Halooh, kita bertemu di part 27Serasa ingin buat petisi biar rambut Seojin tetap gondrong uwu gini. Tapi membayangkan dia undercut dengan masih gondrong kok ya mleyot. Terus dikuncir. Wadoh wadooh, tidak cuat Bestie
Vote ke berapa nih?
Berlari itu pastilah dimulai dari langkah pertama, lalu perlahan bergerak sebelum kecepatan ayunan tungkai kaki dipercepat untuk sampai pada tempat yang diinginkan. Sora memiliki banyak langkah dalam kepalanya, namun ia terlalu bingung dari mana harus memulai. Terlebih bagaimana Mama melihat dengan antusias, Seojin yang menatap tenang namun sorotnya penuh dengan perhatian, berhasil membuat Sora gugup dengan alasan yang benar-benar jelas. Tentu saja, siapa yang tidak keringat dingin dengan kondisi seperti ini?
"Aku telah berbicara dengan adik Jina."
"Junggok?" Sohe mengerutkan keningnya tipis, kendati begitu wanita dalam atasan wolvis bermotif bunga camelia itu tidak terlihat terkejut. "Kukira anak itu hanya mau berbicara dengan Seojin saja."
"Ya, Junggok memang cukup tertutup," kata Seojin sebelum mengambil napas dan bersidekap dengan gagah. "Tapi aku tidak yakin, antara dia memang pemalu atau sengaja menghindari kita untuk alasan yang spesifik."
Sora agaknya memahami hal itu. Tentu saja, memangnya siapa yang ingin berlalu lalang bebas begitu saja saat kau memiliki sebuah rahasia besar yang menyangkut hidup dan mati seperti itu. Menarik napas kembali untuk melegakan dadanya yang menyempit sesak, Sora lalu berdiri dan berjalan ke arah kamar. "Tunggu sebentar, aku lebih ingin Mama dan Seojin mendengarnya langsung."
Untuk beberapa saat berpikir, Seojin diam saat memerhatikan Sora masuk ke dalam kamar, lalu keluar beberapa saat kemudian sembari menggenggam ponselnya. Sohe dan Seojin lalu saling menatap sejenak, sebelum Sora duduk kembali. "Aku tahu, sedikit banyak apa yang aku katakan di keluarga Hwang tidak memiliki pengaruh sebesar itu."
"Sora—"
"Iya, Seojin. Aku mengerti, tidak ada masalah jika denganmu dan Mama. Tapi, apakah semua orang akan berpikir hal yang sama?" Sora berujar, dan Seojin jelas terdiam di sana. "Itulah kenapa, aku menyiapkan apa yang bisa kupersiapkan."
Ponsel Sora dalam keadaan berpendar layarnya, tergeletak di atas meja di mana Sohe dan Seojin menjatuhkan titik pandangannya di sana.
Sebuah rekaman, yang siap diputar kapan pun itu. Sebenarnya Sora tidak memikirkan hal ini dari lama, semua hanya impulsif yang tiba-tiba melesat dalam kepala ketika ia melihat Junggok. Sora merekam pembicaraan keduanya diam-diam.
Sora berdebar, perutnya mulas seakan isi lambungnya tengah diaduk dengan ranting kayu. Terlebih bagaimana ekspresi Mama yang campur aduk di sana. Antara siap dan tidak siap. Begitu juga dengan Seojin yang serius ekspresinya, tangannya disatukan, sikunya berpangku pada lutut. Lalu, saat Sora menyentuh layar ponselnya dan garis-garis suara itu mulai berjalan, semua orang benar-benar fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Truth Can Lie ✔️
Fanfiction❝ Sora, kau ada waktu Jum'at minggu depan?❝ Sora Egbert jelas mengingat dua kenangan mengejutkan dalam hidupnya. Pertama ketika Seojin Hwang datang mengetuk pintunya dalam setelan rapih dan mewah. Yang kedua ketika nasibnya berubah cepat bak jentika...