"Hyunjin." Ryujin memanggil pacarnya yang baru saja keluar dari kelas.
Hyunjin memutar tubuh untuk melihat gadis itu. "Lu naik ke lantai empat? Ngapain?"
"Mau ngajak ke kantin bareng, sekali ini aja."
Bukannya menjawab, Hyunjin malah berjalan mendekat ke Ryujin sampai akhirnya jarak berdiri mereka hanya tinggal satu meter saja.
"Gua bawa bekal dari rumah."
"Aku juga kok," kata Ryujin menunjukkan kotak bekal yang dia sembunyikan di balik punggungnya. "Kalo gak mau ke kantin, aku gakpapa makannya di kelas kamu."
"Ryujin gua gak mau, jangan di kelas gua. Jangan di sekolah, jang—"
"Terus dimana lagi? Selain disini kita gak pernah ketemu dimana pun," potong Ryujin menundukkan pandangannya menatap lantai bersih di bawah sana.
Hyunjin menghela nafas, dia lelah harus bersabar menanggapi adik si kembar satu ini. "Sana balik ke kelas lu aja, makan sama Minju."
"Aku pengen sekaliii aja makan bareng kamu, abis itu enggak lagi. Cukup sekali," katanya memaksa, wajahnya sengaja memelas agar Hyunjin iba padanya.
"Gua mau makan sendiri, Ryujin. Ngerti dong." Hyunjin masih berusaha bersikap baik pada Ryujin. "Udah sana balik, kalo gak makan di kelas Jeno atau Jaemin aja."
"Naik ke lantai empat tujuannya ke kelas kamu, pokoknya makan bareng kamu. Boleh dong, sekali doang kok abis ini enggak lagi! Janji!"
Hyunjin menaruh tangannya di pelipis, menggaruk pelipis tersebut sembari menahan rasa sebal, emosinya tidak boleh meledak begitu saja. "Kalo lu kayak gini lagi, gua marah."
Ryujin mengangguk berkali-kali. "Iya janji ini sekali aja, ayo, ayo, makan dimana? Meja kamu yang mana?"
Dengan semangat yang menggebu, Ryujin menarik tangan Hyunjin dan membawa laki-laki itu untuk masuk ke kelas. Beberapa teman sekelas Hyunjin yang tidak pergi ke kantin melirik penasaran kearahnya dan Ryujin. Jujur saja, Hyunjin tidak suka seperti ini. Dia tidak suka Ryujin menarik tangannya sesuka hati di depan orang lain. Hyunjin tidak suka orang-orang penasaran pada dirinya juga Ryujin karena yang Hyunjin harapkan bukan perempuan itu sama sekali.
Ada Heejin yang sedang sakit. Dan satu-satunya harapan yang Hyunjin miliki hanyalah untuk kesembuhannya. Tidak lebih dari itu. Tapi pada akhirnya dia menghabiskan bekal bersama Ryujin hari itu, saling diam, ah tidak, hanya Hyunjin yang diam. Ryujin selalu berbicara sejak memulai makan hingga bekal tersebut kosong.
"Andai aja boleh lagi," celetuk Ryujin menutup kotak bekal yang sudah kosong.
"Gak ada kali kedua, ini terakhir," tekan Hyunjin lugas.
Ryujin terdiam, diam-diam menghela nafasnya. "Iya, aku kalo udah janji gak mungkin diingkari." Hyunjin mengira gadis itu tentu akan ingkar dan kembali mengganggunya suatu saat nanti. Tapi perempuan itu sekarang memilih berdiri dengan tangan di sebelah perut kanannya. "Yaudah aku balik ke kelas dulu, semangat ya buat hari ini. Semoga kam—"
"Doa-doa baik lu tujukan untuk Heejin aja. Hidup gua udah terlalu sempurna dibanding hidup Heejin." Hyunjin memotong ucapannya.
Ryujin tersenyum getir. "Semoga Heejin nya kamu cepet sembuh ya, semoga dia cepet bisa sehat lagi biar kamu di kelas ada temennya lagi."
Hyunjin mengangguk. "Aamiin. Makasih."
Ryujin tersenyum. "Makasih karena aku udah boleh makan bareng kamu hari ini, aku seneng."
"Iya. Balik sana udah mau bel masuk tuh."
"Hyunjin, boleh ga—"
"Apaan? Enggak, gak boleh. Ryujin gua bilang balik sekarang, sebelum kelas gua rame!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone forever | Shin Ryujin✔️
FanfictionDia mendapat banyak cinta dari keluarganya. Tetapi untuk itu, dia menjadi pengemis bagi cinta lain diluar rumah. Baginya itu bukan masalah, karena dia tidak melakukan itu selamanya. Sampai akhirnya, dia menutup mata dengan rapat, sembari membawa ban...