Jungkook menghela napas lega saat seseorang yang ia khawatirkan ternyata baik-baik saja. Tubuhnya sampai meluruh di ambang pintu karena panik. Di hadapannya terdapat Nayeon yang berada dalam dekapan Mina, juga seorang gadis lain yang tak ia kenal.
“Jungkook-ah,” panggil Mina saat menyadari kehadiran Jungkook. Mata gadis itu langsung beralih ke lutut Jungkook. Celana pemuda itu robek dan lututnya lecet. Ada bekas darah di sana. “Kau baik-baik saja?”
Mendengar nada bicara Mina yang khawatir, Nayeon mendongak. Sebelumnya gadis itu memang tenggelam dalam tangis. Tapi mendapati sosok Jungkook dengan luka lecet di sekitar lutut, juga sedikit memar di wajah, mau tak mau membuat tangis Nayeon terhenti.
Jungkook mendekat ke arah Nayeon lalu bertekuk lutut di hadapannya. Barulah saat itu ia menyadari bahwa kakinya sakit. Tapi ia hiraukan itu semua. Dengan nada khawatir yang kentara, ia malah bertanya, “Nuna, kau baik-baik saja?”
“Kenapa kau malah menanyakan itu?” bentak Nayeon dengan suara serak. “Ada apa dengan wajahmu?” Gadis itu menangkup pelan kedua sisi wajah Jungkook. Air mata tak berhenti mengaliri pipinya. “Ayo pergi ke rumah sakit, hm? Kenapa wajahmu terluka seperti ini Jungkook-ah? Kau jadi terlihat jelek jika seperti ini, hiks.”
Jungkook tersenyum tipis kala mendengar ocehan Nayeon yang sedang berderai air mata. Ia meraih kedua tangan lembut itu untuk kemudian digenggam. “Aku tidak apa-apa, Nuna. Aku hanya terjatuh sebentar tadi dari motor.”
“Apa? Kenapa kau bisa jatuh? Ayo kita ke rumah sakit, ya? Lukamu harus diobati!”
Melihat reaksi gadis di hadapannya yang berubah panik, Jungkook segera merengkuh tubuh Nayeon ke dalam dekapannya. Pemuda itu sekilas melirik ke arah Mina dan seorang gadis lain di ruangan tersebut. Setelahnya, ia mengangguk.
“Kutitipkan dia padamu.” Mina berkata tanpa suara. Tak lama ia bangkit, menarik seorang gadis lainnya untuk keluar dari sana.
Beberapa usapan kecil Jungkook berikan di punggung Nayeon. Berharap dengan perlakuan itu, Nayeon akan kembali tenang. Membiarkan bahunya menjadi sandaran, Jungkook kembali bergumam, “Nuna ... aku baik-baik saja. Tenanglah. Semuanya akan segera baik-baik saja.”
***
Mina menarik lengan gadis di belakangnya dengan erat. Mereka berjalan meninggalkan pekarangan rumah Nayeon dan berakhir di depan sebuah mini market pinggir jalan.
“Siapa pemuda itu? Apa dia pacar barunya?” Pertanyaan itu kembali terulang.
Mina mendelik ke arah Sejeong yang sedari tadi berceloteh tak karuan. “Sejeong-ah, bisakah kau tutup mulut? Kenapa kau jadi cerewet dan sok peduli, sih?”
“Yak, kenapa nada bicaramu jadi seperti itu?” jawab Sejeong tak terima.
“Karena kau sudah keterlaluan. Kau menuduh Nayeon sendiri yang menyebarkan video kotor itu lalu menyerangnya dengan hinaan. Apa kau pikir Nayeon berniat merebut Sehun darimu dengan cara seperti itu?”
Sejeong mendecih. Kedua tangannya terlipat di depan dada. “Memang kenyataannya seperti itu bukan? Nayeon tidak pernah bisa melupakan Sehun. Akhir-akhir ini Sehun jarang menghubungiku. Kau kira aku tidak tahu rencana liciknya? Nayeon dengan sengaja menyebarkan video itu untuk mengikat Sehun di sekitarnya, apa kau tidak mengerti?!”
Sebuah tamparan mendarat di pipi Sejeong saat gadis itu berhenti bicara. Mina sedih sekaligus tak percaya. Mereka sama-sama wanita. Tapi Sejeong dengan seenak hati malah melabeli Nayeon dengan hal yang tidak-tidak.
“Kau berani menamparku?!” pekik Sejeong tak percaya.
“Sejeong-ah, coba kau pikirkan,” ucap Mina. “Adakah perempuan di dunia ini yang mau menyebarkan aibnya sendiri? Apa kau pikir Nayeon mau, orang-orang mengetahui tentang video itu? Apa kau tidak lihat bagaimana ekspresi Nayeon di video itu?!”
“Itu tidak penting!” cecar Sejeong. “Perempuan licik tetap akan melakukan apa pun agar bisa mendapatkan apa yang dia mau!”
“Sadarlah!” bentak Mina. Hal itu berhasil menarik perhatian orang yang berlalu lalang di sekitar sana. Tapi dia tidak peduli. Gadis di hadapannya ini harus disadarkan dari kebutaannya terhadap cinta dan empati. “Kumohon berhentilah, Kim Sejeong. Nayeon sudah cukup menderita akhir-akhir ini, dan kau berniat menambah bebannya? Kenapa? Alih-alih menyalahkan Nayeon, kenapa kau tidak menanyakan video itu kepada pacarmu sendiri?!”
“Sudah kubilang dia jarang menemuiku akhir-akhir ini!”
“Lalu apa hubungannya dengan Nayeon?” Mina membentak lagi. Ia ingat dengan kejadian saat ia datang ke rumah Nayeon. Mina menemukan Sejeong sudah berada di sana dengan emosi yang meluap. Kedua perempuan itu bahkan saling menjambak rambut—khas pertengkaran di antara wanita. Untung saja Mina datang dan berhasil memisahkan mereka berdua. Sebagai mediator, dia berusaha untuk menjelaskan kepada Sejeong apa yang terjadi. Bahwa Nayeon juga terguncang. Tapi Sejeong memang keras kepala dan malah mencaci Nayeon berkali-kali.
“Apa kau tidak percaya diri dengan dirimu sendiri? Sehun telah berpaling kepadamu beberapa tahun yang lalu, Kim Sejeong. Nayeon bahkan mengalami masa-masa berat setelahnya. Kau bahkan tahu bahwa Sehun melakukan perbuatan itu kepada Nayeon. Tapi kau menutup mata!” Mina tiba-tiba terisak. “Kau bahkan tidak peduli jika Nayeon menderita atau tidak. Yang hanya kau pedulikan kala itu adalah yang penting Sehun sudah berada di sisimu. Tahun sudah berganti, Sejeong-ah. Apa kau berniat mengulangi keegoisanmu dahulu?”
Sejeong diam seribu bahasa. Ia memalingkan wajah saat air mata Mina luruh. Sejeong ingat dengan kejadian beberapa tahun lalu. Saat-saat di mana ia menjadi murid pindahan, dan ia tertarik dengan kekasih orang lain. Kala itu, Sejeong beranggapan bahwa Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Sejeong menggoda Sehun, berusaha menarik perhatian pemuda itu agar teralihkan kepadanya. Dan itu berhasil, bahkan melebihi ekspektasi Sejeong. Tapi sungguh, tentang hal kejam yang Sehun lakukan kepada Nayeon di masa lalu, Sejeong tak mengetahuinya sama sekali. Itu murni kesalahan Sehun dan pria itu sudah berjanji untuk berubah ketika Sejeong tak sengaja menemukan file kotor itu di laptop kekasihnya. Sejujurnya, mengetahui hal itu membuat Sejeong merasa sakit. Tapi ia memilih untuk tutup telinga. Ia memilih untuk memalingkan wajah. Dulu, seharusnya mungkin Nayeon yang lebih membutuhkan Sehun di sisinya. Tapi, dulu Sejeong juga tak ingin cintanya terbalas dengan kehampaan.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” cicit Sejeong kemudian. “Aku merasa bersalah kepada Nayeon. Aku juga menyesali tindakanku dahulu yang telah merebut Sehun darinya. Tapi aku tidak ingin kehilangan Sehun. Dia sangat berharga bagiku. Dan ketika aku tahu video itu tersebar, aku langsung beranggapan bahwa Nayeon yang melakukannya. Aku sudah memformat semua file bodoh itu dari perangkat milik Sehun. Makanya .... Aku hanya takut, dengan cara itu Nayeon \melakukan balas dendam dan akan mengambil Sehun kembali.”
Mina mendecih setelah mendengar penuturan tersebut. “Micheoso,” bisiknya. “Susah payah Nayeon memperbaiki hidupnya setelah masa-masa itu. Dan kau pikir ia mau menghancurkan dirinya untuk kedua kali?!”
“Tidak, aku hanya—” Akhirnya tangis Sejeong ikut pecah. Ia bahkan sampai terduduk di trotoar. “Aku hanya merasa bersalah dan takut kehilangan kekasihku. Aku memang egois, tapi itu semua karena aku sangat mencintai Sehun.”
Mina mengumpat dalam hati berkali-kali. Benar apa kata pepatah. Cinta membutakan segalanya dan membuatmu terlihat seperti orang bodoh. Itulah sebabnya mengapa Mina tidak pernah membiarkan hatinya tersentuh oleh siapa pun. Kalaupun dia ingin jatuh cinta, dia akan sangat berhati-hati. Dia tidak akan membiarkan perasaan itu jatuh sembarangan. Dia akan memilih kepada siapa rasa itu akan dia labuhkan.
Melihat Sejeong yang menangis seperti orang paling menderita di muka bumi, Mina mendengus. Ia kemudian menarik-narik tangan gadis itu agar berdiri dan pergi dari sana. Dalam perjalanan, Mina berkata, “Berhentilah mengganggu Nayeon atau aku akan membunuhmu,” ancamnya. “Dan mari selidiki siapa penyebar video itu.”
YOU ARE READING
YOU LOVE ME, YOU LOVE ME NOT // FF NAYEON TWICE X JUNGKOOK BTS
FanfictionBahkan mawar merah yang hampir layu itu selalu kuusahakan untuk tetap tegak. Karena apa? Ya! Karena aku takut semua ini akan terjadi. Aku takut jika bunga itu layu ... maka kau juga akan ikut pergi. Jeon Jungkook. Ya, hanya dua kata itu yang kini te...