Suasana di ruang tengah sebuah penthouse itu terasa dingin. Dua pemuda yang biasanya tidak pernah sekalipun berada dalam situasi canggung selama mereka menjalin hubungan. Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat memulai percakapan terlebih dahulu, atau setidaknya membunuh hening dengan cara yang lain.
Hingga sebuah tarikan napas panjang terdengar, Renjun menjadi orang pertama yang memutuskan untuk membuka suara, karena ia yakin kekasihnya ini akan tetap diam.
"Kau marah, Jeno-ya?"
Tidak ada respon berarti yang didapat, pacarnya tetap dalam dunianya sendiri dengan ponsel di tangan, meninggalkan Renjun yang berakhir gusar karena tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan untuk menarik atensi Jeno.
"Maaf menyembunyikan semuanya darimu."
Renjun berucap lirih, namun cukup dengan itu Jeno terlihat mematung sejenak, kedua bola matanya menatap sosok sang pujaan hati yang menunduk, hingga mau tak mau sesuatu dalam hatinya terasa terusik.
Jeno tidak marah sebenarnya. Ia tidak mungkin marah pada sosok yang bahkan tidak pernah membuatnya jengkel atau merepotkannya. Tapi justru itu masalahnya, Renjun tidak pernah sekalipun meminta bantuannya, atau sekadar membagi perasaannya mengenai keadaannya yang mungkin tidak baik-baik saja. Renjun tidak pernah mengeluh padanya, tidak pernah berkata lelah tentang kehidupannya.
Renjun seolah-olah membangun benteng tak kasat mata yang pada akhirnya menciptakan jarak di antara mereka. Jeno hanya ingin Renjun membagi semuanya sebagaimana yang ia lakukan pada pemuda manis tersebut. Atau seperti Jisung dan Jaemin yang saling terbuka, tidak pernah ada satupun rahasia di antara mereka, Jeno juga menginginkan yang seperti itu.
"Njun, kau menganggapku sebagai apa sebenarnya?"
Renjun mengangkat wajahnya dengan cepat saat suara Jeno terdengar setelah beberapa menit lamanya. Wajah Renjun sedikit blank, cukup terkejut dengan pertanyaan yang disampaikan Jeno.
"Apa maksudmu? Sudah jelas kau kekasihku."
Jeno mendengus, melempar kasar ponselnya pada salah satu sofa kosong di seberangnya.
"Lalu mengapa kau tak pernah mengatakan apa pun? Kekasih macam apa yang tidak mengetahui satu pun masa lalu pasangannya sendiri?"
"Jeno, dengar. Aku-"
"Mengapa kau selalu menyembunyikan semua hal dariku? Mengapa aku selalu menjadi orang terakhir yang mengetahui? Mengapa kau selalu terlihat baik-baik saja saat berada di depanku? Sejak kita kecil, kau satu kali pun tidak pernah menceritakan masalahmu! Kau selalu diam lalu memberi senyum palsu saat aku menanyakan keadaanmu, kau tidak pernah menceritakan keluargamu, atau hari berat yang kau lalui! Kau menutup dirimu padaku, membuat jarak di antara kita, membuat seolah-olah kita adalah orang asing. Itu yang kau sebut aku kekasihmu?"
"Lalu kau mau aku melakukan apa?"
Renjun membalas tatapan Jeno yang menajam padanya, jelas sekali sang kekasih mulai terpancing amarah saat ini. Jeno tidak pernah menaikkan nada suaranya, meskipun mereka dalam perdebatan beberapa kali, tapi tidak pernah sampai seperti ini.
"Kau ingin aku menceritakan tentang ayahku padamu? Tentang bagaimana perlakuan kejamnya padaku? Bagaimana teganya dia membunuh ibu? Kau ingin aku menangis, lalu memohon bantuanmu dengan lemahnya, begitu?!"
"Memangnya mengapa jika kau melakukan itu?"
Jeno beranjak dari duduknya dan berdiri tepat di depan Renjun dengan masih menatap tajam, wajahnya berubah memerah sekarang.
"Memangnya mengapa jika kau menangis di depanku?! Kau tidak harus selalu terlihat kuat! Apa salahnya meminta bantuan pada kekasihmu sendiri?!"
"Kau pikir aku tidak tahu selama ini, Lee Jeno?!" Renjun ikut beranjak, wajah manisnya tampak terluka, kedua bola matanya berkaca-kaca. "Kau pikir aku tidak tahu jika semua beasiswa yang kuterima selama ini, itu darimu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetest Pain || Markhyuck-ON HOLD
FanfictionRemake story from Taekook- Sweetest Pain by RiyanChoi94 . . Lee Donghyuck, seorang pemuda sempurna pemilik segalanya. Selalu mendapatkan apa yang diinginkannya. Keluarganya adalah salah satu keluarga terpandang, membuat Donghyuck selalu dihormati ol...