"Dit, ini gimana sih. 2 akar............ Haaaaaaaa pusing sumpah. Mata pelajaran kayak gini bikin otak panas," kata Revan sambil mengeluh dengan segala kalimat yang terangkai dengan angka. Apalagi kalau bukan MATEMATIKA.
"Yang mana? Oh, ini." Dengan santainya Adit menjelaskan kepada Revan.
'Aaaaa'
Dijelaskan berapa kali dan sebanyak apapun. Kepalanya tetap tidak bisa menampung rumus dan angka yang ada di hadapannya.
"Dah lah, Dit. Hentikan! Bisa-bisa mati digilakan aku sama mata pelajaran ini. Mending main HP aja, lebih enak," Ujar Revan lalu mengambil sebuah barang elektronik dari dalam saku celananya. Lalu sebuah notifikasi masuk.
'TING'
"Oi, Revan. Katanya bakalan ada siswa baru di kelasmu." Kalimat yang dibaca Revan dari salah satu tetangga kelasnya.
"Ha? Cewek kah cowok?" tanya Revan.
"Cewek, Van," tutur temannya itu dari pesan yang terkirim lewat whatsapp.
"Cantik, nggak?" Revan lalu bertanya demikian. Yah, Revan mungkin bakal cari perhatian sama siswi baru itu. Atau hanya sekedar saling tahu sahaja.
"Udah, lihat aja nanti." Kemudian percakapan mereka di media virtualpun usai.
Adit begitu heran dengan sahabat kentalnya itu. Setelah menatap layar kaca, ia begitu celingak-celinguk, seperti sedang dicari oleh pihak kepolisian. Adit ingin bertanya tapi, kembali ia tenggelam dalam buku konspirasi alam semesta karya Fiersa Besari yang belum ia baca sampai selesai.
Pada halaman tertentu, ia sedang membaca kisah pertemuan pertama antara Juang dengan Ana, pemeran pria dan wanita di Novel karya Fiersa Besari itu. Ia sedikit tersenyum. Kagum dengan syair-syair cinta yang dilantunkan oleh Juang pemeran pria pada novel itu. Entah mengapa, sejak Adit membaca buku tersebut. Ia mulai menyukai novel-novel berbau romance. Dulunya ia bilang, kisah romance itu menjijikkan. Tapi, ia harus menelan bulat-bulat perkataannya. Buku konspirasi alam semesta itu mengubah pola pikirnya tentang kisah romance.
"Selamat siang anak-anak," ujar seorang wali kelas cantik. Satu-satunya guru yang cantik, baik, ramah, dan hampir dikatakan sempurna.
"Siang, Buu," ucap mereka bersama-sama.
"Hari ini kita kedatang siswa baru dari Surabaya. Ia baru datang minggu lalu dan saya harap kalian bisa berbaur dengannya," cetus Wali kelas itu sambil memancarkan senyum manisnya.
Revan yang sudah dari tadi menunggu, semakin penasaran dengan sosok perempuan itu.
"Silahkan masuk, Nak." Sambil menatap ke arah pintu. Seorang remaja perempuan cantik. Melangkah dengan anggun ke hadapan teman yang tidak satupun dari mereka ia kenal. Penglihatannya sinis, membuat semua siswa siswi dalam kelas itu berpikir negatif. Bahwasanya wanita itu bukan orang yang bisa diajak berteman. Tapi, tidak dengan Revan dan Aditya. Malah mereka penasaran dengan remaja dengan tatapan sinis itu.
"Hai, nama saya Ana Sastra Wirdoyo. Panggil saja Ana. Saya pindahan dari SMAN 1 Surabaya. Kami pindah ke tempat ini karena ada bisnis yang dijalankan oleh Ayah saya," Ucap remaja dengan tatapan sinis itu dengan suara datar dan tak luput dari tatapan sinisnya.
Adit lalu terpelongo, menatap ke arah Revan. Sama halnya Revan, entah ia juga pernah sedikit melirik novel yang dibaca Adit.
"Haaa," lirih Adit dan Revan bersama. Kemudian langsung menatap pada buku novel berjudul konspirasi alam semesta yang belum Adit selesaikan.
Anapun duduk pas pada posisi tepat di depan Adit dan Revan. Mereka berdua semakin penasaran dengan siswi baru itu.
Tapi, Adit tak kalah penasaran. Waktu seakan terhenti. Ia tak melihat sinisnya wanita itu. Tapi, ia tak menyangka bahwa novel yang ia baca tadi. Bisa-bisanya ada sosok nama yang sama pada karya fiksi dengan dunia nyata. Adit seperti bermimpi. Ia lalu berangan-angan. Kisahnya akan seperti Juang dan Ana.
"Hoi, kenapa?" Revan menampar pipi Adit yang seketika mematung.
"Eh, nggak kok," ucap Adit yang disadarkan oleh sakitnya tamparan Revan.
"Kamu terpesona? Canda terpesona," tanya Revan pada Adit.
"Haa? Sama siapa? Kapan?" Jawab Adit kebingungan.
"Itu yang di depan kita. Siswa baru itu," kata Revan yang kemudian terdengar oleh wanita denga tatapan sinis itu.
Ana menoleh ke belakang. Meneropong Adit dan Revan dengan kedua mata sinisnya. Seketika, Adit dan Revan mengalihkan pandangan. Sebab begitu tajamnya penglihatan Ana.
"Dit, pokoknya kita harus kenalan dengan siswi baru itu, titik tidak pame koma," ucap Revan bergairah.
"Kamu aja deh! Tahu kan? Aku tidak mahir dalam memulai percakapan pertama." Dengan muka murung yang dinampakkan Adit kepada Revan.
_____________________________________
'DING DONG DING DONG'
Suara bel berbunyi yang menandakan bahwasanya mereka harus bersiap untuk kembali ke tempat nyaman masing-masing (rumah).
Sesampainya di rumah, Revan langsung menelfon teman yang menanyainya tentang siswi baru itu di whatsapp.
"Bro, beneran ada siswi baru di kelasku," ucap Revan dalam panggilan telefon yang terhubung dengan temannya tadi.
"Lah, kan sudah gue bilang tadi, bakal ada siswa baru. Lo sih nggak percaya," ujar teman Revan dalam panggilan masih terhubung itu.
"Gimana Gue nggak percaya Lo. Lo aja sering PHP in orang. Kalimat yang kau lontarkan itu mustahil jadi kenyataan. Untung gue baik, kalau nggak. Benjol kepalamu itu." Dibarengi dengan suara besar nada tinggi dari Revan.
Mereka berduapun segera mengakhiri percakapan kalimatnya itu. Sopertinya Revan suka dengan siswi baru itu. Dia pandai dalam rayuan atau gombalan. Apalagi ia sudah memakai kostum olahraganya.
Udah banyak wanita yang Revan buat sakit karena ulahnya. Pada dasarnya cowok yang nembak cewek. Eh malah Revan yang banyak ditembak cewek. Ia tolak mentah-mentah mereka semua. Karena tidak ada yang sesuai dengan tipenya.
Tapi, beda dengan wanita yang baru ia temui siang tadi. Ia sedikit memberikan rasa pada wanita itu.
Lalu, berbeda dengan Adit. Semenjak momen tadi itu. Ia masing terbayang-bayang dengan alur cerita novel yang ia sama-samakan dengan kehidupan nyatanya.
Adit kembali lanjut membaca buku konspirasi alam semesta itu. Sambil memutar audio berjudul Konspirasi alam semesta dari Fiersa Besari. Dengan senang dan perasaan gembira Adit menyanyikan lagunya. Baru kali ini, seorang Adit mencintai seseorang. Padahal hatinya bak batu yang sangat keras. Tidak mudah seseorang untuk mengisi kekosongan dalam hatinya.
...........................................
Diam dan rasakan
Debaran jantungku
Saat kau ulurkan
Tangan untuk menolongkuKepakkan sayapmu
Bawa aku terbang
Luka yang tersisa
Luruh dalam dekapmuPernahkah kau terjatuh secara sukarela?
Sebab kau yakin seseorang akan menangkapmu
Seseorang akan mengajarimu cara tertawa
Cara percaya, cara mengeja rasa tak bernamaSeketika itu pula, jagat raya berhenti bergerak
Jiwamu terbakar, ragamu lebur
Dan dirimu hanya bisa menyerah
Karena kau tahu
Kau menyerah pada orang yang tepat........................ ............. ..........
Kemudian Adit tertidur di atas meja bacanya. Sakin tenggelamnya dalam alunan musik itu
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGKAH
Novela JuvenilBukan tanpa sebab, masa remaja adalah masa peralihan. Mungkin, dahulu kita masih mencari air mengalir untuk membasuh tubuh ataukah saling kejar mengejar dengan angin. Masa kecil adalah masa tentang menerbangkan layangan. Tapi, masa remaja adalah mas...