14

260 32 4
                                    

Tidak ada sebuah kata yang perlu Jaemin ucapkan ketika Minju berulang kali mencoba mengajaknya berbicara di tengah-tengah rumah duka masih berlangsung. Jaemin paham, semua Minju lakukan hanya agar Jaemin merasa sedikit terhibur.

Namun nyatanya...sama sekali tidak berguna. Fisiknya boleh baik-baik saja, namun hatinya, di dalam sana sudah basah tak terkira.

Ryujin berbaring di ruang tengah, bagian tubuhnya yang lain sudah terbalut kain putih, yang tersisa hanya bagian wajah yang mulai putih pucat. Jaemin tahu adiknya sudah pergi untuk selamanya, namun setiap kali melihat wajah pucat Ryujin, dirinya berharap akan ada kejutan lain.

Dia ingin Ryujin mendapat keajaiban dari allah untuk mendapat kesempatan hidup sekali lagi. Namun, harapan hanya harapan, Jaemin tidak akan pernah menemui adiknya yang sedang tertawa bahagia, tersenyum manis dan bersikap apa adanya di depan siapapun.

Dirinya mulai meraung setelah menahan diri sejak pagi. Jeno, mama dan papa mengerubungi jenazah Ryujin. Teman-teman yang lain berdiri mengelilingi keluarga kecil bahagia itu.

"Ryujin...sayang. Mama peluk, ya?" Mama begitu terlihat luar biasa terpukul, tapi dirinya tidak se-meraung Jaemin atau pun Jeno. "Untuk terakhir kalinya Mama cium pipi anak gadis Mama..."

"Ma," lirih papa memegang kedua bahu mama. "Ayo cium Adek sama-sama, Ryujin selalu suka di cium pipi kanan dan kirinya."

Mama mengangguk, menjatuhkan bibir ke pipi Ryujin dan bertahan pada posisi itu sekitar lima menit. "Kenapa setelah cium kamu Mama malah gak bisa lepasin kamu, Ryujin..." Dengan sangat terpaksa papa harus menarik mama mundur.

Papa sadar ada abang dan mamas Ryujin yang jauh lebih pedih kehilangan saudari mereka. Meski papa sendiri begitu hancur hatinya, dia tetap berusaha terlihat lebih bisa menolong anggota keluarga yang lain. Entah apa nanti yang akan papa lakukan jika sedang sendirian di kamar atau di tempat-tempat tanpa orang lain.

"Dek..." Jaemin mengelus pipi Ryujin, menciuminya berkali-kali dengan air mata yang terus berjatuhan. "Kamu...udah gak sakit lagi, makasih ya udah bertahan selama ini dan selalu nunjukkin kalo kamu gak kenapa-kenapa. Mamas bangga, Dek...Mamas sampe kapan pun akan selalu sayang kamu." Jaemin memberi pelukan untuk terakhir kalinya sebelum sedikit bergeser dan memberikan tempat untuk Jeno.

Jeno, ternyata jauh lebih buruk dari Jaemin. Suaranya menghilang tiba-tiba pagi ini, Jaemin menyangka tadi malam Jeno berteriak sekerasnya di suatu tempat untuk melampiaskan kehilangan yang dia rasakan.

Air matanya seakan tidak mengering, terus jatuh tidak berhenti. Menciumi seluruh wajah Ryujin, mengecupnya lama, membiarkan aroma-aroma khas jenazah menusuk hidungnya. Karena sampai kapan pun, aroma terakhir Ryujin akan selalu dia ingat dalam memorinya.

"Ryujin, Abang mau bilang, jangan sakit lagi, jangan sedih lagi dan jangan lupa selalu tersenyum lagi." Jeno menjatuhkan wajahnya di samping telinga Ryujin, membisikkan sesuatu dengan suaranya yang serak. "Abang sayang kamu, Abang cinta kamu...maaf kalo selama ini Abang belum bisa jadi Abang yang baik. Makasih juga dari Abang. Kamu, adek perempuan paling kuat yang pernah Abang liat. Dimana pun kamu, gak pernah ada keluhan. Sama kayak Mamas, Abang bangga sama Ryujin. Tidur yang tenang sayang, Abang akan selalu berdoa untuk perjalanan baik kamu setelah ini."

Tidak ada waktu untuk yang lain. Dzuhur hampir tiba, Ryujin pergi untuk di sholatkan beramai-ramai. Semua orang di hari itu begitu terpaku pada kepergiaannya yang tidak di sangka, Ryujin yang mereka kira perempuan paling sehat ternyata adalah pemilik penyakit paling menyakitkan.

Kini dirinya telah tenang, melepas beban yang sudah lama dia genggam.

"Papa punya sesuatu yang lain untuk kita semua. Tenangin diri kalian, setelahnya temui Papa satu persatu, berlaku buat Mama juga." Kalimat papa menjadi kalimat terakhir yang mereka dengar saat keluarga tersebut untuk kali pertama menghabiskan malam tanpa si bungsu kesayangan.













-Kehilangan gak pernah seburuk ini.- Mamas yang paling Ryujin sayang.











Satu part lagi, cerita ini selesaiii.

Gone forever | Shin Ryujin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang