10 Manusia Hutan

442 54 4
                                    

Keadaan semakin canggung. Mendadak makan malam di meja itu berubah dari yang dulu dingin menjadi mencekam.

Veronica jelas terlalu sering mendengus tajam dan membuang muka. Hedi berwajah kecut. Niken lebih banyak menunduk dari yang dulunya hanya diam saja. Sedangkan Valen, pembuat keadaan canggung itu justru biasa saja. Dia justru terlihat bangga tanpa sungkan.

Sesuai jam kerja, bibik pengurus rumah tangga di rumah Niken pulang saat jam kerjanya habis meninggalkan makan malam siap santap, atas inisiatifnya sendiri.

Hanya dentingan sendok dan garpu di atas piring masing-masing.

"Jadi, apa maksud pak Valen datang ke sini?" Ucap Hedi akhirnya setelah mereka semua meletakkan sendok.

"Lho, apa salah kalau mengunjungi kekasih yang sedang sakit?" Ucap Valen. Ucapan beraninya memancing dengusan tajam Veronica. Sedangkan Niken sudah membuang muka menghindari tatapan mereka bertiga. Jujur saja, tatapan ingin tahu yang kentara bukan kesukaan Niken. Bukan berarti tatapan tanya dari semua orang selama ini Niken sukai. Percayalah, tidak akan ada orang yang suka dengan tatapan ingin tahu menusuk seperti itu.

"Niken!" Hardikan pelan Hedi meminta penjelasan putri sulungnya. Tapi yang dimaksud diam saja.

"Sudah, tak perlu penjelasan atau pembahasan. Kita semua tahu kondisi masing-masing. Dan kau Niken, akhiri hubunganmu dengan pak Valen sekarang juga!" Ucap Veronica final.

Aku bahkan belum memulainya, dan sekarang harus mengakhirinya?!! Pikir Niken.

"Kami bahkan belum memulainya, kenapa harus mengakhirinya?" Ucap Valen santai. Dia melipat kedua tangannya di atas meja.

Niken sontak mendelik ke arah Valen. Begitu juga dua orang tua di sana.

"Jadi kalian tidak berhubungan selama ini?" Tanya Hedi setelah menilik ekspresi sang putri. Veronica menatap suaminya, lalu pada dua orang lainnya.

Valen mengedikkan kedua bahunya. "Saya tidak mungkin berhubungan dengan Niken saat dia masih di sana" jawabnya enteng.

Veronica memencet pangkal hidungnya. Dia sudah pusing mengurus Niken dan segala tingkah laku kurang ajarnya, dan sekarang mendapatkan fakta bahwa Niken berhubungan dekat dengan orang yang sedang bentrok dengan perusahaannya. Ini semakin mencekiknya secara tak kasat mata.

"Sudah cukup. Anda pasti mengerti apa yang saya pikirkan. Saya tidak mungkin mengijinkan putri saya dekat dengan Anda" ucap Veronica.

"Lalu, seperti bagaimana yang menurut Anda pantas untuk Niken?" Tanya Valen pelan.

Veronica terkesiap. Dia menatap Valen tajam. "Tentu saja pria yang jelas latar belakangnya, baik perangainya, memperhatikan dan mampu membahagiakan Niken!" Ucap Veronica berapi-api.

"Berarti saya sudah jelas masuk dalam kriteria yang Anda sebutkan!" Ucap Valen pongah.

Hedi mendengus. Veronica termakan omongannya sendiri!!

"Anda pasti sudah hafal jelas latar belakang saya, semua orang pun tahu benar dan pasti. Justru mungkin lebih jeli. Soal kesopanan Anda sudah dapat melihatnya sendiri. Saya juga sangat perhatian pada Niken. Anda bisa bertanya padanya, dan Anda sudah dapat menilainya sebelum Anda menyebutkan kriteria seperti apa keinginan Anda. Berikut kebahagiaan Niken. Pak Herdiansyah bisa menilai bagaimana saya bisa membahagiakan putri Anda" jelas Valen lengkap berikut cuplikan bukti semua ucapannya.

Hedi tertegun namanya disebut.

"Saya bukan tidak pernah tahu bagaimana prestasi Anda dengan banyak wanita.." desis Veronica tak terima.

Valen tersenyum. Menenangkan. "Bukankah hal biasa jika wanita mengejar pria. Ataupun pria mengejar wanita. Kita mempunyai cara dan pilihan masing-masing" jawabnya.

Still (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang