•••Happy Reading•••
Faro menyusuri koridor sekolah dengan muka yang dingin dan tatapan yang menusuk.Rezi, Daniel, Gery, Ucing dan Vino pun hanya diam membuntuti Faro di belakang.
Faro berjalan menuju atap, dan duduk di dekat dinding. Faro merokok. Rezi, Daniel, Gery, Ucing, dan Vino pun tau kalo akhir-akhir ini Faro suka sekali merokok.
Padahal sebelumnya, Faro jarang merokok. Faro hanya merokok saat dia merasa sedih, dan mempunyai masalah.
Kalau Faro sedang di fase itu, mereka ber-lima tidak berani menanyakan hal apapun kepada Faro. Sebab, jika Faro di tanya sesuatu, dia akan menjadi sensitif. Dan mereka juga yang kena amukan Faro.
"Far, lu sampai kapan kayak begini terus?" Tanya Daniel berusaha berani kan diri.
Faro hanya diam tidak menjawab. Dan Faro kembali menyesap rokoknya.
"Katanya mau nyari pelakunya. Yang udah berani ngebunuh Sal—" Rezi tidak berani melanjutkan perkataannya ketika mendapat tatapan tajam dari Faro.
"Gw udah tau pelakunya siapa. Tapi gw gak punya bukti yang kuat." Ucap Faro dingin.
"Siapa? Terus lu tau dari mana?"
"Ngga bakal gw kasih tau." Faro kembali menyesap rokoknya.
"Kenapa?"
"Nanti juga lu semua tau. Saat ini, gw mau bales dendam dulu ke pelakunya." Smirk muncul di bibir Faro. Membuat mereka ber-lima bergidik ngeri.
•
•
•Septia yang sedari tadi hanya melamun di meja makan, membuat Sarga merasa kasihan dan sedih.
Sarga berpikir sebentar, dan tiba-tiba ia mendapatkan ide yang menurutnya itu bagus.
"Bun, gimana kalau kita liburan? Untuk menghilangkan stress dan sedih."
Tetapi Septia tetap terdiam.
"Ayo lah, bun. Nanti besok kita berangkat nya. Bunda mau kan?" Ucap Sarga meyakinkan Septia.
Septia hanya mengangguk dan ia berjalan menuju kamarnya. Sarga yang melihat itu hanya menghembuskan nafasnya kasar.
"Sayang, kenapa kamu ninggalin ayah sama bunda kayak gini?"
•
•
•Pagi-pagi sekali, Sarga sudah bangun untuk bersiap-siap. Karena hari ini mereka akan pergi liburan ke luar kota.
Septia juga sudah bangun dan ikut mengemasi barang-barangnya. Setelah mengemasi barang, Septia turun ke bawah untuk memasak kan sarapan.
Sarga pun ikut membantu Septia menyiapkan sarapan. Selesai memasal, mereka langsung duduk dan memakan sarapan mereka.
"Bunda, masaknya enak banget!" Seru Sarga.
Septia hanya terdiam dan meletakkan sendoknya di atas meja. Ia teringat jika Salwa pernah mengatakan apa yang Sarga katakan.
Air bening menerobos kelopak mata Septia. Terbesit rasa menyesal di hatinya karena jarang berada di rumah. Ia hanya asik arisan dengan teman-teman sosialitanya.
Sarga yang melihat Septia menangis hanya bisa menenangkannya.
"Udah ya, sayang. Jangan nangis begitu. Nanti kalo Salwa liat, dia juga ikutan sedih." Ucap Sarga berusaha menenangkan Septia.
"Kenapaaa?" Lirih Septia.
"Ayah juga gak tau kenapa Salwa pergi secepat ini. Tapi kita harus tegar dan sabar."
"Bunda rindu Salwaaa."
"Bunda tenang. Ayo kita jalani awal kehidupan yang baru."
Septia hanya mengangguk, ia tidak bisa berkata-kata. Hatinya sangat sakit dan rindu dengan Salwa.
"Salwa, bunda harap kamu tenang di sana."
•
•
••••TBC•••
Double up ni, wkwk. Suka banget gitu double up.
Pendek? Di sengaja. Awokawok.
Gimana part nya? Suka gak?
Aku harap kalian suka yaa^^
Jangan lupa vote dan komennya-!
Terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Ketos || Park Chanyeol
Fanfiction⛔CERITA INI DI BUAT KETIKA AUTHOR GABUT! JADI MOHON MAAF AJA KALO RADA ABSURD! "Gaes! Gaes!" "Apaan sih, Zi?!" "Sini sini gw mau ngomong sesuatu." Ucap Rezi menyuruh Faro, Daniel, Ucing, Gery, dan Vino mendekat ke arahnya. "Lu mau ngomong apaan?"...