"Mas."
"Hmm?"
"Masss."
"Ho'oh, kenapa?" Jaemin menaruh ponsel di atas meja dan memusatkan perhatian pada Ryujin sepenuhnya. "Yaelah gitu aja ngambek, kenapa manggil?"
"Temenin yuk."
"Hayuk, kemana? Biasanya lu apa-apa ngajak Abang, kok sekarang ngajak Mamas?"
"Abang kan lagi jalan-jalan sama Kak Siyeonnn." Ryujin menatap Jaemin malas. "Aku mau kerumah sakit nih, mau ketemu Minju."
Begitu mendengar nama Minju, punggungnya langsung menegak. "Sakit apa Minju?"
"Bukan Minju yang sakit, dia sih sehat-sehat aja."
"Terus? Kamu yang sakit?"
Ryujin mengangguk.
"Yaudah ayo sekarang ke rumah sakit Papa aja!" Kini Jaemin berdiri, menarik tangan Ryujin.
"Ini apaan sih kok jadi Mamas yang heboh. Maksud aku, aku kan emang sakit, liver Mas liver! Gak lupa, kan?"
Jaemin terdiam. "Gimana bisa lupa sih," kata Jaemin menoyor kepala Ryujin, kuat. "Mamas kira sakitnya kambuh gitu sampe yang harus dirawat di rumah sakit, Dek. Kalo ngomong yang bener ah, gimana kalo Mamas kena serangan jantung duluan tadi?"
"Jangan noyor kepala!" Ryujin balas menoyor. "Aduin Papa nanti," ancamnya garang. "Minju di rumah sakit lagi nemenin Junkyu, Mas. Junkyu kan patah bahunya abis kecelakaan."
"Yaudah sekalian aja kamu ketemu Papa, check up rutin hari kamis, ini kan kamis."
"Yaudah ayo buruan ambil jaket, sekalian jaket aku yang di belakang pintu kamar ya, Mas!"
"Lu adeknya tapi nyuruh abangan," sungut Jaemin tapi tetap diambilkan.
Jaemin selalu membawa kendaraan bermotor kemana pun dia pergi. Papa sudah mengijinkan Jaemin mengendarai mobil tapi Jaemin selalu bilang lebih nyaman kemana-mana memakai motor, maka dua mobil menganggur begitu saja dirumah karena Jeno juga tidak terlalu suka sesuatu yang merepotkan. Mobil menurutnya merepotkan karena tidak bisa selap-selip saat kemacetan melanda.
Kalau Jeno masih sulit mengontrol kecepatan alami dalam berkendara, maka Jaemin sebaliknya. Itu alasan kenapa Ryujin lebih nyaman duduk di belakang Jaemin dibanding duduk dibelakang Jeno.
Hanya butuh sekitar delapan belas menit untuk sampai di rumah sakit tempat papanya berada saat ini. Rumah sakit yang menjadi tempat Junkyu dirawat dan juga Heejin.
"Mau ke Papa dulu atau ke ruangan Junkyu?" tanya Jaemin melepaskan helm. "Ke Papa dulu aja deh, kayaknya kalo abis makan siang gini Papa gak ada pasien."
Ryujin sekedar mengangguk dan mengikuti langkah Jaemin. Gadis itu sebenarnya paling anti datang langsung ke rumah sakit, baunya, suasananya, warna-warna dinding yang hanya putih membuat Ryujin merasa tidak nyaman. Seakan jika datang kerumah sakit nyawa dan penyakitnya sudah dapat dipastikan akan hilang tidak lama lagi.
Itulah mengapa Ryujin lebih suka berkonsultasi di rumah dengan papa berdua.
"Sudah membuat janji belum?"
Jaemin tersenyum miring, perawat perempuan di hadapannya sekarang pastinya adalah perawat baru karena berani menghadang anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.
"Kalau belum, tolong tunggu. Dokter Baskoro sedang menangani pasien ruangan 001."
"001?" Jaemin mengulang. "Itu kan dulunya ruangan Ryujin. Siapa nama pasiennya?"
"Nona Heejin. Pasien itu tidak mendapatkan kemajuan apapun dalam pengobatannya sehingga Dokter Baskoro harus memindahkan Nona Heejin ke ruang prioritas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone forever | Shin Ryujin✔️
FanfictionDia mendapat banyak cinta dari keluarganya. Tetapi untuk itu, dia menjadi pengemis bagi cinta lain diluar rumah. Baginya itu bukan masalah, karena dia tidak melakukan itu selamanya. Sampai akhirnya, dia menutup mata dengan rapat, sembari membawa ban...