OSIS

53 4 0
                                    

"Pakai acara mati lampu lagi semalam, kan pembahasan jadi terpotong," Ucap Adit kesal.

Berjalan menuruni tangga dengan rasa penasaran yang menggebu-gebu tentang pembahasan semalam. Dari keseriusan Revan berucap, nampaknya bukan masalah ringan. Apakah ada yang terjadi pada keluarganya? Ataukah cuman sekedar prank doang? Meski pesimis, Adit tetap penasaran.

•••

"Mah, Adit pamit dulu, yah," seru Adit sembari menggendong tasnya. Tak lupa buka "Konspirasi Alam Semesta" ditambah kacamata hitam miliknya.

"Sarapan dulu!" Hendak mengernyitkan dahi.

"Adit makan di sekolah aja, Mah. Soalnya keburu telat nih." Dengan tergesa-gesa, ia pamit bersama Alfin.

BRMM BRMM

"Dit...," teriak Alfin.

"Iya, tunggu!"

Karena kesiangan, mereka hari ini mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi.

"Begadang?"

"Iya, mau tamatin novel karya Bung Fiersa."

"Kan mati lampu?"

"Kan ada lilin?"

Alfin menggelengkan kepalanya.

•••
Tiba di kelas, Adit celingak-celinguk mencari Revan dan Ana. Tampaknya ia semakin penasaran.

Terlihat dari kejauhan, Ana dan Revan sedang mengobrol sembari menuju kelas. Dengan perasaan sabar, Adit tetap Optimis. Ia mengesampingkan itu demi jawaban.

"Van," ucap Adit.

"Eh, Adit." Karena sudah mengetahui maksud dari panggilan Adit Revan menjawab. "Pembahasan semalam? Kita bahas pas istirahat yah, sebentar lagi kelas dimulai." Sambil melirik jam tangannya.

Dengan nada berbisik, Adit menanyakan sesuatu pada Revan. "Kamu sudah cerita sama Ana, Van?"

"Nggak, tadi cuman ngobrol ringan, kok," Jawab Revan senyum.

Pembelajaran pun dimulai. Matematika menjadi bahan pembelajaran mereka hari ini. Adit merasa girang, sebab Matematika pelajaran yang ia sukai. Di sisi lain, Revan yang kecucuran keringan dingin. Harapan Revan tetap konsisten. Ia tidak ingin dipilih untuk mengerjakan soal di papan tulis. Meski sekali-kali ia kena juga.

•••

"Mau bahas di mana? Di kantin?" cetus Revan membuka perbincangan.

"Hmmm....," Ana berpikir.

"Nggak usah di kantin, banyak orang," jawab Adit.

"Kalian lapar nggak?" ucap Revan dengan nada merayu. "Aku traktir, deh," sambungnya.

"Kalau gini mah, ayok digaskan." Adit berkata cengar-cengir.

Merekapun bergegas menuju kantin. Adit sambil membawa buku bacaanya yang hendak ia selesaikan. Ana dengan tatapan sinis masih membersamainya. Revan yang mulai memeriksa dompet tebalnya.

•••

"Mbak, pesanan seperti biasa, tiga porsi," sorak Revan.

"Oke, Van."

"Sebelum aku jelasin pembahasan semalam. Aku....."

GRKKKK

Perut Revan keorncongan. "Baru juga mau dibilang, udah kasih kode duluan, hahahah." Tertawa terbahak-bahak bersama.

"Pesanannya, Mas Revan yang tamvan," cetus Bu Kantin dengan penyebutan tampan pakai (v).

"Nah nah, ini nih," lirih Revan.

LANGKAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang