15. Keributan

10.1K 1.1K 127
                                    


Seokjin pikir setelah dia memutuskan mengiyakan ajakan suaminya pulang kerumah. Dia akan kembali pada kehidupan mereka yang sebelumnya.

Hangat, damai, juga agak panas seperti biasanya.

Semua sudah diluruskan, termasuk Yoongi yang sudah di bebas tugaskan di meja makan dengan semburan tawa dari ibu Seokjin yang tengah menyiapkan sarapan.

"Nak Namjoon ini ada-ada saja, sudah seperti sinetron yang tiap petang hari di tonton ayahnya Seokjin"
Begitu komentar ibunya.

Wajah Yoongi memerah, menahan diri untuk tidak ikut tergelak bersama Seokjin dan ibunya bertepuk tangan karena melihat wajah Dosen anatominya memerah menahan malu terpergok membuntuti suaminya. Yoongi masih sayang nyawa juga nilainya.

Seokjin bilang, dia tidak perlu di awasi. Dia sudah dewasa dan bisa mengatasi semuanya sendiri.

Jika pun acara lamaran itu tidak di gagalkan, tentunya Seokjin sendiri akan dengan lantang mengatakan dia tidak menerima lamaran Jaehwan. Selain karena dia sudah menikah, Seokjin juga tidak suka pada Jaehwan.

Seokjin pikir, setelah semua kesalahpahaman selesai. Setelah semalam tidur saling memeluk dan hanya bisa memuaskan diri dengan mulut Namjoon yang menggerayangi selangkangannya. Dia akan dengan cepat bisa memeluk Namjoon di rumah mereka dan mungkin satu sesi panas lainnya.

Tapi ternyata, ketika Namjoon baru saja menaruh barang bawaan Seokjin di sofa apartemen mereka. Pria itu mendapat telepon untuk melakukan perjalanan bisnis di luar kota.

"Seokjin, aku mungkin kembali empat hari lagi. Jaga Soobin dan adiknya ya"

Ucapan suaminya terpaksa diangguki meski dengan senyum terpaksa. Namjoon yang melihatnya sontak tertawa karena Seokjin tidak terlihat cukup rela.

Barang bawaan sudah Seokjin kemasi termasuk dengan note berisi barang bawaan yang harus Namjoon bawa kembali. Tidak banyak bicara, hanya sisa setengah jam sampai dia akan membiarkan Namjoon pergi dinas ke busan.

Namun keterdiamannya yang entah karena tidak rela atau terlalu sibuk membantu mengemasi barang-barang, membuat Namjoon bertanya sembari memeluknya dari belakang. "Kau marah?" Tanyanya pelan.

Mengusap perut Seokjin, juga menekannya pelan di beberapa sisi. Dalam hati Namjoon mulai mengerti kenapa Seokjin tampak lebih berisi, ternyata anaknya sudah ada disini.
Memang belum di periksakan, tapi melihat sendiri bagaimana Seokjin sampai jatuh lemas saat mual di rumah mertuanya pagi tadi, juga kondisi perut berisi yang lebih kencang membuat Namjoon senang sekali. Dia sungguh berharap kalau anaknya yang kali ini seorang putri.

Itu akan sangat cocok untuk keluarga mereka nanti.

"Tidak marah. Lagi pula nanti siang Soobin akan pulang, aku tidak akan kesepian"

Seokjin mengulas senyum. Meskipun sebenarnya juga tidak terlalu rela, Seokjin merasa bahwa jika dia menghalangi Namjoon pun tidak ada gunanya.

Namjoon tidak akan meninggalkan pekerjaannya semudah itu. Pria ini sangat bertanggung jawab dan disiplin dalam segala hal, termasuk pekerjaannya sendiri.

Katanya sebagai contoh, Namjoon juga sadar diri dia sering mendisiplinkan orang lain.

Namjoon balas mengangguk. Tidak lagi terlalu khawatir kalau kalau Seokjin akan merasa kesepian dirumah, karena Soobin akan pulang sore nanti. Menarik tubuh Seokjin lebih dekat kearahnya kemudian mengecupnya.

Akhir-akhir ini Seokjin terlihat lebih menuntut dari sebelumnya. Dia mengejar bibir Namjoon setiap kali Namjoon mengecupnya. Juga lebih aktif dari biasanya. Yang membuat Namjoon agak terkejut adalah semalam.

Married with Dosen [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang