H a p p y R e a d i n g
✧༺♥༻✧Di lain tempat, tepatnya di benteng pertahanan, Vander beserta brigadir yang masih bertahan berkumpul. Hanya ada 3 orang di dalam ruangan, termasuk Vander yang memimpin pertemuan kali ini.
"Ada berapa prajurit yang masih sanggup bertempur?" Vander menatap tajam Dane-pria bertubuh kekar dengan rambut ikal di sisi kanan.
"Sekitar 300 prajurit dalam kondisi prima"
Vander mengernyit, pasukan mereka jelas akan kalah jumlah dengan musuh. Beralih menatap Kyle di sisi kirinya,
"Kau sudah mencari tahu posisi Pangeran Nares dan Panglima Joo?"
Kyle tertegun sesaat, menarik napas panjang dia berkata, "Saya telah mengutus beberapa prajurit bayangan untuk menyelidiki sekitar. Tetapi, tak ada jejak keberadaan keduanya. Kemungkinan terburuk, mereka menjadi tawanan perang di istana"
Genggaman Vander mengerat hingga baku jarinya memutih. "Apapun yang terjadi, kita harus selamatkan mereka!!"
Brakkkk
Vander berdiri tiba-tiba hingga kursi yang didudukinya terjatuh.
"Kita bersiap! Atur pasukan tersisa agar segera berangkat!!! Kita pergi ke istana musuh!"
Setelahnya, ketiga orang itu berpencar. Salah satunya, memberi isyarat hingga lonceng peringatan berbunyi.
●○●○●○●○
Raka menghela napas lelah. Di sampingnya, Joo masih setia menanti. Saat ini, keduanya memutuskan berhenti sejenak.
Setelah mengikuti lorong panjang penuh genangan air, keduanya terjebak tak tahu harus melewati jalur mana. Di depan keduanya, tampak lorong bercabang dengan 3 arah yang berbeda.
"Anda sudah memutuskan, Pangeran?"
Joo melangkah mendekati salah satu cabang. Memeriksa tiap dinding di sekitarnya. Tidak ada apapun. Dindingnya lebih bersih daripada sisi kiri.
Sedangkan Raka bergeming. Menatap kosong dinding penuh lumut di cabang yang lain. Tepatnya yang berada di seberang posisi Joo.
"Kau tahu istana ini menghadap kemana, Joo?"
Kening Joo berkerut samar. Pangeran Nares terlalu tiba-tiba menanyakan hal itu padanya. Berusaha mengingat, Joo menatap Raka dengan yakin.
"Hamba rasa, istana ini menghadap utara, Pangeran..."
Raka mendekati dinding penuh lumut itu. Mengusap dinding itu pelan, "Bagaimana dengan saluran pembuangan? Kau tau posisinya ada dimana?"
Joo berusaha mengingat kembali.
Kondisi terikat, debu-debu beterbangan dengan suara tapak kuda yang mengiringi perjalanan. Samar, Joo menyipitkan mata saat mereka hampir melewati gerbang timur istana musuh. Terlihat sekali dari pos penjagaan di sisi gerbang, ada papan lokasi di sana. Begitu juga dengan saluran air yang tak jauh dari gerbang.
"Ada saluran air di timur!!!" Joo berseru keras.
Raka terkejut, beralih menatap Joo. "Kau yakin, Joo?" yang dibalas dengan anggukan semangat olehnya.
Bagus!! Berarti ini bisa dilakukan!
Raka mengeluarkan lock pin miliknya. Menggosoknya pada rambut. Mencabut selembar daun dan meletakkan lock pin itu di atasnya. Setelahnya, ia lepaskan mengapung bebas di atas air.
Perlahan, lock pin itu mulai beraksi. Salah satu ujungnya mengarah ke cabang di depan dan ujung yang lain berada di lorong yang mereka lewati tadi.
"Kita ke kanan, Joo!!"
Segera, Raka mengambil lock pin itu kembali dan bergegas ke cabang sebelah kanan. Joo mengikuti walaupun dirinya masih bingung. Keduanya mempercepat langkah agar segera tiba di ujung lorong.
●○●○●○●○
Beberapa menit berlalu..
Usaha Raka berhasil. Keduanya telah sampai di ujung lorong dan untungnya, tak ada cabang lain yang menyulitkan seperti sebelumnya.
Saat ini, Joo tengah bersiap akan melompat. Memastikan keadaan luar aman.
Begitu tak terlihat prajurit yang patroli, Joo berhasil keluar terlebih dahulu. Disusul Raka yang mengikuti langkah Joo. Perlahan, mereka berhasil keluar dari istana.
"Jangan lengah, Pangeran. Hamba rasa, mereka masih berusaha mencari kita"
Tbc
Hai-hai semuanya 👋
Masih ada yang nunggu cerita ini?
Maaf baru bisa update sekarang..
Untuk next update diusahakan secepatnya kok :")Thx untuk yang sudah baca dan vomentnya 💕💕💕
Semoga kali ini gak mengecewakan yaa..
Sehat selalu untuk para pembaca 💕💕
See you next updateSiskanaek
KAMU SEDANG MEMBACA
Dijebak Protagonis
FantasyRaka Dewangga tertabrak saat menyeberang jalan. Tubuhnya terpental jauh hingga beberapa meter. Di akhir kesadarannya, Raka melihat seseorang sedang memandangnya dengan senyum menenangkan. "Tidurlah," ucap orang asing itu dan setelahnya Raka benar-be...