#3 - Kepergok

25 7 2
                                    

Beberapa kelompok ospek berjalan untuk sesi pos to pos , dimana mahasiswa akan diberikan pertanyaan dimulai dari pengetahuan umum, hingga seberapa kenalnya dengan Universitas ini.

Tiba saatnya kelompok Aurora mendapatkan gilirannya. Aurora berada diposisi paling belakang, dan sesekali Aurora dan kating tersebut melakukan kontak mata yang tidak disengaja.

"Kalian pertanyaan kayak gini aja belum bisa jawab?" Ucap kating yang berdiri di depan mereka sambil ditangannya menggulung kertas. Pos terakhir yang mereka dapatkan kali ini ternyata tak senyaman pos sebelumnya.

"JAWAB! PUNYA MULUTKAN" Suara bentakan dari kating yang mengelilingi kami.

"Semuanya ambill posisi push up! Kecuali kamu yang berpita hijau" Kating yang menggulung kertas itu menunjuk Aurora.

Benar-benar menyebalkan.

Batin Aurora sangat kesal dengan perilaku ini, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Akhirnya setelah mereka melewati sesi pos to pos saatnya memasuki sesi di aula, akan ada pemateri dari rektor, dekan, dosen, dan alumni.

Di dalam aula satu angkatan berkumpul, jadi bisa terbayangkan betapa luasnya aula tersebut. Namun, disini hanya ada beberapa kating, dan komisi disiplin (KOMDIS) sisanya ada pemateri yang bejajar duduk di depan.

"Raa... ngantuk..." Bisik Zea.

"Iya sama" Ucapku dengan berbisik.

"Gimana dong? Kita ke toilet yuk cuci muka"

"Ze... emang boleh?" Tanya Aurora.

"Ya masa tega sih gak boleh, lo coba izin ke komdis ra"

"Gue coba ya..." Aurora beranjak dari tempat duduknya, dan menghampiri komdis di belakang.

"Kak mohon maaf saya Aurora dan teman saya Zea izin untuk ke kamar mandi boleh?" Ucapku kepada komdis wanita dengan hijab hitamnya.

"Silhkan" Izinnya.

Saat keluar dari pintu aula, rasanya lega dan segar karena di depan aula banyak sekali pohon, dan ada satu jalan untuk masuk ke taman kecil bukan taman utama ya.

"Huuuaaa... Segerr bangett rasanya pengen gue minum ini air keran" Ucap Zea yang sedang cuci muka di wastafle.

"Enak bangett, eh iya Ze nanti jangan dulu ke aula yuk, kita ke taman depan cari angin"

"Okayyy gue juga mau"

Suara angin yang dapat di dengar melalui gesekan dahan setiap pohon. Angin yang membuat rambut mereka berkibar saat sedang jalan menuju taman, mereka menyebutnya cari udara segar bukan bolos.

"HAHAHAH gila ya lo anjir" Suara laki-laki terdengar saat mereka sampai di taman.

"Ee-eh kak, maaf" Aurora membalikan badannya dan menarik Zea berjalan.

Mereka melihat tiga orang laki-laki kaka tingkatnya yang sedang asik merokok, dan satu dari tiga laki-laki itu adalah lelaki yang memberikan pita hijau tentu Aurora dan Zea ketahuan.

"Auroraaa... Hey!" Teriak seorang lelaki.

Aurora membalikan badan. Benar, kita berdua tidak saling mengenal jarak lelaki ini hanya beberapa langkah dari Aurora, lelaki yang memberikannya pita hijau kini hanya beberapa langkah darinya.

"Kalian ngapain disini?" Tanyanya.

"Kami baru selesai dari kamar mandi kak, lalu kesini hanya ingin mencari udara segar dan sekarang mau balik lagi" Zea menjelaskan.

"Ohh.. gitu. Gue Bumi, nama gue Bumi" Bumi, namanya yang dari tadi terus menatap Aurora.

Rasa penasaran Aurora terjawab sudah. Sepatu converse yang dikenakan Bumi menarik pandangan Aurora sebab dia hanya melihat itu, dia tidak cukup berani untuk menatap wajah lelaki yang dihadapannya.

"Ra..." Zea menyenggol lengan Aurora.

"Oh iya kak, saya Aurora dan dia Zea"

"Salam kenal, yuk kita ke aula bareng aja"

"Kal, Rafa! Yuk balik ke aula" Teriak Bumi kepada dua temannya.

Cuaca hari ini bagus sekali, sejuk, angin yang segar dan tentunya ada hal yang tidak terduga saat pertemuan tadi. Gila, cukup membuat gila Aurora yang sekarang sedang berjalan di depan Bumi.

Tak ada percakapan lagi setelah itu, Aurora dan Zea memasuki aula sedangkan Bumi dan teman-temannya masuk ke ruangan panitia. 

BUMI | Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang