22. Ayah [End]

15.4K 1.1K 436
                                    

"Mau kemana?" Tanya Yoongi dengan suara serak.

Matanya mengerjap beberapa kali, sebelum mengerutkan dahi. Heran ketika melihat sang suami beranjak dari ranjang. Tampak cukup panik padahal jika dilihat dari kamar mereka yang gelap, juga hawa dingin yang menggigit, Ini masih dini hari.

Yang ditanya balas tertawa canggung. Meraih jaket seadanya juga memasang celana yang terjembab di lantai sebelum menghampiri Yoongi yang masih berbaring di ranjang.

"Itu, katanya Namjoon. Seokjin mengidam ingin di iriskan semangka olehku" Ujar Hoseok dengan senyum kecil. Dia menghidupkan lampu di kamar mencoba menunjukkan isi pesan yang berisi bukti kalau dosennya itu menelepon Hoseok berkali-kali, juga rentetan pesan beberapa menit lalu.

"Makin kesini hamilnya Seokjin makin menyusahkan saja, astaga" Keluh Yoongi tidak habis pikir.

Dari anak sambungnya yang malam ini di boyong kesana karena katanya mengidam ingin tidur dipeluk Soobin dan Beomgyu, sampai tengah malam pun suaminya harus kesana hanya karena perkara iris semangka.

"Kasihan, anak pertama pasti masih susah menahan ngidam. Ibunya Beomgyu dulu juga begitu" Ujar Hoseok maklum. Sedangkan yang diajak bicara tampak menekuk muka tidak suka. Kantuk sejenak hilang, sebab Hoseok mengorek masa lalunya.

"Jangan bawa bawa mendiang istrimu. Kau tidak menjaga perasaan ku!" Seloroh Yoongi kecut.

Berkali-kali diingatkan pun. Hoseok masih sering spontan menyebut ibunya Beomgyu, Kadang-kadang menunjukkan album berisi kenangan keduanya yang mesra penuh cinta. Sampai Yoongi menyerah dan hanya menekuk wajah marah ketika pria itu melakukannya lagi.

Menyadari bagaimana ekspresi wajah Yoongi berubah masam membuat Hoseok meringis kecil. Dia mengusap rambut suaminya dan mengucapkan maaf berkali-kali. Itu hanya reflek karena pengalaman Hoseok saja.
"Maaf, Yoongi. Pengalamanku menjaga orang hamil hanya dari sana" Ujarnya meminta maaf.

Sedangkan Yoongi mendecak, dia menepis pelan tangan suaminya.
"Makanya cepat hamili aku. Biar nanti ceritanya tentang aku" Balas Yoongi sengak.

Yoongi merasa kesal, Hoseok selalu menganggap kalau marahnya Yoongi bercanda. Pria itu hanya menanggapi dengan tawa kecil juga usapan ringan. Padahal ada kalanya Yoongi betulan marah.

"Sudah ya, aku berangkat. Ini Namjoon telfon terus" Hoseok berujar lagi, menunjukkan ponsel yang pria itu pegang menujukkan Dosennya yang memanggil lagi.

Hah. Dasar pasangan pengganggu. Kalau tidak karena Seokjin hamil, Yoongi tidak akan peduli.

"Masih lelah, kan? Istirahat lagi, ya? Aku akan cepat pulang" Tukasnya perhatian.

Yoongi mengangguk, mendengkur ringan ketika Hoseok memainkan cuping telinganya, mengusap rambut, juga menjawil dagunya main-main.

Beberapa bulan ini rasanya sangat hangat. Yoongi tidak menanmpik dia sering merasa kesal saat Hoseok tidak sengaja membahas mendiang istrinya. Tapi senyum canggung setiap kali Yoongi dengan sengaja mengajak pria itu bercinta, atau sentuhan hati-hati juga izin setiap kali akan melakukan apapun pada nya, membuat Yoongi merasa pendapatnya sangat di hargai.

Hoseok tidak akan pergi jika Yoongi tidak setuju atau sampai Yoongi mengucapkan hati-hati. Padahal Yoongi tidak pernah minta yang seperti itu. Tapi perilaku hangat itu lah yang membuat Yoongi jatuh pada Hoseok. Menjadikan suaminya satu-satunya pemilik hati juga raga nya.

Married with Dosen [Namjin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang