I love you, like crazy

46 12 31
                                    

Mudah luluh, mudah rapuh.
Mudah percaya, mudah pula mencinta. Siapa lagi kalau bukan Senja Syafina Casilda?

-
-
-

Setelah resmi menjadi kekasih dari seorang santri, Senja semakin berubah. Pasalnya langkah yang Senja ambil ketika mereka tidak bisa bertemu terbilang nekat.

Malam itu, hari ke tujuh Senja dan Qary jadian. Senja tengah bersantai di kamarnya, duduk bersila, membaca novel dan ditemani secangkir kopi. Beberapa menit kemudian ponselnya berdering,

"Aku kangen yank."

Begitu isi pesan singkat yang dibaca oleh Senja dilayar ponselnya. Bingung, Senja bingung harus bagaimana. Jarak rumahnya dengan pesantrennya Qary sekitar 8 km. Senja tidak punya motor sendiri, ditambah lagi jam sudah menunjukkan pukul 19.45.

"Gi-gimana? Aku juga sebenarnya kangen banget sama kamu Ry." Balas Senja.

"Kamu kan bisa kesini? Jemput aku, kita keluar."

APA!! JEMPUT??! YANG BENAR SAJA! DI PESANTREN? JEMPUT DIMANA? KOK BISA KELUAR? KOK??

"Ry, aku ga punya motor. Gimana mau kesitu?"

"Ya kamu cari caralah, berjuang biar kita bisa ketemuan. Apa kek? Minjem motor kek atau apa gitu? Bisa kan yank?" Rayu Qary.

"Aku tinggal sebentar, setelah ini aku chat lagi yank."

Senja mulai mencari cara, tak henti-hentinya ia mondar-mandir kesana kemari. Telunjuk dan ibu jari seolah menopang dagu lancipnya. Dengan tatapan yang masih saja setia pada langit-langit kamar.

Beberapa menit kemudian Senja teringat bahwa di depan, tepatnya di ruang tamu ada saudara yang tengah berkunjung. Dan biasanya pulang larut malam. Yeah, good idea!

Senja keluar dari kamar, berbincang sebentar sama saudaranya. Dan tak lama bilang ke ibunya bahwa dia ada tugas kelompok yang belum dikerjakan.

.
.
.
.

Sebelum berpamitan, Senja yang sudah siap dengan sweater coklat favoritnya itu tak lupa untuk mengambil tas ransel berwarna dongker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum berpamitan, Senja yang sudah siap dengan sweater coklat favoritnya itu tak lupa untuk mengambil tas ransel berwarna dongker. Dimasukkannya buku, lengkap dengan alat tulisnya.

Berangkatlah ia dengan kecepatan yang tidak normal.

Pukul 20.12, Senja tiba di PP. Darul Muqamah. Kedua ibu jarinya kemudian mengetik,

"Yank, dimana? Aku udah sampai ini."

"Bentar, kamu tunggu aja di sebelah utara pondok. Di pojok, aku turun sebentar lagi."

...

15 menit kemudian,

BRAKK

Qary melompat dari atas dinding tembok yang lumayan tinggi.

"Astaghfirullah.. kamu ngagetin aja yank!"

"Hahaha, ya ma-maaf sayang. Ga ada cara lain lagi keluar dari pondok kecuali kayak gitu wkwk."

"Ya udah gapapa, terus ini mau kemana kita?"

"Kita cari angin aja, muter-muter daerah sini."

"Ta-tapi jangan malam-malam, aku harus cepat pulang yank. Takut dicariin nanti, aku pamitnya kerja kelompok."

"Iya. Kamu ga usah takut gitu, aku cuman kangen sama kamu yank. Sini kunci motornya aku yang bawa." Ucap Qary sembari mengulurkan tangannya.

.

.

Tibalah keduanya di sebuah tanah lapang...




#ExManagement
#ExProject

Kepastian Dibalik Penantian (True Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang