Kejujuran

7.2K 858 67
                                    

Lebih baik mengatakan sejujurnya walaupun itu berat dari pada harus terus membohonginya dan memainkan peran seolah-olah tak ada rahasia yang disembunyikan.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

Waktu demi waktu dilaluinya dengan kebosanan sambil memikirkan sesuatu yang begitu membingungkan. Sama halnya yang dilakukan oleh sosok gadis yang dari tadi sibuk memikirkan sesuatu tanpa sadar kini ia tengah diperhatikan oleh beberapa laki-laki tampan.

Salah satu dari mereka mengusap kening gadis itu yang mengerut entah memikirkan apa. "Apa yang lo pikirkan, Chel?" tanyanya.

Gadis yang dipanggil Chelsea akhirnya tersadar dan menatap sosok Marchel yang tadi mengusap keningnya. Ia menormalkan wajahnya dan tersenyum lebar menatap ke arah abangnya itu.

"Gak papa kok, bang. Sejak kapan kalian disini? Dan ngapain kalian kesini, apalagi sama Nopal?"

Alex menaikkan sebelah alisnya bingung. Bukannya dari tadi mereka udah bersama, jangan bilang kalau Chelsea mengalami amnesia mendadak.

"Dari tadi kan kita udah ada disini, lo lupa? Ayo balik. Murid-murid yang lain udah pulang tinggal kita berlima tapi kalo lo masih mau ngelamun disini ya silahkan." ujar Alex.

"Eh, enggak kok. Ayo pulang!"

Chelsea segera memasukkan buku novelnya kedalam tasnya dan segera beranjak dari tempat duduknya sambil membawa jaket yang di sampirkan di lengannya dan tas ransel hitam dibahu kirinya.

Ia berjalan tepat ditengah-tengah Marche dan Angkasa. Sedangkan dibelakang ada Alex dan Nopal yang tengah membicarakan dunia mereka satu sama lain, mulai dari hobi, game, dll.

"Nanti kayaknya gue mau ke rumah mommy, mau buka tentang jati diri gue. Tolong beri tau mamah kalo gue gak jadi nginep." ujar Chelsea.

"Iya, mau gue temenin gak?" tawar Marchel.

"Atau gue aja yang nemenin lo, Chel? Daripada entar lo di apa-apain lagi." sahut Angkasa.

Chelsea menggelengkan kepalanya menolak tawaran kedua cowok disampingnya. Ini masalahnya dan tak seharusnya ia melibatkan seseorang didalamnya.

Lagian ia masih bisa mengatasi semuanya sendiri. Prinsip hidupnya adalah jika bisa melakukan semuanya sendiri mengapa harus meminta tolong ke orang lain.

"Lo yakin gak mau gue temenin beneran?" tanya Marchel memastikan.

Chelsea menganggukkan kepalanya mantap. Ia segera mengikat jaketnya di pinggang rampingnya sambil mempercepat langkah kakinya.

Damn, Soul Transmigration! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang