8 - Operasi

52 10 4
                                    

"Gw belum siap jika harus kehilangan lu." - Faro

•••Happy Reading•••


Sarga di antar oleh Rangga ke ruangan dokter Tio. Dokter Tio menyapa mereka dengan ramah.

"Silahkan duduk."

"Terimakasih, dok."

"Orang tua dari pasien yang bernama Salwa?"

"Iya, dok. Itu saya."

"Baiklah, tolong tanda tangan di sini ya pak?"

"Baik dok. Sudah."

"Baik, nanti pukul 19.00 pasien yang bernama Salwa akan di operasi. Kami akan menyiapkan alat-alatnya."

"Terimakasih, dok. Tolong selamatkan putri kesayangan saya, saya mohon."

"Kami akan melakukan operasi sebisa kami pak. Kalau antara mati atau hidup, itu urusan yang maha Kuasa."

"Kalau begitu, saya permisi dok."

"Iya, silahkan."

Sarga dan Rangga pun keluar dari ruangan dokter Tio. Mereka berdua duduk di kursi tunggu depan kamar Salwa.

"Om yang sabar ya? Rangga yakin Salwa itu orangnya kuat, dan bisa melewati masa komanya."

"Iya, terimakasih Rangga."

"Sama-sama, Om."

"Gw harap, si Salwa itu mati dan hilang dari muka bumi ini." Gumam Desy.

Desy yang sedari tadi mengintip mereka pun pergi, dan baru saja rencana liciknya di mulai.



Pukul 19.00, operasi sedang berlangsung. Di luar ruangan operasi, terlihat Gea, Septia, Sarga, Rangga, dan bahkan Faro ada di sana.

Tadi, Faro berangkat ke rumah sakitnya bareng Gery, Daniel, Rezi, dan Vino. Sementara Ucing, ia tidak boleh keluar rumah oleh emaknya.

Lampu operasi pun berubah menjadi hijau. Semua orang menatapnya lega, namun ada rasa-rasa cemas di benak hati mereka.

Dokter dan suster pun keluar dari ruangan operasi.

"Bagaimana dok?" Tanya Sarga khawatir.

"Operasi berjalan dengan lancar. Namun—"

"Namun kenapa dok?"

"— Pasien tidak bisa bangun."

"Maksudnya?"

"Dia tertidur selamanya."

"TIDAAKKKKK!!!"



Di depan Mansion Salwa terdapat bendera kuning. Dan banyak tamu yang melayat.

Jasad Salwa akan di makam kan besok. Septia yang sedari tadi masih setia di rumah sakit, lebih tepatnya di ruang mayat.

"Nak, kenapa kamu cepat sekali ninggalin Bunda?"

"Kamu kenapa? Bunda punya salah sama kamu?"

"Kalau bunda punya salah, bunda minta maaf."

"Tapi bunda mohon. Jangan tinggalin bunda, bunda janji gak bakalan ninggalin kamu pergi arisan lagi. Nanti bunda suruh teman-teman bunda untuk arisan di rumah aja."

"Dan katanya kamu sering gabut, nanti kita sering-sering jalan-jalan. Ke true twins, di sana tempat nya bagus banget loh. Kita nanti holiday di sana ya?"

"Ayo dong bangun! Semangat! semangat! Bangun! Bangun!"

"Kok gak bangun sih?!"

"Bunda ngambek nih?!"

Tidak terasa air yang bening pun menerobos kelopak mata Septia.

"Ke-kenapa? Kenapa kamu pergi?" Bibir yang bergemetar, dan suara yang sesegukan membuat Septia rasanya ingin bunuh diri untuk menyusul putri kesayangannya.

"Ke-kenapaaa?? KENAPA?!" Septia memegangi mulut nya dan badannya bergetar hebat. Ia sangat tidak rela jika harus di tinggalkan oleh putrinya.

"Hiks, kenapa harus kamu duluan, hah? Hiks, bunda gak relaa, bunda gak relaaaa, BUNDA GAK RELAA!"

Sarga yang melihat itu hanya bisa meneteskan air mata. Sungguh ia juga tidak rela jika putri kesayangannya harus pergi.

Sarga sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk menjaga putri kesayangannya, namun ia merasa gagal sebagai seorang ayah yang telah lalai menjaga putri kesayangannya dan semata wayangnya.

"Ayah janji dan bersumpah, ayah akan membalas dendam kepada siapapun yang membuatmu celaka dan berujung mati. Ayah bersumpah."



•••TBC•••

Jreng, jreng, jreng.

Gimana hayo??

Ini baru di mulai loh, tapi kok pemeran wanita utama nya udah mati??

Nanti seiring waktu, kalian juga tau kok alur ceritanya kayak gimana.

Yang penting kalian ikutin terus alurnya, yaaa!! ^^

Jangan lupa vote dan komennya-!

Terimakasih.

Crazy Ketos || Park ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang