13

281 33 12
                                    

Jaemin menyesal tidak menghabiskan lebih banyak waktu dengan Ryujin padahal papa sudah memberitahu kalau kesehatan Ryujin benar-benar akan menjadi suatu kejutan besar untuk keluarga saat ini.

Mungkin besok Ryujin baik-baik saja. Tapi lusanya, tidak ada yang tahu.

Dulu saat Jaemin menjadi seorang mamas, dia masih begitu kecil, hanya setahun usianya dan mama sudah mengandung Ryujin lagi. Tapi menurut cerita mama, Jaemin kecil lebih terlihat dewasa dibanding Jeno kecil. Berbeda dengan yang sekarang, itu menurut mama.

Padahal sebenarnya, Jaemin tetaplah sosok yang lebih dewasa dari Jeno. Laki-laki itu hanya tidak menunjukkan sisi lain dalam dirinya jika bersangkutan dengan sang adik.

Jaemin ingat betul saat usianya delapan tahun dan Ryujin tujuh tahun. Jaemin sangat menyukai makanan manis dan berkandungan gula yang tinggi, dia bahagia hanya dengan mengkonsumsi itu seharian.

"Kan Mama bilang harus bagi-bagi, Mas. Mamas gak boleh makan sendirian, Ryujin mau juga."

"Minta ke Abang aja jangan Mamas, Dek."

Ryujin kecil menggeleng. "Abang betulan gak mau bagi sama Adek..."

Dan berakhir Jaemin yang memberikan hampir setengah miliknya pada Ryujin, agar adiknya tidak menangis. Lalu Jaemin akan beradu mulut dengan Jeno yang sifat pelitnya perlu dirubah. Jaemin tidak akan berhenti merusuh sebelum Jeno meminta maaf pada Ryujin. Dan sisi seperti ini tidak sering Jaemin tunjukkan kepada mereka lagi ketika dirinya sudah memasuki jaman SMA.

Sekarang Jaemin duduk di samping ranjang ruangan Ryujin di lantai empat belas. Menyayangkan tidurnya sang adik dan menanti adiknya yang entah kapan akan membuka mata.

Papa bilang, Ryujin dalam kondisi kritis.

Jeno kacau, lebih kacau dari apa yang bisa anggota keluarganya lihat. Stres, kehilangan nafsu melakukan apapun dan hanya bisa berdiri diam di balik pilar tempat sang mama dulu.

Ingatan Jeno kembali ke kelas tiga SMP waktu itu. Jaman dimana Jeno paling sebal saat Ryujin terus merengek untuk mengikutinya kemana pun, bahkan saat ada kerja kelompok dari sekolah.

"Kamu ngapain sih ngintilin Abang? Sama Mamas aja dirumah!" Jeno tidak membentak, tapi suaranya terdengar kurang ramah.

"Sama Abang aja," kata Ryujin bersih keras.

"Jangan nyebelin dong, Ryujin. Abang mau kerja kelompok dirumah temen."

"Kan aku boleh ikut, nanti aku duduk diem aja, janji."

Jeno menggeleng keras. "Enggak! Jangan bandel!" Barulah Jeno meninggikan suaranya untuk membuat Ryujin patuh lagi.

Ryujin menunduk, perlahan mundur dan akan masuk ke dalam rumah. Melihat itu, emosi Jeno entah meluap kemana. Sekarang malah berganti dirinya yang mengajak Ryujin untuk ikut pergi dengan nya mengerjakan tugas kelompok. Sebelumnya Ryujin dibuat untuk berjanji lebih dulu agar tidak mengganggu ketenangan.

Jeno akan memberi apapun agar Ryujin kembali membuka matanya semata-mata hanya supaya dia bisa berpamitan dengan cara yang lebih pantas. Jeno tidak ingin ada penyesalan dalam hatinya.

Lalu tidak sampai disitu, ruangan Ryujin tiba-tiba kedatangan lima orang berpakaian serba hijau seperti yang dikenakan oleh Jeno dan Jaemin saat ini.

Lima orang itu adalah Renjun, Haechan, Chenle, Siyeon dan Minju. Jaemin ingin marah pada semua yang tahu kalau adiknya sedang sekarat. Tapi tenaganya lebih dia gunakan untuk menahan seluruh gejolak di dalam hati dan menampilkan wajah paling baik-baik saja miliknya.

Gone forever | Shin Ryujin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang