Someone From The Past

70 23 5
                                    

Note: FF ini tuh ditulisnya tahun 2016

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Note: FF ini tuh ditulisnya tahun 2016. Dan tetiba w lanjutin di tahun 2021😭 Gaya penulisannya aja dah beda huauaaaa :( Dulu pas bikin ini tuh lagi galau gegara di phpin mas crush. Terus sekarang pas ngelanjutin kek ada yang kosong aja, gak dapet feelnya. Tapi yang penting w di sini sambil latihan nulis aja dah hm hm.

***

“Berhentilah menangis. Aku benci melihatmu seperti itu.”

Aku mematung. Sementara air mata terus membasahi dada pria itu. Sebuah usapan lembut di kepala membuatku sedikit tenang. Namun, hadirnya kembali pria ini dalam hidupku adalah suatu kesalahan.

Tak pernah sekali pun tangan ini ingin kembali memeluknya. Tak sedikit pun jemari ini ingin meremat kembali pakaiannya. Itu tak akan pernah terjadi lagi. Tidak setelah pria itu menyakitiku di masa lalu dan memilih pergi bersama wanita lain.

“Nayeon-ah?”

Tidak. Berhentilah memanggil namaku! Mengapa di saat memalukan seperti ini harus kau lah yang aku temui? Bahkan aku tidak sanggup untuk menatap wajahmu lagi. Lalu kenapa kau harus datang? Kenapa entitasmu kembali hadir setelah meninggalkan luka yang begitu dalam?

Pelukan pria ini masih terasa sama. Hangat, erat, namun membuatku merasa aman. Tetapi debaran di hatiku tidak lagi ada kala memeluknya. Semua telah sirna. Semua telah kuhapus dengan sempurna. Yang tersisa kini hanyalah bekas-bekas kenangan pahit masa lalu akibat dari ulahku dengannya. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku sudah memaafkannya. Tapi untuk kembali bertemu dan melakukan kontak fisik seperti ini, mengapa batin ini kembali terluka?

“Nayeon-ah, apa yang telah terjadi? Kenapa kau bisa menangis seperti ini?”

Aku mendongak. Membuka bibirku dengan ragu seraya menatap wajahnya. Pria itu masih sangat tampan. Rahangnya masih terlihat tegas. Hidungnya masih terlihat mancung dan menggemaskan. Iris matanya juga masih memancarkan sebuah kehangatan. Namun mengapa, aku begitu enggan dalam menerima takdir yang mempertemukan kami kembali?

“O-oppa ....”

Susah payah kuucapkan panggilan itu. Dan kini kedua manik di hadapanku berubah, menyorotkan rasa khawatir yang begitu kental. Kumohon, jangan lagi. Jangan memberikan perhatian kepadaku lagi. Setelah apa yang kita lalui selama bertahun-tahun, setelah kehancuran yang terjadi karena ulahmu, mengapa kau dengan mudahnya mendaratkan rasa ibamu kepadaku seperti itu?

“Apa yang terjadi? Siapa yang membuatmu seperti ini? Apa kau telah dirampok seseorang?”

Cih. Lihatlah betapa masih bodohnya dia. Bagaimana mungkin dia menyimpulkan bahwa aku telah menjadi korban perampokan?

Aku menggeleng pelan. Kutepis  perlahan tangannya yang masih setia mengusap kepalaku.

“Aku tidak apa-apa,” jawabku pelan. “Aku hanya ingin pulang.”

“Kau berbohong, Nayeon-ah.”

Sial. Aku lupa bahwa pria ini bahkan mengetahui kebiasaan burukku hingga ke akar.

“Nayeon-ah, tatap mataku.”

Kini kurasakan sebuah cengkeraman lembutnya pada bahuku.

“Katakan padaku apa yang terjadi. Lalu aku akan mengantarmu pulang.”

“Mengapa Oppa harus melakukan itu? Aku bisa pulang sendiri.”

Kudorong tubuh itu perlahan agar menjauh. Lalu aku melangkah pergi dari sana. Namun baru saja beberapa ubin kutapaki, suara yang sangat tak ingin kudengar saat ini tiba-tiba menyeru, memanggilku dengan nada lembut seperti biasanya.

“Nuna?”

Tubuhku menegang saat kudapati Jungkook berdiri di hadapanku. Rambutnya sedikit berantakan karena tertiup angin. Aish, anak ini. Bahkan pada saat seperti ini pun dia masih saja terlihat menggemaskan. Dan masih saja membuat debuman di jantungku menggema.

“Nuna, mianhe. Aku tidak tahu jika—”

“Nayeon-ah, siapa dia?”

Suara Sehun oppa dari arah belakang berhasil menyela perkataan Jungkook. Kutatap mata pemuda di hadapanku, kemudian aku berpaling.

“Ah, bukan siapa-siapa, Oppa. Dia hanya menanyakan jalan pulang.”

Kemudian Sehun oppa mengangguk dan kembali menuntunku.

Kajja. Akan kuantar kau sampai rumah.”

Aku mengangguk. Tetapi hati kecilku meronta hebat. Bagaimana mungkin aku bisa bersikap seperti ini kepada Jungkook? Sekilas aku bisa melihat raut kebingungan dan kekecewaan pada wajah pemuda itu. Dan hal tersebut berhasil membuatku sakit. Apakah aku telah salah mengambil tindakan? Apakah seharusnya aku mendengar penuturan Jungkook terlebih dahulu?

Tidak. Aku tidak akan jatuh lagi semudah itu. Biarlah hubunganku dengan Jungkook kandas sampai di sini saja. Biarlah dia bahagia bersama gadis cantik kebanggaannya. Dan biarlah hatiku mengerut hingga rasa ini memudar seutuhnya. Soal Sehun oppa, aku akan mengurusnya nanti. Yang jelas, aku tidak ingin kembali jatuh hati kepada pria berwajah tampan seperti mereka. Aku akan mengunci hatiku. Hingga seseorang yang tulus dapat membukanya kembali.

Kulangkahkan kakiku bersamaan dengan Sehun oppa. Namun sekilas, aku mendengar gumaman Jungkook saat aku berjalan melewatinya.

“Nuna ... kajima.

YOU LOVE ME, YOU LOVE ME NOT // FF NAYEON TWICE X JUNGKOOK BTSWhere stories live. Discover now