Halo haloo! Bagaimana kabarnya, setelah sekian lama akhirnya Om Hwang ada hilalnya untuk dijadikan versi fisik! Terima kasih untuk dukungan dan antusiasnya yang tidak pernah surut.Ada pengumuman di bagian bawah chapter, jadi jangan lupa scroll sampek bawah, ya! Tapi sebelum itu, kalian bisa baca salah satu part awal yang ada di versi fisiknya nanti.jangan lupa kasih bintang ya di part ini ✨
Angka pada layar ponselnya masih menunjukkan pukul empat sore, dan Haneul mengaku dia mungkin baru sampai di rumah sekitar pukul lima petang. Tidak ada yang bisa membantah laporan keuangan akhir tahun ,sebelum mendapatkan liburan panjang musim dingin. Di balik kemeja putih dengan celana jeans terang, yang dipadukan dengan long coat berwarna bu-abu dari Helly Hansen, Sora terlihat serius mencatut dirinya di depan etalase kaca penuh kue yang didirus oleh lampu yang terang.
"Beri aku roti yang enak, Sora! Aku akan memprotes satu bulan penuh kalau pilihan rasamu payah tahun ini."
Kalimat Haneul yang sampai pada rungunya pagi tadi rasanya berhasil mengambang pasti dalam kepala Sora. Keadaan yang tidak begitu ramai memberikan kesempatan bagi Sora untuk leluasa memilih. Red velvet, green tea, dark choco, tiramisu, stroberi cheese cake, rasa-rasa itu berputra-putar seperti papan rolet, menunggu waktu rodanya melemah sebelum jarum menunjuk satu rasa pasti.
"Stroberi cheese cake saja," kata Sora sembari meneganggakan punggungnya. Sarung tangan yang ia genggam akhirnya ia kantongi pada saku mantel saat menambahkan. "Tolong beri tulisan 'Selamat Ulang Tahun Park Haneul' lalu berikan lilin kecil sebanyak lima buah."
"Baik, mohon ditunggu."
"Oh, iya. Bisakah aku memesan satu potong tiramisu untuk sekarang?"
"Tentu saja, setelah ini akan kami antarkan."
Sora baru dua kali ini membeli roti di Delly Dash. Harganya yang lumayan, membuat Sora lebih memilih untuk membeli di toko roti lain namun ia sudah berjanji pada Haneul. Tidak banyak toko roti yang memanggang kuenya dalam waktu yang nyaris bersamaan setelah pesanan masuk. Toko roti ini lebih mirip seperti café pelayanannya. Sora juga bisa membeli satu slice kue-kue berbagai rasa dan segelas kopi panas di musim dingin. Menunggunya juga tidak selalu lama, sekitar tiga puluh sampai empat puluh menit sampai kue fresh from the oven bisa dibawa pulang.
Tempatnya juga luas, memiliki banyak sekali kursi kayu dari pohon oak yang bisa digunakan untuk menunggu. Mungkin itu salah satu alasan kenapa tidak jarang pelanggan yang membawa buku untuk menghabiskan waktu menunggu. Dan saat Sora hendak mengeluarkan sebuah catatan kecil dari dalam tas setelah kopi panasnya datang, matanya tanpa sengaja berpapasan dengan seorang pria yang hendak menyeruput minumannya.
Sora memaku sejenak, tautan mata yang tidak lebih dari tiga detik itu membuat otot wajah Sora sedikit kaku. Oke, Sora mengerti ada beberapa mahasiswa menonjol dan benar-benar terkenal ketika ia dulu masih dalam masa studinya, namun tidak banyak yang bisa memberikan kesan 'terkenal dan tak tersentuh' itu bahkan setelah bertahun-tahun lamanya. Seorang pria, yang memiliki pamor luar biasa santer di universitas Sora bahkan sampai beberapa jurusan berbeda.
Di balik kedua kelopak matanya, Sora memilih untuk menunduk, membuka buku catatan kecil dan menarik satu bolpoin dari saku mantelnya, meskipun ia bisa merasakan pengunjung di meja depannya sedang mengamati dan membicarakan sesuatu.
Memang banyak sekali marga di Korea Selatan jika mengenai kenamaan seseorang atau bahkan keluarga. Tapi sekali lagi, tidak semua memberikan efek yang sama besar dan elegannya. Bahkan, meskipun tipis, hidung Sora tidak bisa mengenyahkan sentuhan memori mengenai parfum mahal yang pernah ia hidu beberapa hari lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
If Truth Can Lie ✔️
Fanfic❝ Sora, kau ada waktu Jum'at minggu depan?❝ Sora Egbert jelas mengingat dua kenangan mengejutkan dalam hidupnya. Pertama ketika Seojin Hwang datang mengetuk pintunya dalam setelan rapih dan mewah. Yang kedua ketika nasibnya berubah cepat bak jentika...