❝ Sora, kau ada waktu Jum'at minggu depan?❝
Sora Egbert jelas mengingat dua kenangan mengejutkan dalam hidupnya. Pertama ketika Seojin Hwang datang mengetuk pintunya dalam setelan rapih dan mewah. Yang kedua ketika nasibnya berubah cepat bak jentika...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Asyik ya baca om Hwang dua kali berturut-turut wkwkkwkwkw Oh iya, voter keberapa nih?
Musim panas tahun ini bisa dikatakan cukup ganas. Sora bahkan tidak bisa mengenyahkan bayangan semangkuk es krim rasa semangka dengan saus karamel yang manis dan legit untuk beradu di dalam mulut. Tentu itu bukan pilihan yang buruk untuk mampir ke salah satu kedai es krim kesukaannya sembari menunggu jam kerja Seojin usai. Setidaknya masih dua setengah jam lagi, Sora juga sudah berpesan pada Bibi untuk memasak makan malam. Tapi, roda mobilnya malah melewati Lageto begitu saja—kedai es krim itu selalu ramai.
Dalam kurun waktu dua kali enam puluh menit, Sora berharap itu cukup untuk mencari tahu siapa Kim Jina. Meskipun Sora tak berharap bisa membuka kotak pandora sekali sibak, namun basement parkir yang sekarang ia masuki sekaan memberikan secercah jalan keluar untuk rasa peningnya. Sora juga tidak mengulur-ngulur waktu untuk bertanya tentang bangsal Gukwa lantai tujuh VIP. Seperti yang Sora duga dari keterangannya, lantai tujuh rumah sakit ini mewah, tidak banyak pasien yang berlalu lalang, lantainya bahkan memiliki banyak area yang berkarpet. Tidak terkecuali ruang tunggu bersofa dekat dengan dinding kaca yang lebar dan memberikan pemandangan kota.
Membayangkan bagaimana Seojin memberikan perhatian dan sebegini khusus proteksinya, sukses membuat Sora merasa sesak. Gusarnya tidak menentu. Rasa percaya yang ia kuatkan mengenai Seojin yang tidak menyembunyikan apa pun mulai goyah. Tentu saja Seojin Hwang menyembunyikan sesuatu, hanya saja Sora terlalu menampik sebab ia ternyata tidak sesiap itu dengan kemungkinan yang ada. Kemungkinan terburuk.
Ada setidaknya sepuluh menit Sora duduk, membiarkan jemarinya berkelindan di atas paha tatkala menunggu pemuda yang ia hubungi untuk muncul. Tapi kemudian, Sora memiliki inisiatif lain. Terdorong oleh rasa penasaran dan mencari tahu lebih dulu bukanlah hal yang buruk, Sora berdiri, ia melangkah percaya diri ke arah meja resepsionis yang bisa dibilang nyaris sama seperti meja penerima tamu hotel.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?"
Sora tersenyum amikal. "Aku ingin menemui Kim Jina, apakah itu mungkin dilakukan?"
"Oh, Nyonya Kim Jina, ya ...." Suster nampak tertegun untuk beberapa saat, ekspresinya secepat itu berubah gamang. "Anda sudah membuat janji sebelumnya?"
"Belum ...." Sora semakin yakin bahwa dinding yang ingin ia lompati benar-benar tinggi. "Aku belum membuat janji."
"Apakah Anda sudah mendapatkan izin dari Ketua Yun Hwang atau Tuan Seojin Hwang?"
Penjelasan itu bahkan cukup untuk membuat Sora menenggak satu gelas kebingungan dan juga rasa terperangah tanpa kendala. Kenapa sampai segitunya? Memangnya apa yang salah dengan Kim Jina? Kenapa wanita ini seolah-olah aset yang begitu penting? Oma juga? Bahkan Sora bisa menjamin mendengar nama lengkap Oma disebutkan di tempat umum seperti ini saja bisa menimbulkan gelegak tidak nyaman hingga perutnya memililit.