Sore harinya.
Marcus semakin cemas karena suhu badan adiknya masih 38 derajat. Ia berinisiatif untuk menemui ibunya yang baru saja pulang.
Keyra duduk di sofa sembari memijat betisnya yang pegal. Marcus mendekati sang ibu, dan berharap Keyra mau memperhatikan adiknya.
"Dio sakit, mah." ucapnya.
"..." Keyra diam saja seakan tidak mendengarnya.
Keyra beranjak, Marcus sengaja berdiri di depan ibunya, "Mah, Dio demam. Apa mamah gak khawatir sama adek?"
"Marcus...Dio itu sudah dewasa. Dia bisa meminum obat sendiri. Paling besok juga sudah sembuh!" jawabnya.
"Dio sudah minum obat. Tapi demamnya masih tinggi. Apa tidak ada sedikitpun rasa khawatir untuk anak mamah sendiri?!" marah Marcus.
"..."Keyra berusaha acuh. Ia berjalan begitu saja tanpa menyahut perkataan anaknya.
"Mah!!" Marcus meninggikan suaranya.
Keyra terus saja melangkahkan kakinya menuju kamar. Dio yang berada di kamar, dirinya mendengar perdebatan kakak dan ibunya. Ia memiringkan tubuhnya, hatinya sakit karena dirinya berpikir bahwa sang ibu tidak akan pernah lagi peduli padanya.
"Mungkin... Jika aku mati, akan lebih baik untuk mamah." gumamnya dan air mata itu mengalir di sudut matanya.
Dio bergegas menyeka air matanya, ketika mendengar suara pintu kamarnya di buka, dan langkah itu semakin mendekat. Ia tahu jika kakaknya yang masuk ke kamarnya.
Marcus duduk di tepi ranjang. Tangannya yang hangat mencoba menyentuh kening adiknya. Ia tersentak sewaktu Dio memegang tangannya, "Kakak jangan khawatir. Besok juga aku pasti sembuh," ucapnya dan tersenyum padanya.
Marcus mengelus puncak kepala adiknya, "Apa...kau mendengar perdebatan kakak dengan mamah?" tanyanya, karena Marcus curiga jika sang adik mendengarnya.
Dio mengangguk pelan, "Maafin mamah ya. Suatu saat...mamah akan kembali menyayangimu seperti dulu lagi" ia berusaha meyakinkan adiknya, meskipun dirinya juga tidak tahu keajaiban itu kapan akan datang.
"Gak apa-apa kak. Dio yakin...hari itu akan tiba," sahutnya. Marcus tersenyum senang mendengarnya.
"Sekarang tidurlah. Kakak akan menemanimu" Dio mengangguk, lalu memejamkan matanya.
-
-
-Keyra duduk di atas ranjangnya. Ia merenung akan perkataan anak tertuanya. Meski di depan Marcus, ia terlihat acuh--namun hati seorang ibu ketika mendengar anaknya jatuh sakit, ia pasti akan memikirkannya.
Keyra beranjak, kemudian ke luar dari kamarnya. Untuk sejenak ia terdiam memandangi kamar Dio, lalu ia melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.
Keyra menghampiri seorang wanita yang sudah lama bekerja dengannya. Wanita itu sibuk mengepel lantai yang sering dilakukannya di malam hari.
"Bi..." panggil Keyra.
"Iya nyonya?" sahutnya dan menghentikan aktivitasnya.
"Besok pagi, tolong buatkan bubur untuk Dio ya. Tapi jangan katakan pada Marcus juga Dio," pintanya. Wanita itu tersenyum bahagia. Ia senang karena majikannya masih memiliki rasa peduli pada anaknya.
"Baik nyonya," jawabnya. Keyra pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
-
-
-Keesokan harinya.
"Lunaaaaaa!!!"
Alarm khas dari ibu Luna sudah menjadi sarapan paginya. Meskipun Luna memasang alarm melalui gawai atau pun jam weker, tetap tidak berfungsi. Hanya panggilan dari sang ibu lah yang mampu membuatnya terbangun dari mimpi indahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Maafkan aku" (Kyuhyun Dan Kyungsoo)
Chick-LitGenre : brother, friendship, family Kisah seorang pemuda yang di vonis oleh Dokter, bahwa hidupnya tidak akan lama lagi. Ia kembali pulang ke rumah karena kakaknya yang memintanya. Sedangkan ibu yang membencinya, tidak berharap kehadiran anak...