4 Tidak jadi?🌈🦄

264 179 987
                                    

haii semuaa, selamat datang kembali di Imajiner, dunia hali juga dunia fiksi boon

mari panggil saya dengan sebutan boon, mau yang baru mampir ataupun yang sudah lama, silahkan semuanya memanggil saya dengan sebutan boon

semua ini hanya pikiran boon semata, tidak ada penjiblakan ataupun plagiat dengan karya orang lain. jika ada sedikit yang sama percayalah itu bukan disengaja, hanya sebuah kebetulan

jangan samakan visual Imajiner dengan visual karya lain, Imajiner hanya Imajiner, tidak yang lain. jangan bawa-bawa visual lain di dalam karya boon. jika boon mendapatinya satu saja, boon akan menghapus komentarnya

jika tidak suka dengan visual, alur, juga kata-kata, silahkan pergi tinggalkan cerita ini, cari cerita yang kalian suka, semudah itu, jangan dibawa ribet

visual Imajiner akan tetap sama dan tak akan boon ganggu gugat. Imajiner adalah anak boon dengan Asveragos adalah dunia boon, akun ini adalah rumah boon, jadi ini semua adalah keinginan boon, kehendak boon, juga kuasa boon. tidak ada yang boleh mengetur selain boon di sini

ini semua murni pukiran boon yang diselimuti oleh haluan tinggi boon. boon sama sekali gak demen sama yang namanya PLAGIAT!

silahkan tinggalkan sebanyak-banyaknya komen di chapter ini, beri vote juga share cerita ini dengan temen-temenmu. salam sayang dari boon-♡

happy readingg all-💌

~~~
"Kalau kata gue sih quotes itu gak perlu, yang manurut gue sangat perlu itu adalah kasih sayang dari orang yang gue sayang."
~~~

"Dav, lo kok kerasukan sih bego!" seru Jordan menepuk kepala Davin dengan tidak santai. Ya bagaimana tidak kesal jika sahabat tercintanya mengubah sikapnya.

"Gue kasar ya? Kok gue gak nyadar sih? Nanti gue ketamu sama Davina lah," sahut Davin dengan raut wajah bingung, juga begonya. Namun rasa bersalah tak sama sekali ia rasakan.

"Ternyata lebih bego lo dari gue," ujar Jordan merasa bangga, dia menampakkan wajah sombong kepada Angkasa karena hanya Angkasa yang sering menghinanya, berkomplotan dengan Davin juga, mereka berdua.

"Sama-sama bego kali, cuma gua yang pinter," ucap Angkasa membalas mereka berdua, dia melipatkan kedua tangan berototnya ke atas dada.

"Argaa, Argaaa, ohh Argaa sayang!!" teriak Davin kepada Arga yang tengah sibuk memainkan ponselnya. Namun bukan Arga namanya jika Arga menyahut panggilan tak penting itu.

"Arga, lo pernah suka sama cewek gak sih?" tanya Davin kepada Arga, namun Arga hanya memasangkan wajahnya datar, tidak sama sekali penting.

"Ha?" jawab Arga singkat, lalu netra hijau itu kembali mentap ke layar ponsel. Cowok itu sangat setia dengan ponselnya.

"Lo bego anjir. Yakali Arga suka cowok, modelan gitu mana mau dia suka cowok, dia kan pingin nikmatin cewek motok juga, mana ada yang nolak dia!" balas Jordan, suara itu sangat amat terdengar jelas oleh Arga. Hal itu membuat Arga memukul keras kepala Jordan, enak saja Jordan bicara seperti itu.

"Gue bukan lo yang ngarep cewek model gitu, jangan sotoy!" balas Arga dingin, matanya kembali mengarah ke ponselnya. Balasan Arga membuat Jordan terdiam, jika sudah seperti ini, abis dia jika masih melanjutkannya.

IMAJINERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang