#7

5K 561 42
                                    

Lee Seungwoo menghela napas berat seiring dengan langkah kakinya yang terus melaju menuju ke kerumunan orang-orang yang tengah berkumpul itu. Jauh dalam lubuk hatinya, ia tidak setuju-- tidak akan pernah setuju dengan rencana ayahnya yang menjodohkan Donghyuck dengan Mark. Beberapa kali ia mencoba membujuk ayahnya untuk menghentikan perjodohan ini, tapi Jiyong yang memang kepala batu itu tidak pernah sekali pun mendengarkan pendapatnya.

Bukan tanpa alasan, ada beberapa hal yang Seungwoo tidak bisa jelaskan mengapa ia menentang perjodohan ini dan alasan terbesarnya adalah Seungwoo takut Donghyuck akan terluka.

Sama sepertinya...

Dan, kedua langkah kakinya terpaksa berhenti saat lagi-lagi sosok yang sama yang ditemuinya beberapa hari lalu, berada tepat di hadapannya-- menghadangnya lebih tepatnya.

"Bagaimana kabarmu setelah tiga tahun berlalu?"

Seungwoo menatap tajam ke arah pemuda itu. "Saya baik-baik saja, Tuan Lee."

Mark mengulas senyum sinis, melangkah semakin dekat ke arah Seungwoo. Aura yang dikeluarkannya tidak begitu baik, mengingat netra hitam itu semakin tajam menusuk ke arah Seungwoo.

"Baik-baik saja setelah semua yang kau lakukan? Menurutmu itu pantas?"

Seungwoo membalas tatapan tajam itu tak gentar, tangan kanannya mengepal di satu sisi. "Sudah kukatakan untuk tidak saling mengenal, dan jika Anda tidak mengetahui apa pun jangan pernah bertingkah seakan Anda tahu segalanya Tuan Lee."

Ucapan penuh penekanan yang diberikan Seungwoo hanya mendapat tawa sinis dari Mark, pemuda tampan itu menatap meremehkan ke arah Seungwoo.

"Tidak tahu malu! Setelah semuanya, setelah kau berhasil membuat kakakku menderita, kau masih berani menatapku seperti itu?"

Seungwoo bergeming di tempatnya, ia merasakan salah satu tangan Mark mulai mencengkram kerah bajunya. "Sudah kubilang kau tak tahu apa pun! Jangan menyalahkanku atas kesalahan yang tidak pernah kubuat!"

Sekuat tenaga Seungwoo mendorong tubuh Mark menjauh darinya, wajah putihnya berubah memerah.

Masa lalu yang selalu ia coba hilangkan dari ingatannya kini kembali.

"Bagaimana jika semua orang tahu jika salah satu anak Tuan Jiyong pernah menikah sebelumnya bahkan meninggalkan suaminya?"

Seungwoo mencengkeram sisi jasnya kuat, rasanya masih sangat menyakitkan saat kilas balik memori itu perlahan semakin kembali jelas diingatannya.

"Aku tidak pernah meninggalkannya, dia yang meninggalkanku sendiri dengan segala janji yang satu pun tidak pernah ia tepati!" Seungwoo merasakan kedua netranya memanas, mengapa setelah tiga tahun berlalu ia masih begitu terluka?

Seungwoo mengatur napasnya sejenak, menutup mata sebelum kembali menatap tajam ke arah Mark. "Jika membalas dendam adalah alasan kau menerima pertunangan dengan adikku, aku tidak akan pernah melepaskanmu!"

Mark menyeringai. "Adikku kau bilang? Kau begitu menyayangi adikmu itu, maka seharusnya kau juga mengerti perasaanku!"

"Sudah kubilang, bukan aku yang meninggal--"

"Kakakku berada di rumah sakit jiwa karenamu, brengsek!"

Air mata itu terjatuh dari kedua netra jernih milik Seungwoo, tubuh kurusnya bergetar. Apa yang sejak tadi ditahannya hancur sudah, rasanya jauh lebih menyakitkan dari pada saat ia menerima pengkhianatan dahulu oleh orang yang tengah menjadi pokok pembicaraan dirinya dan Mark saat ini.

Mark terlihat sangat emosi saat ini, kedua bahunya naik turun mengatur napasnya. Tangannya baru saja akan melayang mengenai Seungwoo sebelum sebuah suara diiringi langkah kaki yang mendekat menghentikan niatnya.

"Seungwoo hyung! Aku mencarimu sedari tadi. Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Mark melihatnya di sana, sosok pemuda manis yang baru saja sekitar satu jam yang lalu bertukar cincin dengannya. Ia terdiam melihat Seungwoo yang dengan cepat menghapus air matanya juga suara Seungwoo yang terdengar gugup saat menjawab Donghyuck.

"O-oh Donghyuck-ah! Hyung baru saja akan menemuimu,"

Sampai pada saat mata jernih milik Donghyuck bersitatap dengannya, Mark tetap memilih diam. "Mark? Kau sedang apa di sini?"

"Oh, tadi hyung tidak sengaja berpapasan dengannya di sini. Hyung baru saja memberikan selamat pada Tuan Lee,"

Mark tersenyum sinis di dalam hatinya mendengar jawaban Seungwoo, pemuda itu masih saja pandai berbohong.

Dengan tatapan tajamnya, Mark masih menatap Seungwoo penuh minat. Seolah mengatakan "Lihat saja, aku akan membuat adikmu merasakan hal yang sama dengan adikku sekarang."

Dan Seungwoo tentu saja mengerti arti dari tatapan itu, dalam hati berdo'a kepada Tuhan agar selalu melindungi Donghyuck apa pun yang terjadi.

Dengan berbaliknya Mark tanpa mengucapkan apa pun, membuat Seungwoo sedikit lebih lega. Seungwoo masih belum siap jika Mark mengatakan masa lalunya kepada Donghyuck. Masa kelamnya, masa kesakitannya yang dunia pun bahkan tidak ada yang mengetahui.

•••

Donghyuck mendengus kesal, saat lagi-lagi sosok yang paling disayanginya-- kedua setelah Seungwoo-- itu melakukan apa pun sesuka hati.

Ayahnya kembali membuatnya kesal, setelah acara pertunangan yang dilakukan belum genap 24 jam lalu, kini dirinya harus kembali menghadapi masalah yang lain.

"Ayah kau gila? Bagaimana mungkin kau semudah itu menyuruhku untuk tinggal bersama Mark?"

"Bukankah kau menyukainya Donghyuck-ah? Setelah kelakuan tidak tahu malumu itu seminggu yang lalu, kau kini berubah pikiran?"

Donghyuck memutar bola matanya jengah. Oh ayolah! Perasaannya masih begitu buruk setelah semalam, haruskah bertambah buruk lagi dengan menemui bahkan hidup bersama dengan si datar itu?

"Bukan begitu ayah, bukankah itu hal buruk saat kita hidup bersama bahkan sebelum menikah? Apa kata orang-orang? Dan ayah ingin citra perusahaan kita memburuk? Katakan kau tidak segila itu, ayah!"

Jiyong bangkit dari duduknya, ia melangkah menuju anak bungsunya yang saat ini tengah bersantai di sofa ruang keluarga.

"Untuk seseorang yang menghabiskan masa kecil di negara barat sampai belasan tahun bahkan dengan balapan liar dan pergaulan bebas, seharusnya itu bukan hal tabu untukmu bukan?"

Donghyuck menatap sengit ke arah ayahnya, tidak terima dengan ucapan sang ayah yang walaupun hampir benar setengah persennya.

"Ayah! Tetap saja a-"

"Tidak ada penolakan Donghyuck, dan aku memang tidak berniat untuk mendapat persetujuanmu,"

Jiyong tetap melanjutkan ucapannya sedangkan Donghyuck kini tengah berdecak kesal.

"Dan semoga saja dengan hidup bersama Mark, sifat ajaibmu itu bisa sedikit berkurang,"

Maka percakapan antara ayah dan anak bungsu itu diakhiri dengan sumpah serapah dari Donghyuck, sedangkan Jiyong hanya berlalu dengan langkah yang ringan.

•••













"Hyung, apa yang kau lihat?"

Jeno menolehkan kepalanya cepat ke arah Jisung, dengan keringat dingin yang mengalir dari pelipisnya juga mata yang melebar.

"I-itu Mark Lee dan ba-bagaimana mungkin ia bisa sedekat itu dengan seorang wanita?"

Jisung menautkan kedua alisnya, sebelum kemudian mengikuti arah pandang Jeno.

Dan apa yang dilihatnya saat ini, sangat jauh berbeda dari apa yang sedang diekspektasikannya.

to be continued
.
.

Sweetest Pain || Markhyuck-ON HOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang