20. Seribu.

10.3K 1.1K 259
                                    

"Buatkan 1000 nama bayi perempuan dengan artinya. Dilarang sama, dan harus selesai dalam waktu sehari semalam"

Lima mahasiswa disana menggerut nafas tercekat. Wakil rektorat III sudah bertitah demikian atas pengajuan dari Dosen Kim yang duduk disamping kakak tingkat mereka yang hanya diam meminum jus jeruk sembari memperhatikan.

Mereka pikir kak Seokjin akan syok berat melihat ketikan jahat mereka. Tapi pria itu justru membuat gelagat santai dengan kerut dikening menyangkal itu bukan dirinya.

"Kenapa harus marah, aku tidak seperti itu" Sontak saja suaminya yang menggebu-gebu marah bahkan saat baru mencapai ambang pintu terpekur keheranan.

Diikuti tarikan nafas lega dari wakil rektorat III dan lima mahasiswa yang terlibat. Mulanya pengajuan untuk hukuman mereka adalah skorsing selama satu semester. Tapi karena Seokjin menolak dengan alasan tidak ingin mempersulit orang lain. Namjoon memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Wakil rektorat III.

Dan keputusannya adalah, masing-masing dari mereka harus membuat seribu nama bayi perempuan dalam semalam.

"Kurang dari itu. Kalian harus membersihkan toilet kampus secara bergilir selama satu bulan"

"Tapi saya mengajukan hanya dua minggu, Pak Park" Seloroh Namjoon memotong. Padahal dia meminta hukuman penalti bagi yang tidak bisa melakukannya hanya 1 minggu saja.

"Tidak apa-apa, Pak Kim. Ketikan mereka terlalu kurang ajar untuk satu minggu hukuman" Tukas wakil rektorat III memberi arahan.

Si korban bully masih santai. Tidak bereaksi apa-apa selain menyedot jus jeruknya sampai tandas dan mengawasi mahasiswa yang terlibat dengan tatapan santai.

Namjoon bahkan merasa dia salah memperkirakan bagaimana reaksi yang akan Seokjin berikan. Dia pikir Seokjin akan syok berat, itu sebabnya dia meminta Mingyu untuk membelikan jus jeruk dulu sebelum mereka kemari.

Namun yang terjadi, Seokjin justru hanya mengatakan 'Sudahlah, Namjoon. Jangan dipersulit' ketika Namjoon mengajukan hukuman skorsing selama satu semester pada mahasiswanya.

"Tidak bertanya kenapa hukumannya diganti itu?"

Ketika mahasiswa-mahaswa itu di urus oleh wakil rektorat tiga untuk melakukan formalitas dokumen peringatan. Namjoon berbisik menanyai Seokjin yang masih tidak menunjukkan banyak reaksi.

"Kenapa memangnya?" Tukas Seokjin balas bertanya.

Namjoon tersenyum kecil, meraba perut Seokjin dan mengusapnya pelan dari balik kemejanya. "Untuk nama anakku"

Mendengar Namjoon yang menunjukkan gelagat ingin punya anak perempuan membuat Seokjin lantas mengerutkan kening tidak setuju.
"Bagaimana kalau yang keluar justru laki-laki?" Tanyanya menyelidik.

Seokjin tidak mau kalau sampai saat bayinya yang lahir adalah laki-laki. Namjoon memperlakukan anaknya berbeda karena kurang di harapkan.

Namjoon tergelak, beringsut lebih dekat ke arah Seokjin dan berbisik tepat di samping kiri wajahnya.
"Anak kita yang ke- 3, 4, 5 kan, bisa saja perempuan. Untuk jaga-jaga saja" Ujar Namjoon tidak cukup peduli dengan raut terkejut Seokjin ketika mendengar tanggapannya.

Seokjin melotot, melirik horor mendengar pernyataan Namjoon yang agak mengejutkan. Apa Namjoon berniat punya lima anak?

Melihat Seokjin tampak tidak berhenti membolakan mata, Namjoon reflek mengusak rambutnya dengan tawa. Mengecup pelipis mahasiswa favoritnya sebelum mengatakan bahwa itu hanya hukuman iseng saja.
"Tidak perlu dipikirkan. Itu hanya hukuman untuk mereka" Ujarnya.

Married with Dosen [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang