#6 -Pernah?

16 5 0
                                    

Saat-saat yang menyenangkan, dua insan ini sedang asik membicarakan hal-hal apa saja yang terlintas dipikiran mereka.

Aurora tak menghiraukan ucapan Bumi dan menganggapnya itu hanya omong kosong. Teh hangat yang kini tengah di pegang oleh Aurora membuat tanganya menjadi lebih hangat.

Aurora melihat disebalah kanan dan kirinya meja yang dipenuhi dengan asmara, hampir semua meja di angkringan ini adalah sepasang kekasih, dan Aurora memperhatikan itu dari tadi. 

"Kak, pernah jatuh cinta?" Tanya Aurora. 

"Eh, kok tiba-tiba"

"Nggak, gue cuma belum siap aja kak kalau buat mulai lagi..."

"...Masih ada luka di dalam diri gue, dan itu belum bisa gue sembuhin"

"Kak, kenapa harus dinamakan jatuh cinta sih? kan jatuh itu sakit?" Lanjut Aurora. 

Bumi memutarkan bola matanya, pertanda dia sedang memikirkan jawabannya. 

"gak usah dijaw-" 

"Gini, kalau jatuh cinta menurut gue, lo bakal sakit akhirnya, karena apa?" 

"Apa kak?"

"Karena lo udah menginginkan dia untuk memenuhi kebahagiaan lo, sedangkan kalian tidak memiliki komitmen yang jelas. Gue ilustrasikan dengan mie rebus yang baru lo makan, lo jatuh cinta saat dateng ke sini kan, karena bisa menghangatkan, dan pas dengan suasana, tapi gak ada komitmen sama mie rebus itu dan akhirnya terbuang kan ke perut lo? udahnya lo lupain mie rebusnya?"

"Lahhh..." Aurora memukul lengan lelaki tersebut. 

"Eehh... Bener kan?Menurut kamus Bumi, jatuh cinta ya itu. Kalau gue sama lo, itu sayang dan cinta"

Keduanya terkekeh.

Malam yang panjang, Bumi senang melihat wanita disebelahnya tersenyum lebar dengan kesederhanaanya, setiap lekukan di wajahnya membuat Bumi bahagia.

Aurora, wanita yang Bumi tunggu untuk bisa berada dipelukannya, siapa yang menyangka bahwa dia menjadi adik tingkat Bumi, sungguh, semesta punya cerita yang unik sekali dalam mempertemukan Bumi dan Aurora. 

........................................................

Dalam perjalanan pulang, yang melewati beberapa lampu lalu lintas, seperti melewati jalan Cikutra, jalan Surapati,  lalu naik ke fly over  Pasupati dan disinari lampu jalan berawarna kuning.

Sebenarnya rumah Aurora tidak melewati fly over  Pasupati, hanya saja Bumi mengajaknya untuk membeli martabak di jalan Pasteur. 

"Pak, martabak ketan dua ya" Ucap Bumi memesan martabak.

"Okee" 

Aurora yang duduk di motor hanya diam saja, sebab hari ini rasanya sangat lelah, dia baru selesai ospek, ditambah dia juga bepergian bersama Bumi, namun baginya hari ini akan selalu diingat olehnya. 

"Yuk! Berangkat" Bumi kembali membawa motornya dengan kecepatan 40km/jam. 

Kembali masuk pada jalan raya besar, dengan lampu penerangan jalan berawarna kuning, Aurora dapat melihat Bumi dari spion motornya. 

Kok bisa ya, sekarang sama dia. Batinnya.

"Kak itu rumahnya" Aurora menunjuk rumahnya, yang berada dibelokan komplek dengan cat rumah berwarna putih. 

"Kak, makasih ya.. Mungkin ini adalah salah satu hari terbaik buat gue" Ucap Aurora. 

"Okay sama-sama, nih buat yang di rumah" Bumi memberikan martabak  yang di belinya tadi.

"Ihh kak" 

"Buruan ambil, mang martabaknya udah bikin dengan sepenuh hati lho" 

"Yaudah deh kalau maksa haha... Hati - hati kak di jalannya byee~" 

Hari ini tak akan pernah Aurora lupakan, begitu juga dengan Bumi ini adalah hari yang ditunggu untuknya, hari bersama wanita yang selalu ditunggu, dan selalu dia sayangi.

Ah, lagi -  lagi dengan kesabaran Bumi akhirnya dia semakin dekat dengan yang dia harapkan. 

Selamat Bumi, perjalanan untuk bersama Aurora sepertinya sudah terlihat, jangan lupa istirahat ya Bumi dan Aurora. 

-itsvousmekdjy🌹

BUMI | Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang