersiap, kereta kuda yang akan membawanya telah ada di depan istana.

Sang Raja dan Ratu berdiri bersisian dengan Putra Mahkota di paling ujung dekat dengan kereta. Sedangkan posisi selir beberapa meter di belakang Raja. Beberapa menteri juga ikut datang. Agak jauh dari posisi keluarga kerajaan.

"Kau akan berangkat sekarang saudaraku?" Putra Mahkota memeluk Raka sekilas. Ekspresi wajahnya sulit ditebak.

Raka hanya mengangguk, menatap Sang Raja dan Ratu. Hingga tatapan matanya bertemu dengan salah seorang selir Raja yang sedang tersenyum culas. Tampak sekali kebahagiaan terpancar di wajah selir itu.

"Berangkatlah sekarang. Hati-hati selama perjalananmu!" Raja memberi perintah. Segera para penjaga membuka gerbang raksasa dan kereta pun melaju.

Tak ada perayaan apapun untuk kepergiannya. Bahkan rakyat tak tahu akan hukumannya kali ini. Seakan-akan semua diatur sembunyi-sembunyi. Bahkan kereta kuda yang Raka naiki bukan kereta mewah. Melainkan kereta kuda biasa tanpa ornamen tambahan khas kerajaan.

Dasar para bedeb*h. Keluarga apanya, kalau dirinya saja dibuang!!

Raka menatap keadaan luar dari dalam kereta. Berdecih kesal, karena harus diasingkan ke tempat peperangan terjadi.

Setidaknya, lewat pengasingan ini tak akan ada yang mengawasi pergerakannya sementara waktu. Raka harus mulai latihan dan mencari guru begitu sampai di tempat pengasingan. Dirinya ingat betul, Nares sungguh payah dalam hal bela diri.

Bisa-bisanya lelaki seperti ini membunuh calon permaisuri! Sungguh tipu muslihat yang menyebalkan!!

Raka menghela napas lelah, kemudian memilih tidur selama sisa perjalanan. Akan butuh waktu lama hingga ia sampai di tempat pengasingan.

***

Tanah gersang dengan banyak tenda besar berdiri. Itulah pemandangan pertama yang dilihat Raka. Belum lagi tembok tinggi yang sengaja dibangun mengelilingi benteng pertahanan ini.

Kereta kuda telah berhenti tepat di dekat perapian. Sedangkan Raka tengah menanti seseorang. Panglima pemimpin perang saat ini, Nich Jonathan keluar dari dalam tenda.

"Salam, Yang Mulia Pangeran ke-2 Nares Pradinata" Joo menunduk hormat. Sedangkan Raka menilai pria di depannya.

Kulit sawo matang dengan otot kekar. Rahang tegas dan tatapan tajam. Belum lagi rambut panjangnya yang sekarang terikat rapi. Kesan maskulin jelas terpancar dari sosoknya.

"Lewat sini, Yang Mulia" Seseorang yang berdiri di samping Joo, Mickelson Vander siap membimbing jalan.

Mereka keliling ke beberapa tempat penting. Ruang rapat, camp pelatihan, tempat mandi, dapur darurat, dan terakhir tenda yang akan Raka tempati.

Raka cukup terkesan. Tempat ini sungguh luas dan orang-orang di sini masih menghormatinya. Ini akan lebih mudah untuknya beradaptasi. Yang jelas, setelah malam tiba Raka harus bersiap menjalankan rencana yang disusunnya. Mencari guru bela diri.

TBC

Hai-hai!! Gimana kabar yang sudah mampir ke cerita ini? Semoga baik-baik saja ya...
Stay safe and healthy guys
Maaf banget baru update dan juga ini dikit banget ya, sekali lagi maaf 🙌
Semoga gk mengecewakan juga
See you next update
Cyaa 💕💕

Siskanaek

Dijebak ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang